7. An Ego

11.4K 1.4K 178
                                    


Aku mendengarnya.

Jika kalian pikir aku akan mengamuk sekarang juga, kalian salah besar. Ya, aku marah. Sangat marah. Bagaimana bisa mereka semua menyembunyikan hal sepenting ini dariku. Walau aku tau ini semua adalah akibat dari perbuatanku sendiri, aku tetap merasa marah.

Marah pada keadaan, marah kepada semua yang menyembunyikan ini semua dariku, dan...marah pada diriku sendiri.

Setelah mendengarkan kisahku kembali, aku merasa menjadi orang paling bodoh sedunia. Aku merasa begitu egois, membuat orang disekitarku disibukkan olehku. Aku akui sehari-hari aku tidak bisa lepas dari keegoisanku, namun entah kenapa untuk hal ini keegoisanku terasa sangat...salah.

Hei, aku Kim Taehyung. Preman sekolah yang hobi bolos, berkelahi, dan membuat masalah di sana-sini. Sifat egois sudah melekat pada diriku, dan aku tidak pernah menyalahkannya. Jika kita tidak egois, siapa yang akan memperjuangkan diri kita selain kita sendiri?

Tapi, kali ini bahkan aku mengutuk sifat egoisku.

Hanya ada satu hal yang membuatku menahan diri untuk tidak mengamuk sekarang juga. Hal yang membuat dadaku serasa ditusuk-tusuk ketika mendengarnya. Membuatku merasakan sedih sekaligus berjuta-juta rasa bersalah langsung menyergapku. Membuatku kembali ke akal sehat dan memikirkan ulang semua tingkah lakuku dulu.

Jeon Jungkook menangis. Karenaku, karena mendengar tingkahku dulu.

Tangisan Jungkook seolah menyadarkanku. Tuhan, kenapa dulu aku bisa begitu bodoh?

"...a-apa yang harus kulakukan sekarang? Aku...aku tidak mau melihat Taehyung terluka lagi seperti dulu. Mendengarnya saja aku sudah sakit, apalagi mengalami langsung. Tidak, tidak, aku akan menghentikan ini semua sekarang juga." bisik Jungkook di sela-sela isakannya.

Aku mendengar Namjoon dan Hoseok membisikkan kata-kata penenang pada Jungkook. Aku masih memejamkan mataku, memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya.

Bangun dan mengatakan bahwa aku sudah mendengar semuanya atau berpura-pura tidak tahu?

■■■

Namjoon dan Hoseok sudah pergi beberapa saat yang lalu, setelah menelepon ayahku dan mengabari kondisiku tentunya. Dari yang kudengar ayahku akan datang kesini dan sedang dalam perjalanan. Aku tidak berusaha mencegah dan tetap berpura-pura belum sadar—yang syukurnya tidak ketahuan.

Itu karena aku harus bicara pada ayahku. Secepatnya.

Oke, ini mulai canggung. Suasana di kamar rawat Jungkook hening sekali. Sepertinya aku harus membuka mata sekarang...

"Yah, Kim Taehyung." desis Jungkook tiba-tiba.

Ups, untung saja aku belum membuka mataku.

"Kau itu pabbo atau apa sih? Bisa-bisanya kau bersikap bodoh seperti itu dulu. Aish, kau ini..." suara Jungkook semakin mengecil seiring selesainya kalimat itu. Dan jika aku tidak salah dengar, sepertinya suara itu bergetar.

Oh OH. Jangan bilang dia akan menangis lagi?

Tubuhku kaku ketika jemari hangat Jungkook menggenggam tanganku lembut. Semoga Jungkook tidak menyadarinya, tapi saat ini aku mati-matian menahan diri untuk tidak terlonjak atau membuat ekspresi konyol di wajahku.

"Kurasa pencarian ini harus berhenti sampai disini saja. Maafkan aku, tapi aku tidak bisa melanjutkannya." kata Jungkook pelan.

Aku tahu. Tanpa kau minta pun aku akan menghentikannya.

"Aku...aku tidak ingin kau terluka lagi Taehyung. Kuharap kau mau mengerti. Aku sangat mengkhawatirkanmu..."

Sesuatu di dalam dadaku menghangat. Sisa-sisa amarahku yang tadinya ingin aku lampiaskan pada ayahku menguap entah kemana. Ketulusan Jungkook begitu menohok hatiku yang paling dalam, mengutuk betapa egoisnya sikapku dulu.

Ghostly [TaeKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang