Di Rumah Tua

28 0 0
                                    

Malam itu kami nongkrong di kedai kopi Rumah Tua. Entah ada angin apa si Putra tiba-tiba ngajakin ngumpul dan neraktir kita semua.

"Put, habis nyopet di mana?" canda Rosa setelah menelan habis pisang nugget yang dia pesan.

"Idih, nyopet! Udah gak jaman kali. Itu hasil ngerampok bank. Kalian kemarin gak nonton berita ya? Itu tuh yang rampoknya cakep banget, saking cakepnya pak polisi langsung bantuin kabur," balas Putra.

"Cakep sih cakep, tapi kalo kerjanya nyakitin hati cewek, ya tetap aja gak guna!" imbuh Rere.

"Eh, jangan salah, itu juga bagian dari merampok. Merampok hati hehe."

"Aelah pada baper! Udah, udah, makan aja. Mumpung gratisan," leraiku, kemudian menggigit burger pesananku yang baru saja tiba.

"Eh, by the way bentar lagi liburan semester, kalian gak ada planning?" tanya Putra.

"Iya nih, udah lama kita gak liburan bareng. Ayo deh, ke mana kek gitu," tambah Maya.

"Aku ijin dulu ya sama doi," ujar Rosa.

"Sama, aku juga," Rere menimpali.

"Iya deh yang punya doi. Apa-apa mesti ijin dulu, kita yang jomlo mah bebas. Ya gak Jul?" Maya menyikutku yang sedari tadi asyik dengan burgerku.

"Iya jomlo kan free, freehatin hahaha," candaanku memecahkan tawa mereka.

"Eh, tapi serius nih, liburan yuk!" Putra mengembalikan topik pembicaraan.

"Aku gak janji yah. Lagi sibuk nih, dosen pembimbingku susah banget ngatur jadwalnya," ujarku.

"Ya ampun Jul, liburan tuh buat have fun bukannya buat pusingin skripshit, toh mahasiswa juga ujung-ujungnya bakal sarjana kok."

"Bener tuh yang dibilang si Rosa. Santai aja kali. Tungguin kita juga yang kuliahnya belum kelar-kelar. Kalau kamu sarjana nanti, emangnya ada jaminan langsung dapat kerja? Palingan nganggur dulu. Mending tinggal di kampus kan, status jelas masih mahasiswa, daripada sarjana tapi pengangguran," Rere menambahkan.

"Iya deh, iya. Aku ngikut kalian aja."

"Nah, gitu kek dari tadi. Jadi kita bakal ke mana?"

"Muncak yuk! Udah lama kita gak naik gunung bareng. Aku sekalian mau latihan fisik buat program diat hehehe," Maya membuka suara.

"Jangan muncak deh, kakiku cedera habis main futsal."

"Terus ke mana dong?"

"Kalo ke pulau gimana?" Rere ikut memberi saran.

"Gak ah! Aku masih parno abis nonton film horor yang di pulau-pulau itu. Sereem!" balasku.

"Ampun deh! Perasaan kita nontonnya sebulan yang lalu deh Jul," ujar Rosa.

"Iya sih, tapi tetap aja kan parno."

"Ya udah kalau gitu, daripada ribut mau ke mana, mending kalian habisin tuh pesanan kalian. Daripada mubazir dan akunya jadi rugi," ujar Putra.

"Iya siap bos!"

"Oh iya, soal liburannya, Omku punya villa di daerah Punranga. Nggak terlalu gede sih, tapi buat nampung kita berlima cukup kok. Ntar aku coba hubungi ya, kalau gak dipake, siapa tahu kita bisa pinjam. Tempatnya strategis, adem, seru buat barbequean kalo malam," Putra menambahkan.

"Kayaknya seru tuh. Kalau semuanya setuju, aku sih yes!" ujar Maya.

"Yes juga," tambahku, kemudian disusul anggukan dari Rere dan Rosa.

Setelah menghabiskan makanan yang kami pesan, kami pun akhirnya pulang. Meskipun liburan semester masih 2 minggu lagi, tapi aku sudah tidak sabar menantinya. Barangkali benar kata Rere, aku butuh have fun.

To be continue...

I N S A N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang