Brak....tak....tak...suara gaduh terdengar dari lantai dua rumah sederhana. Hal ini adalah hal yang sudah biasa bagi para penghuni rumah tersebut, khususnya jika hari senin tiba.
“ Gawaaa....ttt gue telat!!!” Ucap seorang gadis manis yang berlari menuruni tangga dengan seragam SMA dan sebuah tas ransel yang dibawa hanya dengan sebelah lengannya.
Dia pergi ke ruang makan, dimana kedua orang tua dan kakak semata wayangnya menunggu. Dengan sigap dia mengambil sebuah roti bakar dan menyalami keluarganya.
“ Risa pamit dulu ya....” Ucapnya.
“ Sarapan yang bener Sa...” Kata sang ibu menasehati putrinya.
“Hahaha...biarlah dia menikmati hidupnya Mah.” Tawa sang ayah melihat kelakuan putrinya yang benar-benar tidak berubah meski usianya sudah hampir menginjak 17 tahun.
“Risa...pakai kaos kaki ki’ ke sekolah di’ ” Sindir sang kakak yang hanya dibalas dengan isyarat yang berarti ‘malas’ oleh sang adik.
Risapun segera berlari keluar rumah dan mengambil sepedanya meninggalkan keluarganya yang hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah anehnya.
Risa mengayuh sepedanya semakin cepat saat melihat jam yang melingkar ditangannya menunjukkan pukul 07:30. Dia sudah terlambat 30 menit, di hari pertama sekolah pada awal semester 4 nya.
Hal ini sudah tebilang cepat jika mengingat semester lalu ketika dia baru tiba di sekolah pukul 9 tepat dan tentu saja hal itu sukses membuatnya harus berdiri diluar kelas selama 45 menit.
Setelah mengayuh sepedanya hingga di depan gerbang sekolah Risa memperlambat laju sepedanya dan bernafas lega karena menemukan pintu gerbang yang tidak dijaga oleh siapa pun.
Upacara bendera pun telah usai. Dia memarkirkan sepedanya dan bergegas ke ruang kelasnya sambil berharap gurunya belum memasuki kelas. Belum sampai dia di kelasnya, Risa tersenyum penuh kemenangan karena dari jauh dia telah dapat mendengar suara gaduh dari kelasnya yang memang terkenal akan keributannya.
Dia pun melangkah dengan santainya kekelasnya yang berada di lantai dua. Risa masuk ke kelasnya dan langsung berjalan kesudut belakang kelas, kursi dekat jendela yang merupakan tempat duduk kesukaannya.
Risa menyimpan tasnya dilantai samping kursinya dan memulai kembali kebiasaan lamanya yaitu menatap langit biru dari jendelanya. Risa hanya diam mengamati langit kesukaannya itu hingga dia merasa kalau kelasnya tiba-tiba menjadi tenang.
Ternyata seorang guru sedang berjalan menuju ke kelasnya sehingga suasana kelasnya menjadi sangat tenang. Sang guru masuk ke kelas dengan diikuti oleh seseorang.
Beliau yang merupakan guru matematika sekaligus wali kelas dari kelas itu menyampaikan bahwa mereka kedatangan siswa baru lalu menyuruh orang di sampingnya itu memperkenalkan dirinya.
“ Rangga Wijaya, biasa dipanggil Rangga.” Katanya dingin.
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Rangga membuat seisi kelas saling berbisik karena sikap dinginnya itu. Sang guru yang biasa dipanggil pak David itu menyuruh Rangga untuk duduk di kursi yang kosong sebelum kelas itu menjadi semakin ribut.
Rangga pun langsung berjalan ke barisan belakang yang memiliki satu kursi kosong. Risa yang sedari tadi memperhatikannya merasa senang karena Rangga duduk disampingnya.
Risa sendiri heran, mengapa dia yang cuek bisa begitu tertarik dengan tatapan dan nada dingin dari pemuda itu. Risa ingin berkenalan dengannya namun pak David mulai meminta perhatian siswanya karena kebetulan beliaulah yang mengajar pada jam pertama hari itu.
Saat waktu istirahat tiba, Rangga langsung berjalan keluar kelas sehingga sekali lagi Risa tidak dapat berkenalan dengannya. Bahkan hingga bel pulang berbunyi, Risa masih tidak bisa berbicara dengan makhluk dingin yang duduk disampingnya itu.
Risa pulang dengan kecewa. Dia memutuskan untuk berkeliling dengan sepeda terlebih dahulu sebelum pulang.
***
Risa berkeliling dengan sepeda merahnya sambil memandangi langit yang mulai berubah gelap. Angin malam mulai berhembus diiringi dengan bulir-bulir air yang ikut turun dengan teratur.
‘Ha-ah.....sesering apapun ku memandang langit biru, langit malam dan hujan memanglah yang terbaik’ batin Risa sambil menengadah membiarkan hujan membasuh tubuhnya.
Risa berjalan meyusuri jalan setapak menuju taman, dari kejauhan Risa menemukan sosok yang tidak begitu asing dimatanya. Dia memutuskan untuk mendekati sosok itu yang ternyata adalah Rangga.
Terlihat Rangga yang terdiam didepan sepasang ayunan, membiarkan hujan membasahi seragam sekolah yang dikenakannya.
Tatapan dingin yang diperlihatkannya dikelas kini digantikan dengan tatapan kosong seakan jiwanya tidak berada dalam tubuhnya saat ini.
Melihat keadaan makhluk didepannya itu membuat Risa semakin penasaran dengan kedua tatapan Rangga itu. Tanpa sadar Risa sudah berada disamping Rangga dan menyentuh pundaknya.
***
Hai...gue author dri cerita pendek ini. Ini pertama kalinya gue kirim cerita ke watpad jadi maklumlah kalau hasilnya gak sebaik milik author2 lainnya.
Cerita ini adlah pengalaman pribadi gue tapi jelas tokohnya d samarkan 😂😂. Jadi kalo ad yang merasa ini mrip sma crita lain maka itu adlah faktor ketidaksengajaan.
Tolong follow dan vote nya yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Kesukaanmu
Short StoryAku selalu merasa nyaman, jika aku berada disini. Dibawah langit yang selalu kau pandang dengan tatapan berbinar itu. Dibawah langit yang selalu bisa membuatku melihat dirimu yang lain. Dirimu yang berbeda dengan yang dirimu di hari biasa. Dibawah l...