Chapter 1: Outbreak

151 13 14
                                    

Tanggerang, 20 November 2017. 06:20 WIB

Seorang laki-laki sedang  berjalan sambil tertunduk lesu. Kedua tangannya dia masukan kedalam saku celananya. Pandangan matanya sayu.

David Almer Williams, rambutnya hitam dan runcing diujungnya. Warna matanya hitam. Tingginya 169 cm dan berat badannya 67 kg.

Dia selalu menggunakan jaket hitamnya yang bertudung dengan resleting yang selalu terbuka sehingga memperlihatkan dasi dan seragamnya yang tidak dia masukan. Dia juga menguasai beberapa ilmu bela diri dan hobi bermain basket.

"Dave," panggil seseorang dibelakangnya.

David menengok dengan malas ke asal suara dan menjawab panggilan tersebut, ternyata itu adalah sobatnya, James.

James Marcus Adrian, dia memiliki rambut spiky pendek. warna mataya cokelat. wajahnya maskulin. perawakannya tinggi 167 cm dan berat badannya 67 kg.

Dia ahli dibidang olahraga. Dia juga menguasai beberapa jenis ilmu bela diri dan sering sparring dengan David. Tapi jumlah rasio kemenangannya saat sparring dengan David hanya 2:3.

Sama seperti David, dia selalu menggunakan jaket birunya setiap pergi ke sekolah, entah kenapa mereka tidak merasa panas saat menggunakannya di cuaca yang cerah seperti ini.

Dia juga adalah teman masa kecil David, dan mereka selalu masuk disekolah yang sama sedari Taman kanak-kanak hingga sekarang ini.

"Yo James, ada apa?"

"Kau ini Dave, aku hanya basa-basi. Kau ini kaku sekali."

"Oh, maaf-maaf. Aku lelah sekali, aku tidak tidur Sama sekali semalam. Dan aku memutuskan untuk mengerjakan tugas Matematika yang diberikan oleh Pak Alfi dua hari yang lalu dan untungnya sudah selesai."

"OH IYA.....AKU LUPA!!!" teriak James kebingungan.

"Hmmm??.... Kau kenapa James?" David bingung melihat tingkah James.

"Aku lupa mengerjakan pr." balas James sambil nyengir.

"Memang sudah kebiasaanmu melupakan segala sesuatu, ini lihat saja prku." David membuka tasnya dan menyodorkan buku tulis berwara merah .

"Hehehe.... Terimakasih Dave, kau memang teman baikku." James tertawa kering.

"Kau tidak bisa terus merepotkan orang lain, kau harus belajar mandiri. Lain kali aku tidak akan membantumu lagi." ucap David sambil menatap James dengan wajah datar.

"Hahahaha...... Maafkan aku, akan aku ingat pesanmu itu."

"Yayaya... Terserah kau saja. Ayo cepat jalan atau kita akan terlambat nanti, Aku tidak mau dihukum karena kau."

"Baik-baik, dari dulu kau ini memang selalu bersikap dingin. Sesekali kau harus bersikap ramah pada orang lain. Bagaimana kau akan mendapat pacar kalau kau terus seperti ini?" ujar James dengan sedikit, menyindir(?)

"Terserah kau saja. Ayo cepat, atau kita kan terlambat dan kau tidak akan sempat mengerjakan pr."

"Ah iya, ayo." ucap James sambil berlari kecil meninggalkan David dibelakangnya.

Akhirnya mereka sampai disekolah sebelum bel masuk berbunyi, semua murid masuk ke kelas masing-masing tak terkecuali David dan James.

Kelas David, kelas XI-B, terletak dilantai tiga gedung induk sekolah. kelasnya berukuran normal, cukup untuk menampung 35 anak. Seperti kebanyakan sekolah lain, di SMA Ayodhya satu meja digunakan untuk dua orang.

Dikelas David juga terdapat meja guru dan papan tulis kapur. Juga terdapat sebuah lemari yang menyimpan berbagai buku pelajaran, foto-foto murid satu kelas yang berpigura, dan piala-piala disudut belakang kelas. Tak ketinggalan ada sebuah kotak P3K disebelah lemari tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang