.7.

14.9K 1.9K 433
                                    

Seoul
7 bulan, 2 minggu, 1 hari kemudian

Taeyong berjalan melewati lorong penuh rak makanan ringan di supermarket, mengambil banyak cokelat dan memasukkannya dalam troli -yang sudah penuh terisi ramen, kotak sereal, dan makanan instan kalengan.

List daftar belanjaannya sudah tercoret semua.

Taeyong mendesah, menuliskan satu catatan di bagian bawah kertas.

Seandainya Jaehyun masih bersamaku.

-acara berbelanjanya tidak akan semembosankan ini.

Taeyong memasukkan pena dan kertas itu ke sakunya dan menuju ke kasir.

Setelah membayar, Taeyong langsung pulang. Disambut oleh pemandangan tumpukan buku dan kertas berserakan, yang terlalu malas dia rapikan.

Rasanya terlalu tenang.

Taeyong merasa kesepian di apartemen ini sejak mereka, salah satu dari pekerja NCT, datang dan membawakan pesan terakhir Jaehyun untuknya. Sampai sekarang, Taeyong selalu merasa seperti itu kemanapun dia pergi.

Tidak ada lagi Jaehyun si Neo-Humanoid. Tidak ada lagi Jaehyun dan kekakuannya. Tidak ada lagi Jaehyun dan semua omelannya. Tidak ada lagi Jaehyun dengan semua kesempurnaannya. Tidak ada Jaehyun dan ke-sangat Jaehyun-annya.

Taeyong ingin menangis setiap memikirkan itu.

Ayahnya selalu khawatir dan sering menyuruhnya pindah ke kampus di kota tempatnya lahir, agar dia tidak perlu tinggal sendiri, tapi tentu saja Taeyong menolak.

Setelah menaruh kantong belanjaan begitu saja di sofa, Taeyong memutuskan untuk pergi ke kamar dan tidur sebentar.





Ting tong!

Bel pintu mengejutkan Taeyong yang seketika duduk dan terpaksa kembali terjaga. Dia turun dari tempat tidur dan menuju pintu. Terlalu kesal dan siap memaki siapapun yang datang bertamu.

Bukankah sangat tidak sopan mengganggu seseorang yang baru akan mulai tidur?

"Yaa, kau ini-"

Taeyong menggosok matanya. Jantungnya baru saja melompat dari tempatnya. Secara harfiah.

Taeyong benar-benar tidak sedang bermimpi di tempat tidurnya kan?

"JAEHYUN?!"

Taeyong tersentak. Dia menarik sosok itu masuk ke apartemennya, mengusap rambutnya dan menelusuri wajahnya.

Benar! Ini Jaehyunku!

Taeyong memeluknya erat-erat. Menghirup aroma pakaian yang baru dicuci itu dan membasahinya dengan air mata kebahagiaan.

"Jaehyun-" Bisiknya serak. "Bagaimana bisa? Aku pikir kau mati-"

"Mati? Siapa yang bilang begitu?"

"Seseorang bernama Johnny! Dia datang dan membawa pesan darimu dan kupikir kau sudah-"

Bodoh! Taeyong baru menyadari jika Johnny sama sekali tidak menyinggung hal itu. Pemuda itu hanya berkata -Jangan terlalu sering menangis. Itu membuat wajahmu jelek, Taeyong- kemudian Taeyong terlalu kalut, membuat kesimpulan sendiri, sibuk menangis dan berteriak-teriak tanpa sempat memberinya kesempatan bicara.

Suara isakan dan kata-kata tersendat muncul dari bibirnya.

"Jadi- jadi- jadi- kau tidak mati?"

"Tidak." Dia mencium kening Taeyong. "Butuh beberapa waktu dan usaha untuk memperbaikiku, tapi mereka berhasil."

My Jaehyun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang