Jakarta, 12 November 2017. 19:45 WIB
"Pak, makhluk-makhluk ini terlalu banyak dan amunisi kita sudah menipis. Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pria berpakaian hitam dan menggunakan rompi anti peluru didadanya.
"Lapor, pasukan TNI baru akan datang 15 menit lagi." teriak seorang pria di belakang sang komandan.
'Sial, masih banyak orang yang terjebak di rumah-rumah dan gedung-gedung lain. Saat ini yang bisa aku lakukan hanyalah menahan makhluk-makhluk ini sampai bala bantuan datang.' Pikir Susilo.
"Semuanya, ubah tembakan dari fully automatic menjadi semi automatic untuk menghemat peluru. Berapa banyak granat yang masih tersisa?"
"Saya masih punya 3 pak."
"4 pak."
"2 pak."
"Pelontar granat masih belum terpakai pak."
"Baiklah, saat menembak selingi dengan lemparan granat. Jangan sampai meleset!"
"Siap komandan!" teriak seluruh pasukan.
"Lindungi yang sedang reloading, saya tidak mau ada yang terinfeksi!"
"Baik!"
Suara rentetan tembakan dan ledakan memecah kesunyian malam itu, pecahan aspal dan puing bangunan disekitar Medan tempur berhamburan, dan mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan. Semakin banyak yang tumbang, semakin banyak juga yang datang.
"Astaga, sampai berapa lama lagi kita harus menunggu pasukan bantuan?" ujar Yanto dari belakang pasukan.
Mayat-mayat hidup meraung saat timah panas menembus tubuh mereka. Entah terbuat dari apa tubuh mereka itu, sebanyak apapun mereka tertembak, mereka tak kunjung tumbang. Karena inilah, setidaknya 100 orang harus dikerahkan untuk mempertahankan garis pertahanan dari serangan mereka.
"Aaahhhhhh........tidak, dia menggigitku. Tolong aku..."
"Tim medis, cepat lakukan pertolongan pertama. Kita tidak tau berapa lama waktu yangt dia miliki."
"Siap pak! "
Seorang pria yang telah digigit oleh makhluk-makhluk tadi segera ditarik kebelakang pasukan, dan beberapa orang dari belakang pasukan maju untuk mendukung pasukan didepan. sementara itu, amunisi mereka menipis dan bala bantuan pun belum kunjung datang.
"Pasukan Jaguar masuk." ucap seorang pria dari sebuah Walkie talkie.
"Iya Jaguar, ada apa?"
"Kami ingin melapor bahwa pasukan TNI akan sedikit terlambat karena mengalami nasib yang sama seperti kita."
'Sial, kami sudah tidak bisa menahan mereka lebih lama lagi.'
"Baiklah, suruh mereka untuk cepat. Atau kirimkan pesawat pengebom untuk menghancurkan blok ini."
"T-Tapi pak, bagaimana dengan...."
"Aku tidak peduli! Keselamatan semua orang bergantung pada kesuksesan misi ini, nyawa banyak orang sedang terancam."
"Aku tau pak, tapi...."
"Tidak ada tapi-tapian! Lakukan perintahku sekarang juga prajurit! Tanpa pengorbanan tidak akan ada kemenangan! "
"B-baik pak, akan saya laksanakan."
"Laksanakan! "
"....."
"Senang berkerja sama denganmu nak. "
Suara statis terdengar dan sambungan komunikasi terputus, Susilo membayangkan keluarganya setelah memberikan perintah untuk mengebom blok tempat dia sedang menahan makhluk-makhuk ini.
Tanpa sadar air mata mengalir di wajahnya, dan dia mulai menangis.'Maafkan aku sayang, aku harus meninggalkanmu dan anak kita. Padahal aku ingin melihatnya tumbuh dewasa, aku akan selalu menyayangi kalian.'
Segera Susilo menyambar senapannya dan membidik lautan mahluk-mahluk itu. Telunjuknya bergetar menahan luapan emosi yang tengah memuncak. Urat di wajahnya berkedut. Ia menekan pelatuk layaknya orang kesetanan. Peluru-peluru itu menghujani lautan mayat hidup dihadapannya. Mencabik-cabik tubuh mereka yang sudah berantakan. Lelaki itu menyerang marah dan menarik kokang. Membuat butir-butir selongsong peluru jatuh ke aspal. Semua emosinya mengalir dalam setiap peluru yang keluar dari moncong senapannya. Air mata mengalir deras dari kedua Netra lelaki itu, terbayanglah lagi wajah anak dan istrinya dalam benaknya.
'aku akan selalu menyayangi kalian.' ucap susilo dalam hatinya.
----------------
Suara rentetan tembakan semakin melemah dan pasukan semakin panik. sementara para mayat hidup tidak kunjung berkurang tetapi malah bertambah banyak. Pasukan pembersihan semakin riuh saat amunisi mereka menipis dan para mayat hidup semakin mendekat.
"Ini klip terakhirku!" seru seorang pria dari pasukan pendukung dibelakang.
"Sial! Peluruku habis."
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Berapa granat yang tersisa?" teriak susilo.
"10 pak, aku tidak yakin kita bisa menghabisi mereka hanya dengan 10 granat." jawab seorang pria dibelakang Susilo.
"Gunakan semua Sumber daya yang kita punya, keberhasilan misi ini bergantung pada kita! " teriak Susilo sembari menembak.
Tak lama tembakan Susilo terhenti, dia lalu membuang senapannya dan menarik sepucuk pistol dari pinggangnya. Nasib yang sama menimpa tentara lainnya yang kehabisan peluru, barikade yang mereka buat menyerah dan akhirnya runtuh karena tak kuat lagi menahan lautan manusia yang begitu banyak.
"Pak pesawat pengebom akan tiba dalam hitungan detik, mereka akan meluncurkan misil. Apa perintah anda? " tanya seorang tentara dibelakang Susilo.
"Kita tahan mayat-mayat ini sampai mereka tiba. Dan nak, senang bekerjasama denganmu."
"Sebuah kehormatan bisa bekerja sama dengan anda pak."
Terlihat pesawat pengebom terbang rendah dan melepaskan sebuah misil kearah lautan manusia yang sedang dihadapi Susilo dan pasukannya. Ya, ini adalah misi bunuh diri. Susilo menitikan air mata, wajah istri dan anaknya terbayang di pikirannya. Susilo memejamkan matanya dan berkata:
"Selamat tinggal.... "BOOOMMM.......
misil meledak dan menghacurkan target yang dihantamnya, semua yang ada lenyap tak tersisa. Begitupun mayat-mayat itu dan.....Susilo.
Akhirnya selesai juga prolog cerita pertama gw, mohon dimaafkan kalo ada kata-kata yang salah. Maklum, penulis baru. Gw akan usahain cerita ini jadi semenarik mungkin supaya pembaca bisa menikmatinya.
See you in the next chapter
-Salam, AJ LEGIONS-
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
Fantasy"Kota kita telah dikepung, apa yang harus kita lakukan?" "Semuanya tetap bersama, jangan ada yang berpisah." "Aku Tidak mau mati!" "Dunia ini, telah hancur."