Prolog

70 3 0
                                    


Ketika aku mulai merasa mengagumi dirimu
Dan tidak dapat menahan rasa keinginanku memilikimu.
Maka ibarat aku mencoba memetik bunga Mawar dengan segera
Tanpa melihat durinya.
Iya, jelas aku terluka.

Tulisnya dalam secarik kertas dengan pena. Adoria Beril Elvarette namanya, panggil saja Elva. Dia tinggal bersama Ibunya di Indonesia sedangkan Ayahnya berada di Belanda, benar sekali, Elva keturunan Belanda dari Ayahnya.

Hujan
Tetap berada disini
Menemani rasanya sepi dihati
Walau aku tau tanpa seseorangpun yang sedang aku nanti
Bahkan ia sudah tidak dapat aku miliki
Karena semua serasa mati.
Hujan
Bisakah kau lebih lama berada
Agar aku bisa merasa bahagia yang pernah ada
Merasa kenangan yang pernah ada
Hingga benar, semua sudah tiada.

Elva tetap berada di depan kaca jendela kamarnya. Menatap kaca jendela yang mulai basah pernahan terkena air hujan. Jari jemarinya mulai sedikit ia ketukkan ke kaca jendela kamarnya. Pandangannya kosong, amat kosong hingga beberapa kali bunyi gemuruh mengagetkan dirinya.

Hujan itu mengingatkannya pada pria yang pernah membuatnya jatuh cinta kepada siapa? Kepada Reynard Aurelius Ellard. Namun lebih tepatnya ia Jatuh Cinta Sendirian.

Aku pernah bertanya kepada Reynard beberapa waktu yang lalu. Ketika masih duduk di bangku 2 SMA.

"Rey, jika kita jatuh cinta kepada seseorang secara diam-diam. Apa dia akan tau?".

Dan Reynard menjawab "Jatuh cinta kepada seseorang dengan diam? Kau pikir kau tidak tau jika Tuhanmu mencintaimu? Hanya karena dia tidak berwujud. Apa kau tidak merasakan kepedulian Tuhanmu terhadap dirimu dengan mengabulkan setiap doa-doamu? Lalu jawabannya, dia tau. Pasti tau jika kamu mencintainya, bukan karena sebuah ucapan, melainkan sebuah tindakan".

"Tapi aku tidak melakukan tindakan apapun padanya Rey".

"Tatapanmu El, tatapanmu tidak dapat berdusta dihadapannya". Jawab Reynard dengan menatap kedua bola mata Elvarette.

"Lalu Reynard, jika aku menyukai seseorang dengan diam tanpa bertindak, tanpa mengucap dengan waktu yang lama dan aku mulai lelah untuk menunggu agar dia mengetahui semuanya lalu aku mulai pergi tanpa sebuah kepastian, jelas perasaanku sudah hilang bukan?".

"Bukan perasaanmu yang hilang Elva, tapi cintamu yang hilang. Karena hanya perasaan saja bisa meluluhkan hati dan menumbuhkan cinta. Tapi jika cinta tanpa perasaan, itu hanya sebuah nafsu belaka". Jawab Reynard sambil menyodorkan tangannya kepada percikan air hujan yang jatuh dari atap halte sekolah.

"Jadi? Perasaanku masih ada?"

"Ku pikir begitu". Jawabnya singkat.

"Reynard Aurelius Ellard.
Dia adalah pria yang pernah aku kagumi
Hingga mungkin sampai saat ini. Entah, mengapa perasaan ini tidak bisa hilang meski berkali-kali ku paksa.

Matanya, berkilau seperti Fajar yang datang dari ufuk timur.
Menyilaukan, namun kehangatannya membuat tubuhku hangat sekujur.
Hingga sebuah rasa kerinduan tidak sempat tertutur.

Senyumnya, melukiskan sebuah kepastian.
Hingga perasaankupun diuji dengan penantian.
Iya, penantian tanpa sebuah jawaban.

Tawanya, membuat dunianya serasa menjadi miliku.
Namun ketika ia melihatku, justru kupalingkan segera dengan kaku.
Iya, karena aku tidak ingin dia tahu.
Karena jika ia tahu, kupikir semuanya akan segera berlalu."

Tulis Elva dalam buku hariannya. Apa yang bisa dilakukan dengan Elva? Mengagumi tanpa pandai berkata dihadapannya.

I Can'(t)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang