🐣🐣

12 4 1
                                    

Hari Selasa

Hari ini adalah hari Selasa, yaitu hari sebelumnya Selasa dan setelah dari sebelum Selasa. Hari ini adalah hari yang cukup membosankan baginya.
Entah kenapa, dia terlihat tidak cukup tertarik dengan hari yang berjadwal Matematika Pm(peminatan), PPkN, BK, dan yang membuatnya tambah tak bernyawa adalah olahraga di jam ter-a-khir.

Saat pelajaran matematika
Caca POV

"Kalian mengerjakan halaman 70 uji kompetensi 3, ya, nanti kita bahas," perintah Pak Sudirman. Beliau guru matematika kami. Beliau memang guru yang cukup enak untuk dimengerti, soalnya beliau nggak kode-kodean sama muridnya.

"Ya, Pak," jawab beberapa murid.

Gue pun mengerjakan sambil menggunakan headset yang tertutup kerudung (jangan ditiru, ini adegan profesional).

"Ca.. ini gimana ngerjainya," Silvi

"Remukan atiikuu.....yeeee"

"Cacaaa!" Silvi

"Aku iso nggawe kowe lara, laraning ati ing njero dada..nadyan....."

"Caaaaa!" Silvi mulai menggoyangkan kelas, eh kursi gue.

"Paan si, ganggu orang aja," Gue kesal

"Itu ada cicak makan katak," Silvi. Ya, dia temen sebangku gue. Bukan berarti 1 bangku bedua loh. Dia temen baru gue, otaknya miring sekitar 5 derajat kayanya. Tapi kerennya dia itu anak Sosis.

"Oh," jawab gue yang ingin melanjutkan momen sekolah terbaik gue.

"ih, Ca, ya bukan itu lah. Gue mau nanya ini gimana ngerjainnya? Otak gue ga nyampe buat mikir make rumus apaan," jelas Silvi

"Itu mah lo tinggal make rumus awal, tapi itu angkanya dijumlah dulu. Terus masukin rumus biasanya. Selese deh," jelas Gue.

"Udah gitu doang? Elah itu mah gue juga bisa," kata Silvi penuh gaya.

"Oh udah bisa? Alhamdulillah. Yaudah lanjutin sendiri jangan nanya gue lagi kalo ngga bisa. Jangan ganggu kehidupan nyaman nan tentram gue ini," ancam gue

"Ya," Silvi

(15 minutes later)
(Tutup buku)

"Lu udah selesai, Ca?" Silvi kepo

"Udah," Gue

"Cepet amat, itu otak isinya angka? Kok ngitungnya cepet?" Silvi kepo level 2

"Udah kebiasaan ngitung kali Vi, emang elo, 7×8 aja jawabanya 30," ledek Gue

"Yeee, namanya juga lupa. Kan gue ga kebiasa ngitung, Ca. Biasanya juga gue utang, ibu kantinnya yang ngitung,hehe" Silvi

"Elah lu ngutang berapa M? Eh, tapi apa peduli gue, sana kerjain lagi, keburu mataharinya muncul lagi," ledek Gue

"Ya mak"

"Gimana? Udah selesai?" Tanya Pak Sudirman.

"Sudah, Pak," jawab gue. Iya gue doang yang udah selese, yang lain nggak jawab. Keren kan gue?walaupun tingkah dan otak gue rada gesr gini - gini gue itu dikatain golongan anak berotak encer, hehehe.

Tapi, gue gapernah merasa gue itu pinter. Bahkan gue juga suka mikir kenapa gue bisa pinter? Belajar aja kalo ada ulangan. Gitu bisa pinter ya, temen gue aja belajar tiap hari, les sore malem hasilnya sama aja tuh kaya gue. Bahkan kadang gue bisa ngunggulin dia. Bukan bermaksud sombong si, tapi gue rasa semua pengorbanan kadang ga ada hasilnya. Ada si, tapi tetep aja(?) Entah dia ga ikhlas, ga niat ato apapun gue ga pe-du-li.
"Kelamaan curhat lo, Ca," kata Author.

"Sorry, thor '-' maafin Caca, jangan usir Caca dari cerita ini,"

"Yaelah, drama amat lo, udah sana balik lagi ke cerita," Author nyuruh Caca.

Karena belum ada yang selese, akhirnya hari itu berakhir dengan gue yang ngejawab hampir sebagian soal. Dan alhamdulillah tidak ada yang salah dari itungan gue. Bel istirahat kedua bunyi. Alhamdulillah, selesai sudah penderitaan pantat gue.
Istirahat di sekolah ini cuma 15 menit. Keren kan? Para siswa cuma sholat dan makan itu aja kalo sempet. Dan gak lama pun akhirnya istirahat selesai dan masuk kelas (lagi).

___________________________________
Hai readers, makasih waktunya ya.. plis dong vote. Sukur bisa komen, tapi ya seterah deh, udah mampir gue udah makasih banget, seenggaknya otak gue ini ada yang ngehargain 😊 next chap?


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memori MinikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang