76

2.3K 46 0
                                    

Maafkan aku, aku masih sering menangisimu. Sesak itu masih terasa di dadaku, rasa sesaknya terlalu nyata untuk ku abaikan. Aku selalu berharap aku bisa, namun tetap sia-sia. Tak peduli seberapa kuat aku memulai hariku, di penghujung hari rasanya tetap biru.

Maafkan aku, yang tak bisa mengendalikan tangisku. Kadang aku ingin kau melihat ku meneteskan air mata dan menghapusnya. Aku ingin kau memberikan guraumu yang paling konyol hanya untuk membuatku tertawa.
Aku tau sekarang berbeda, kau punya air mata yang lebih penting untuk kau usap. Kau punya tawa yang lebih berharga untuk kau buat.

Maafkan aku, yang tak bisa mengerti apa yang kau mau. Aku coba, aku sungguh mencoba. Namun semua tak pernah berarti dimatamu. Semua yang ku korbankan seakan-akan tak pernah cukup untukmu. Lalu kau pergi, tak memberiku waktu untuk mencoba. Tapi tak apa, ini salahku yang payah dalam mengerti. Maka, maafkanlah aku.

Maafkan aku, yang telah lancang memiliki rasa yang tak pernah pudar sedikit pun padamu. Aku terlalu hina—aku tau. Aku tak pantas—aku tau. Tapi, tak bolehkah aku menikmati sisa waktuku dengan hanya mencintaimu? Aku berjanji tak akan mengganggumu. Hanya, biarkanlah aku. Sudah cukup menyiksaku dengan rindu, kan? Tak perlu kau balas rasaku dengan rasamu, itu berlebihan. Cukup biarkanlah aku mencintaimu dengan diamku. Cukup biarkanlah aku mengaggumimu dengan rasaku.

—Nabila J,
Maafkan aku.

Quotes of the dayWhere stories live. Discover now