Part 19: Just You and Me

485 63 2
                                    

2025, seoul – South Korean

"kau oh sehun!.. matjji (benarkan)??" suara bergetar itu membuat sehun tertegun. Apa ini mimpi lagi? Oh, tuhan bangunkan sehun saat ini juga. Ia sudah terlalu tua untuk merasakan sensasi dari mimpi akibat depresi yang ia alami. Sooji sudah ada di sisinya, jadi apa lagi yang ia butuhkan selain kehadiran gadis itu? Meski tanpa mengingat dirinya.

"hug~" satu pelukan hangat membuat sehun membatu, ini bukan mimpi. Bukan, lalu apa ini? apa khayalannya? Alzheimer tak mungkin disembuhkan dan ia tahu jelas itu. Bagaimana mungkin seorang sooji dapat mengingatnya? Bagaimana mungkin?

"aku tahu.. kau oh sehun! Pria yang selama ini merupakan tokoh utama dalam setiap lukisanku..." gumam sooji pelan. Sehun merasakan ada cairan bening yang tumpah hingga membasahi pundaknya.

"apa aku bermimpi lagi?" Tanya sehun parau. Hatinya bergejolak kuat saat ini, ia merasa ingin mati menahan sesak jika ia harus terbangun dari mimpi ini dan melihat kenyataan bahwa semuanya tidak lebih dari sebuah mimpi konyolnya.

Sooji melepaskan pelukannya dari sehun dan menatap kedua mata sehun lekat. Dalam hitungan detik sooji mencium bibir sehun. Sehun tak berekspresi, air matanya jatuh begitu saja tanpa tanda-tanda. Ya, sehun merasakan sentuhan itu, hal itu membuatnya sadar bahwa semua ini benar-benar nyata. Sooji melepaskan ciumannya dari sehun lalu menatap sehun tepat kedalam bola matanya.

"pria yang telah berjanji untuk menikahiku.. pria bodoh yang terus menungguku hanya karena ia tak bisa melirik wanita lain selain diriku" gumam sooji dalam tatapan penuh arti dimatanya.

"dan pria bodoh itu adalah kau.. sehun-ah" tambah sooji. sehun tertegun, air matanya mulai menetes tapi itu tak sebanding dengan rasa syukurnya saat ini. entah bodoh atau tidak, ia mempercayai semuanya, ia percaya bahwa ini bukan mimpi dan ia percaya bahwa ini adalah kenyataan.

"nae. Namja bodoh itu adalah aku. Lalu kenapa ? kau akan marah? Marah karna kebodohanku?" Tanya sehun pelan.

"aniya.. aku tak marah. Saat ini, aku tak mengingat siapapun selain dirimu.. karena itu, aku tak akan membuatmu marah dan membuatmu meninggalkanku" ungkap sooji dengan tatapan polosnya.

"kau tak ingat apapun?" Tanya sehun menatap sooji penuh kebingungan. Sooji menggeleng pelan.

"aku hanya mengingatmu, mungkin karena kalung ini sedang bekerja dalam mencari pasangannya" ucap sooji lalu mengeluarkan kalung dari balik bajunya. Sehun terkejut, kalung itu. Kalung pemberian sehun untuk sooji.

"aku ingat saat kau memberikan kalung ini, aku menangis saat itu. Tapi aku tak dapat mengingat tentang alasanku menangis. Suatu hari nanti.. aku pasti akan mendapatkan semua memory-ku" ungkap sooji. sehun tersenyum lega menatap sooji saat ini.

"aniyo.. bagiku.. kau berada disisiku, itu sudah lebih dari cukup sooji-ya" ujar sehun tersenyum lega. Sooji membalas senyuman itu.

"lalu, apa kau akan meneruskan rencana kita?" Tanya sooji tiba-tiba. Sehun mengangkat kepala menatap sooji.

"nae?" sahut sehun bingung.

"menikah.." gumam sooji malu-malu.

"tapi, kau dalam keadaan tidak sehat.. kau harus dalam kondisi bahwa ingatanmu tak bermasalah sooji.. dan sekarang ~"

"menyadari bahwa ada seseorang yang sangat mencintaiku seperti caramu mencintaiku... aku tak akan lebih bahagia dari menikah dengan orang sepertimu.. aku mencintaimu oh sehun. Itu sudah lebih dari cukup untuk menjalankan rencana itu" ungkap sooji. sehun berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum lega dan memeluk sooji dengan sangat erat.

In My DreamWhere stories live. Discover now