Special chapter for Zidan and Naya😂
Happy readings :)
---------
Author's POV
"Apaan woi?" panggil Zidan pada Julius, Naya dan Yulia. Otomatis mereka pun menoleh ke sumber suara.
"Eh!? Udah bangun nih pangeran tidur? Abis dicipok siapa lo?" canda Julius sambil menyeringai.
Zidan menatap sinis ke arah Julius. "Sialan lo! Lah lo pada ngapain ke rumah gue?"
"Ini nih! Si Naya mau ngapelin lo." ucap Yulia sambil terkikik.
Naya langsung membulatkan matanya sempurna. "Apaan sih? Orang gue kesini mau ngajak Zidan maen basket bareng." Naya memanyunkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ngode tuh, Dan. Minta dicium sama lo tuh kayaknya." seru Julius sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.
"JULIUSS!!!" pekik Naya nyaring.
Yulia, Zidan dan Julius menutup kedua telinga mereka karena tak tahan dengan teriakan Naya bak toa.
"Berisikk!" ucap Yulia dan Julius bersamaan. Lalu Naya menghentikan teriakannya. "Eh kucluk! Lo jadi ikut kagak?" tanya Julius pada Zidan.
Zidan menjawabnya dengan anggukan kepala. "Lo bertiga tugguin di rumah Yulia aja. Ntar gue nyusul."
Setelah Zidan hilang ditelan pintu, Naya, Yulia dan Julius kembali kerumah Yulia dan menunggu Zidan disana. 15 menit telah telah berlalu. Namun, si kucluk Zidan masih tak menampakkan batang hidungnya.
"Zidan mana sih?" Tanya Julius kesal.
"Mungkin dia otw." Jawab Naya santai.
"WOII!!"
"Tuh! Si raja ngaret sudah datang." ucap Yulia sambil mengarahkan dagunya ke arah Zidan. Ia memakai celana pendek selutut dan juga jaket boomber warna biru motif army serta tangan kirinya memegang bola basket.
"Yok berangkat!" ajak Yulia.
"Yok!" ucap Julius sambil menarik tangan Yulia.
"Si bego! Kita berdua naik apaan?" ucap Zidan dan Naya bersamaan.
Julius dan Yulia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Zidan dan Naya. Julius menatap Zidan dan Naya kebingungan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Iya yah. Gue nggak kepikiran soal itu. Eh tapi kan, lo kan punya motor? Kenapa ngga dipake?" tanya Julius.
"Motor gue ada di bengkel."
Lalu Yulia nampak berpikir.
Tlingg!!
Sebuah ide cemerlang muncul di otak Yulia.
"Gue punya ide!" seru Yulia.
"Zidan sama Naya bisa naik sepeda gue." kata Yulia. Zidan dan Naya langsung membulatkan langkah sempurna.
"APAA!?" pekik Naya dan Zidan bersamaan.
"Ide bagus tuh!" celetuk Julius.
"Ihh! Ngga ada ide lain apa?" Naya memprotes usul dari Yulia. Haruskah dia berboncengan dengan Zidan? Naik sepeda lagi.
"Hanya itu jalan satu-satunya. Lo berdua mending naik sepeda gue daripada jalan kaki."
"Yaudah-yaudah. Gue pasrah aja sih! Yang penting gue bisa maen basket." ujar Zidan dengan santainya.
Naya melirik Zidan sinis. Dengan entengnya dia mau menerima usulan dari Yulia. Sebenarnya sih dalam hati Naya ia merasa sangat bahagia jika bersama Zidan lebih dekat lagi. Tapi ia sering merasa deg-deg an saat didekat Zidan.
Lalu, Yulia masuk kembali kedalam rumahnya dan membawa sebuah sepeda lipat untuk digunakan oleh Naya dan Zidan.
"What? Ini beneran? Kita naik ini?" tanya Naya sambil menunjuk sepeda lipat warna ungu didepannya. Yulia menganggukan kepala antusias.
Naya pasrah dengan keadaan yang dihadapinya saat ini. Zidan naik ke sepeda itu lalu disusul dengan Naya yang duduk didepannya. Karena memang Yulia tak memasang sebuah tempat boncengan di belakang sepedanya.
"Ahayy! Cocok dah lo berdua." celetuk Julius yang sudah berada diatas sepeda motornya bersama dengan Yulia. Naya membalasnya dengan menatap Julius sinis.
Zidan perlahan mengayuh sepedanya. Mereka begitu dekat hingga Naya dapat mendengar deru nafas dan aroma tubuh Zidan. Pipi Naya menjadi merah merona. Jantung Naya berdegup kencang dan ia rasa bahwa jantungnya tengah meloncat-loncat kegirangan didalam sana. Sedangkan Zidan masih sibuk mengayuh sepedanya. Julius dan Yulia pun sudah semakin jauh.
CITTT....
Zidan mengerem sepedanya mendadak karena ada kucing yang tiba-tiba lewat didepannya. Tubuh depan Zidan dan tubuh belakang Naya tak sengaja bertabrakan. Naya makin di buat baper oleh Zidan.
Deg...deg...deg...
'Oh god!' batin Naya.
"Eh sorry-sorry!" ucap Zidan.
Naya hanya manggut-manggut dan Zidan melanjutkan kayuhannya.
Naya menghadap ke atas dan menatap Zidan. Wajahnya dipenuhi dengan keringat. Wajar lah, karena ia sedang bersepeda dan membonceng Naya di panas terik seperti ini. Tak disangka-sangka, satu tetes keringat Zidan mengenai rambut Naya.
"Gantian gih! Lo pasti capek." ucap Naya yang masih berada diatas sepeda.
"Ngga usah. Lo mana kuat bonceng gue. Lagian, bentar lagi juga sampai kok." tolak Zidan sambil mengelap keringatnya.
"Gue kuat kok." tawar Naya lagi tapi Zidan tak menanggapinya.
"Zidan ihh! Hentiin sepedanya."
"Nggak."
"Hentiin nggak."
"Nggak."
"Zidan! Gue bilang hentiin."
CITTT....
BUGH...
Zidan lagi-lagi mengerem sepedanya mendadak. Naya terperosot kebawah dan pantatnya membentur aspal.
"Awhh.." rintih Naya kesakitan dan lututnya mengelurkan darah. Zidan langsung panik dan segera membantu Naya.
"Yaawoh! Gue bilang juga apa. Keras kepala sih!" kata Zidan.
"Kok nyalahin gue sih? Harusnya lo yang salah. Lagian, lo ngerem mendadak mulu." omel Naya sambil memandangi lukanya.
Lalu, Zidan menuntun Naya ke sebuah pohon rindang yang berada dipinggir jalan. Zidan mengeluarkan sebuah plaster dari sakunya. Perlahan ia menempelkannya pada lutut Naya yang luka.
"Sshhh..."
"Nah sudah! Lain kali jangan ceroboh." ucap Zidan sambil mengacak rambut Naya gemas.
'Aaa!! Melting dd bang!' sorak Naya dalam hati.
"Kita istirahat bentar disini." ucap Zidan.
Lama-lama Zidan tertidur dalam posisi duduk. Tanpa sadar, Zidan meletakkan kepalanya dibahu Naya. Sontak Naya terkejut. Tapi, ia membiarkannya. Ia malah menikmati moment ini. Perlahan ia mengelus-ngelus rambut lebat Zidan.
'Lay your head on me.' lirih Naya sambil terus mengelus-elus rambut Zidan.
.......
*TBC*
Pendek yah?
Ada yang baper ga?😅
Pasti engga :v
Okeh no problem.
Yang penting VOMMENTYA😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putih Abu-Abu
Teen FictionPercintaan? Konflik? Permusuhan? Itulah hal yang terjadi di masa-masa SMA. Kisah putih abu-abu Naya, Keysha, Fiola, dan Yulia. Keempat sahabat ini tak terpisahkan. Mereka selalu bersama baik di suka maupun duka. Hingga suatu hari, mereka disulitkan...