A/N: Tolong baca author notesku di akhir dong :(
Oktober, 20XX
"Park Jihoon!"
Jihoon kira dia lumayan pintar dalam acting, tapi gaada yang bisa menyembunyikan rasa kagetnya pas Daehwi dan Hyungseob menghambur masuk ke rumahnya, kemudian mengelilingi meja ruang tamu yang ia pakai dengan tatapan menyelidik.
Diam-diam, Jihoon kicep di bawah mata mereka.
"Lo jelasin sekarang juga kenapa Kuanlin anteng banget dari kemaren dan kenapa lo putus!"
Jihoon membuka mulut untuk izin nanti aja soalnya dia lagi nugas, namun kemudian Daehwi memberi dia tatapan yang jelas banget isinya begini, "kasih tahu sekarang atau pertemanan kita kelar!"
Mau gak mau, Jihoon nurut. Sambil menghela nafas, ia merapihkan kertas kerjanya. "Duduk dulu gih kalian. Ada yang mau di bikinin minum?" Tanya Jihoon sebagai tuan rumah yang baik.
"Gue mau es sirup." Ketus Daehwi, mendudukan dirinya di sofa dekat meja."Gue juga." Sahut Hyungseob, lebih santai.
Jihoon mengangguk sebelum menghilang ke dapur untuk memenuhi keinginan tamunya. Buru-buru dia bikin, soalnya di pikiran dia semakin cepat dia cerita semakin cepat pula dia bisa belajar.
Ketika minuman dihidangkan, gabutuh lama buat dua temannya buat ngambil. Jihoon rasa capek juga daritadi teriak-teriak.
"Lo cerita aja, Hoon. Sambil kita minum." Usul Hyungseob saat di lihatnya Jihoon malah nungguin mereka kelar sebelum cerita.
Jihoon mengangguk, minum air terlebih dahulu sebelum akhirnya dia cerita.
--
"Jihoon, gue udah dateng."
Ucap Kuanlin dari ujung telepon, sementara Jihoon masih terjebak dalam kemacetan di jalan utama.
"Oh?" Ucapnya untuk melanjutkan percakapan mereka yang sebenarnya gak penting banget. Mereka mau ketemuan, Jihoon mau ngomong. Apa lagi kalo bukan soal itu. "Lo pesen apa dulu gitu, kayaknya gue masih beberapa menit lagi."
"Oke." Balas Kuanlin dalam diam, menunjukkan kalo dia beneran udah sampai duluan di kafe langganan mereka. "Mau gue pesenin buat lo juga?"
Jihoon terdiam, tangannya meremat pegangan bus yang dari tadi menahan dia dari goncangan bus.
"Boleh."
Tanpa bilang dia mau pesan apa pun Kuanlin pasti tau. Mungkin udah hafal kayak Jihoon yang hafal sama kebiasaan-kebiasaan Kuanlin.
"Oke."
Sambungan terputus tanpa ada balasan dari Jihoon. Bikin gila aja, batinnya. Mereka canggung banget. Kekuatan sebuah penolakan.
Entah ada keajaiban dari mana, tiba-tiba jalan yang awalnya macet jadi bebas kendaraan dan bus yang di tumpanginya pun melaju lancar. Jihoon hampir aja melewati kafe, untungnya bus berhenti tepat di depan.
Jihoon turun setelah bayar, memasuki kafe sambil celingak celinguk, sebelum langsung jalan ke Kuanlin yang gampang banget buat di lihat. Selain dia tinggi, dia lagi pakai beanie kuning neon bekas Jihoon. Jihoon kasih ke dia soalnya ya, udah gak muat lagi kepalanya.
"Hey," sapa Kuanlin kayak biasanya. Lucu sih, soalnya yang di tolak disini itu Kuanlin. Yang tersakiti itu dia. Tapi jelas banget disini yang lebih kalem itu dia juga.
"Pesanan lo udah dateng daritadi. Mau makan dulu aja?" tawarnya.
Selalu paling gentle. Selalu ngeduluin Jihoon kalo ada apa-apa. Lama kelamaan, Jihoon juga kesel karena sekeras apapun dia berusaha, dia gak bisa suka sama Kuanlin.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Tahun Lamanya +panwink
Fanfic[COMPLETED] Orang itu beda-beda waktu jatuh cintanya. Kalo Jihoon, tujuh tahun bareng baru jatuh cinta. Dalam kata lain, kisah kasihnya Guanlin sama Jihoon selama tujuh tahun bareng. {semi baku}