3. Prove

11.4K 1.5K 61
                                    

Aku tidak tau sejak kapan aku mulai memberi perhatian lebih pada pemuda kelinci ini.

Yang aku tau sesaat setelah aku terbangun dan menyadari siapa nama yang 'ibuku' sebutkan, aku langsung mencari informasi tentang Jungkook. Tidak sulit, mengingat posisi dan pengaruhku di sekolah, informasi langsung kudapatkan dengan mudah. Tapi kemudian ada satu hal yang menarik perhatianku.

Pemuda kelinci ini bisa melihat hantu.

Awalnya aku hanya tertawa meremehkan. Menoyor main-main kepala Hoseok yang memberikan informasi konyol ini. Hingga kemudian aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Saat itu sudah seminggu lebih aku mengamati Jungkook. Siapa saja teman-temannya, apa yang biasa ia lakukan saat waktu kosong di sekolah, dan hal-hal lainnya yang tidak terlalu penting tapi entah kenapa sangat menarik di mataku.

Aku mengamatinya diam-diam tentu saja, bersembunyi di balik topeng preman yang kubanggakan dan tidak ada orang yang menyadari bahwa aku sedang mengamati Jungkook selain dua sahabatku, Namjoon dan Hoseok. Itu juga karena aku menyeret mereka untuk membantuku.

Jungkook baru saja selesai mengikuti kelas PEnya dan sama seperti yang lainnya, ia pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Kelasku yang kebetulan memiliki jadwal PE yang sama dengan kelas Jungkook juga pergi ke kamar mandi laki-laki (by the way, PE adalah satu-satunya pelajaran favoritku makanya aku tidak pernah bolos sekalipun).

Aku bersama Hoseok dan Namjoon sengaja berganti baju belakangan karena kami malas harus berdesakan dengan laki-laki lainnya. Dan saat itulah kami melihat Jungkook.

Masih dalam balutan pakaian olahraganya, Jungkook berdiri di depan kamar mandi seakan menunggu seseorang. Kami kemudian bersembunyi di dekat sana.

Saat seorang kemudian keluar dari kamar mandi, Jungkook mendongak dan merentangkan tangannya. Menghalangi laki-laki itu untuk melewatinya. Aku dapat dengan jelas mendengar pembicaraan mereka—Yeah, memang tidak elit sekali, kami bertiga menguping bersama.

"Kembalikan barang yang kau ambil di meja Seungchol." suara Jungkook.

"Barang apa?" kali ini laki-laki itu yang menjawab dengan nada sengit karena tidak terima dituduh begitu.

"Itu adalah kalung pemberian ibunya yang sudah meninggal. Kau harus mengembalikannya. Ibunya lumayan pemarah loh Jihan-ssi. Dia tidak senang ketika ada yang menyakiti anaknya."

'BRAK BRAK BRAK'

Kami bertiga tentu saja kaget dan bergegas mengintip apa yang terjadi dan bersiap seandainya terjadi sesuatu pada Jungkook. Awalnya kami mengira Jungkook sedang di pukul atau apalah, tapi hal yang kami lihat sekarang benar-benar diluar nalar.

Pintu-pintu loker yang berada di luar kamar mandi membuka dan menutup dengan sendirinya. Seolah ada yang menggerakkan semuanya secara bersamaan dan aura kemarahan terlihat jelas dari bagaimana loker-loker itu membuka dan menutup dengan ribut.

Jihan—itu nama yang kudengar—tampak gemetaran di tempatnya dan menatap Jungkook dengan wajah pucat pasi sementara Jungkook masih bersedekap dengan wajah tenang lalu ia menengadahkan tangan kanannya pada Jihan.

"Kalungnya, Jihan-ssi."

Dengan gemetaran Jihan merogoh sakunya dan memberikan apa yang ada disana pada Jungkook, sebuah liontin emas berbentuk hati. Dan seketika itu juga pintu-pintu loker itu diam. Tertutup dengan rapi seolah tidak terjadi apa-apa.

Jihan langsung lari terbirit-birit dari sana dan Jungkook terkekeh geli lalu masuk ke kamar mandi. Mungkin berganti baju, mengingat ia masih menggunakan pakaian PEnya.

Ghostly [TaeKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang