Cahaya mentari menerangi bumi di pagi indah nan cerah. Seorang gadis duduk sendirian di taman. Matanya hanya menatap kosong tanah berumput. Pikirannya hilang entah kemana.
Saat ia melihat sekilas layar ponsel yang dimainkannya. 06.57, Matanya melebar saat melihat layar ponsel yang di genggamnya. "Astaga" batinya. Ia langsung berlari ke parkiran dan mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia mendengar sesekali orang berteriak memarahinya. Namun, ia tak peduli. Yang terpenting bagaimana caranya sampai ke sekolah tepat waktu, hanya dengan waktu yang singkat dan jarak yang tak sedikit. Itu saja yang ia pikirkan.
07.18, Ia menghentikan motornya agak jauh dari gerbang sekolah. Dengan nafas terengah-engah ia melangkahkan kakinya menuju gerbang. Sesekali ia menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.
Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. 'Ayo Fa, gak ada apa-apa Faa. Ayoo' batinnya menyemangati. Pelan- pelan ia melangkah sambil mendorong motor kesayangannya.
Matanya berbinar, gak ada siapa-siapa, dan nggak ada apa-apa. Semakin mudah untuk bisa kabur secepatnya dari sini dan menuju ke kelas secepat kilat. Ketika ia sudah memakirkan motornya dan hendak menuju ke kelas, suara deheman seseorang dibelakangnya membuat ia menghentikan langkahnya.
Diam tak bergeming. Ia memejamkan matanya dan menggigit bawah bibirnya. 'Haduh mati aku' batinnya. 'Tarik nafas, keluarkan' Pelan-pelan ia membalikkan badan. Dan berusaha bersikap tenang.
Dan jederr,
Seorang berbadan tegap dengan tangan yang melipat didada sedang di hadapannya. Dengan wajah datar dan ucapan yang dingin. Dan tatapan mata yang tajam seperti mata elang. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Dan ia sedang mengontrol nafasnya yang seperti orang yang tengah berlari maraton.
-Safa Triana Oktavian🍀
TBC
***
Dikit dulu aja ya😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Dalam Penantian
Teen FictionPenantian adalah Hal yang menyebalkan yang harus dilakukan dengan sabar dan ikhlas. Menanti membuat semakin besar adanya harapan, hingga tak merasakan namanya kenyataan. Buat apa menanti kalau ujung-ujungnya juga sakit. Buat apa menanti kalau seseor...