BAB 1 • TERLAMBAT

202 11 0
                                    

Gadis berambut kuncir kuda itu berlari menuju kelasnya. Hari ini dia terlambat karna semalaman menonton drama korea. Dan untung saja tadi ia bisa merayu satpam di gerbang sekolahnya agar mau membukakan pagar untuknya. Itu hal biasa, dan mungkin satpam itu mulai kebal dengan rayuanya.

Setelah lelah berlari, gadis itu mengendap-endap menuju kelasnya, bisa berakibat fatal jika ia ketauan oleh Bu Farah selaku guru piket hari ini.

Saat di depan pintu kelasnya, gadis itu meneguk ludahnya, ia takut ketauan. Setelah dirasa aman, ia memunculkan kepalanya ke pintu kelas, bermaksud melihat adakah guru di dalam. Syukurnya belum ada guru, paling tidak ia bisa menghela napas lega.

"Rell ?" panggil suara yang kelewat dingin.

Aurell meneguk ludahnya, jantungnya berpacu cepat. Dalam hati ia menerka ini adalah guru laki-laki, karna dia tau beda antara suara perempuan dan laki-laki. Dia baru ingat bahwa jam pertama hari ini adalah pelajaran Pak Budi. Dan ia benar-benar mati sekarang, Pak Budi adalah guru ter-killer.

Perlahan namun pasti, Aurell membalikkan badannya sambil memejamkan matanya untuk menghadap orang yang menepuk pundaknya tadi. Setelah ia rasa menghadap orang itu, sedikit demi sedikit Aurell membuka matanya.

"ARKAN !!!!!" teriak Aurell saat melihat sosok itu, dia adalah orang yang paling pintar di sekolah, walaupun otaknya agak geser jadi badboy. Satu lagi, Arkan dikenal sebagai siswa yang irit bicara, dan mungkin yang paling irit bicara.

"Ngapain lo ngendap-endap ?" tanya Arkan masih dengan ekspresi datarnya yang kelewat dingin itu.

"Waaaaaa Arkan, selama 2 tahun gue sekelas sama lo, ini kali pertama lo ngomong banyak," ujar Aurell dengan senangnya sambil menepuk kedua tangannya.

Arkan hanya mendengus kesal, ia benar-benar menyesal karna bicara panjang lebar dengan Aurell. Setelah merasa percuma untuk bicara pada Aurell, Arkan memutuskan masuk ke dalam kelasnya meninggalkan Aurell yang terus ngoceh.

Aurell mendengus kesal, enak saja Arkan meninggalkannya layaknya ia sampah.

"Liat aja lo Arkan !" ucap Aurell dalam hati sambil tersenyum sinis dan masuk ke kelasnya.

"AURELL !!!!"

Aurell memutar bola matanya jengah, kini ia berada di suasanya yang sangat tidak memungkinkan, namun kedua sahabatnya masih bisa berteriak memanggil namanya. Ia hanya tersenyum tipis sambil berjalan menuju bangkunya yang tidak jauh dengan bangku kedua temannya itu.

"Idih, sumpah gue mau muntah liat Aurell sok senyum tipis kaya mau ngebet cowok gitu, biar si doi kepincut," ucap Clara dengan wajahnya yang ia buat seperti ingin muntah.

"Ngapain lagi lo telat ?" tanya Gea pada Aurell yang dari tadi hanya tersenyum tipis.

Aurell hanya tersenyum tipis ke arah kedua temannya tanpa menjawab sepatah kata pun.

"Udah lah Rell, lama-lama gue sama Gea bakal muntah beneran ini," ucap Clara yang mulai kesal dengan sikap Aurell.

"Gue menemukan suatu keajaiban," jawab Aurell dengan gayanya yang sangat bangga.

"Keajaiban apa ?" tanya Clara

"Arkan, ternyata bisa ngomong panjang," ujar Aurell dengan matanya yang membulat seperti tak percaya.

"Serius lo ? mana mau si Arkan ngomong panjang lebar ? sama Bimo aja gak panjang-panjang amat kalo ngomong , padahal notabe-nya si Bimo kan sahabatnya.

"Karna lo gak tau siapa gue, dalam waktu satu bulan gue bakal bikin Arkan care sama gue," putus Aurell seperti baru mendapat tantangan.

Kedua teman Aurell hanya menyatukan kedua alisnya tanda bingung dengan pernyataan Aurell yang lebih tepatnya mimpi Aurell yang terlalu tinggi.

King and QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang