Part 2

83 5 0
                                    

Rafael masih memejamkan matanya mendengar suara merdu Nadin. Suara Nadin, lagunya, benar benar masuk ke dalam perasaan Rafael. Nadin membawakan lagunya dengan rasa sedih, dan membuat jantung Rafael sesak ketika mendengarnya. Seperti ada kesedihan yang mendalam di dalam diri Nadin.

Rafael memejamkan matanya begitu lama, Nadin membuka matanya dan berhenti bernyanyi, lalu Rafael membuka matanya, melihat Nadin sedang menikmati pemandangan didepannya dengan takjub.

"Suaramu sangat bagus dan indah Nadin."

Nadin tersentak dan terperanjat. "Sejak kapan kau disitu?" jawab Nadin ketus, "Lalu kenapa kau tidak mengetuk pintunya?" Nadin menatap tajam Rafael.

"Kau benar benar ketus Nadin." Rafael tersenyum menggoda Nadin. "Sesekali bersikap lembut kepadaku."

"Aku tidak pernah bersikap lembut."

Rafael terkekeh, "Aku tahu, kenapa kau tidak pernah cerita?"

"Tentang apa?"

"Suaramu yang begitu indah dan merdu. Membuatku selalu ingin mendengarnya." Rafael menggoda Nadin dan membuat Nadin jengkel serta membuat Pipi Nadin merona karena pujian Rafael.

"Aku tidak perlu memberitahumu Rafael. Itu tidak penting bagimu juga bukan?"

"Itu sangat penting." Rafael melangkah mendekat kearah Nadin. "Kau sedang menikmati pemandangan disini, ya. Benar benar indah." Rafael tersenyum lembut kepada Nadin.

"Ya, benar benar indah. Membuatku nyaman dan selalu ingin bernyanyi."

"Kalau begitu, bernyanyilah. Disaat kau bernyanyi, kau seperti seorang malaikat yang sedih kehilangan sayapnya karena tidak bisa terbang. Itu membuat jantungku sesak mendengarnya. Perasaan yang begitu dalam, sampai ke hatiku Nadin. Aku baru kali ini merasakannya." Rafael
tersenyum sambil melihat pemandangan didepannya.

"Kau.. baru merasakannya?"

"Ya, merasakan hal yang seperti ini. Hatiku tersadarkan seseuatu." jawab Rafael tersenyum muram.

"Apakah kau ada masalah Rafael? cerita padaku." Nadin menatap Rafael penuh arti.

"Aku tidak ada masalah. Hatiku begitu beku dan dingin sampai tidak merasa ada masalah atau tidak, aku tidak pernah merasakan senang ataupun sedih." Rafael tersenyum lembut kepada Nadin. "Entah kenapa ketika aku bersamamu, aku merasa senang. Ketika kau merenung, aku khawatir kau ada masalah. Ketika kau sedih, itu membuat jantungku sesak. Aku merasakan hal yang baru ketika bersamamu. Hal yang tidak pernah aku rasakan Nadin. Karena itu kau adalah  sahabatku, aku akan selalu menjagamu. Karena kamu sudah kuanggap seperti keluargaku
sendiri yang harus aku jaga." Rafael menyentuh pipi Nadin dan tersenyum lembut kepada Nadin.

Pipi Nadin merah padam. Nadin benar benar senang mendengarnya. "A..aku adalah sahabatmu. Ceritakan saja padaku. Aku akan selalu ada disampingmu Rafael."  ujar Nadin gugup dan tersenyum kepada Rafael. "Lalu, lepaskan tanganmu. Kau memegang pipiku seolah olah menganggapku seperti anak kecil."

Rafael tertawa, "Kau memang anak kecil Nadin." Lalu Rafael mengecup dahi Nadin, memeluknya. "Aku benar benar beruntung mempunyai sahabat sepertimu. Kau seperti adikku sendiri." Rafael meletakkan dagunya dikepala Nadin, dan membuat Nadin salah tingkah atas perlakuan Rafael ke Nadin.

"Lepaskan aku. Aku bukan anak kecil!" Nadin mendorong Rafael, Nadin ketus kepada Rafael karena memperlakukannya seperti anak kecil.

Rafael tertawa, "Bahkan disaat seperti ini, kau bersikap ketus kepadaku."

"Aku memang ketus." jawab Nadin cuek.

The MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang