Prolog

148 5 2
                                    

Aku berharap aku bersamanya, tetapi jika memang aku tidak bersamanya, suatu saat pasti ada seseorang yang lebih baik dari dia.

"Kenapa kamu diam?" tanya laki laki yang sedang disamping wanita tersebut.

"Nadin"
"Nadin?"
"Nadin!"

"Iya? Maaf. Kenapa Rafael? Aku tadi sedikit melamun." ucap Nadin.

"Kenapa kau melamun? Sedang ada masalah?" tanya Rafael serius.

"Tidak ada masalah. Sedang memikirkan seseuatu. Seseuatu yang rahasia." ujar Nadin.

"Seseuatu yang seperti apa? Beritahu kepadaku. Kita sudah bersahabat dari kecil Nadin." tanya Rafael penasaran.

"Seseuatu yang sangat rahasia." ujar Nadin.

Sebenarnya, aku sedang memikirkan seseuatu. Seseuatu yaitu aku bisa berharap denganmu apa tidak. Seseuatu yang kemungkinan tidak terjadi dan selalu aku fikirkan.

Rafael menghela nafas. "Yasudahlah. Kenapa rumahmu sepi? Papamu?"

"Sedang kerja seperti biasanya dan pulang telat seperti biasa karena urusan pekerjaan dan bisnis. Biasanya selalu pulang jam 8 atau jam 9 malam. Kalau kau lapar ambil saja di meja makan ada makanan." ujar Nadin sambil menunjukkan meja makan.

"Baiklah."

Rafael adalah sahabat Nadin dari kecil. Dulu Rafael adalah tetangga Nadin, tetapi saat kelas SMP, Rafael pindah rumah. Tetapi tidak membuat Rafael tidak mengunjungi rumah Nadin. Rafael menganggap Nadin sudah seperti adiknya sendiri. Adik yang harus dijaga oleh Rafael.

Tetapi, Nadin merasa nyaman dengan Rafael. Nadin menganggap Rafael lebih dari itu. Nadin mempunyai perasaan kepada Rafael, tetapi Rafael tidak mengetahuinya.

Nadin tetap menyimpan perasaannya. Nadin bersikap seolah olah tidak ada perasaan kepada Rafael dan bersikap ketus kepada Rafael. Nadin tidak tahu apakah sikap Nadin bisa terus bersikap ketus kepada Rafael.

The MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang