"Hai elva". Tiba-tiba suara seorang laki-laki terdengar dari belakang Elva.
Elva tak menjawab, ia segera melihat siapa seseorang yang memanggilnya.
"Rey". Ucap Elva lirih.
"Iya, berangkat bareng ya". Ajak Reynard yang menghentikan langkahnya tepat di depan Elva.
Elva mengangguk seraya ia mengiyakan, kedekatannya dengan Reynard sudah bisa dibilang teman, karena Reynard sudah sedikit peduli kepada Elva, namun Elva tetap bersikeras untuk menyembunyikan perasaannya, iya, karena ia tidak ingin terburu-buru untuk mengatakan perasaannya kepada Reynard.
"Sudah belajar? ". Tanya Reynard menghilangkan suasana hening sepanjang jalan.
"Sudah kok". Jawab Elva singkat.
"Selesai UKK ada niatan untuk liburan? ". Tanya Reynard.
"Mmm, tidak Rey". Jawab Elva sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu? ". Tanyanya lagi.
"Ya hanya tiduran, membaca novel, hanya itu". Jawab Elva sambil menatap Reynard dan tersenyum.
Ini adalah hari pertama mereka menjalani Ulangan Kenaikan Kelas, iya, mereka sudah berteman selama 1 tahun, namun Elva masih saja menyebunyikan perasaannya kepada Reynard, ia takut ketika menyampaikan segala perasaannya justru Reynard menjauh dari dirinya.
"Kriiingg!! ". Bunyi bel pertama tanda waktu mengerjakan soal sudah dimulai.
Elva mengerjakan semua soalnya dengan tenang, meskipun beberapa kali menatap Reynard yang duduk tepat di depannya. Namun hatinya mengurungkan untuk selalu memikirkan Reynard, ia lebih memfokuskan pikirannya kepada soal-soal yang sedang dikerjakannya.
Kepalanya ia letakkan di atas meja, tangan kanannya memutar-mutarkan pulpen berwarna hitam itu. Semua soal sudah Elva kerjakan, tidak ada yang terlihat kosong, lembar jawabannya sudah terisi penuh, termasuk kolom uraian yang sudah berisi penjelasan-penjelasan dari beberapa pertanyaan.
Sesekali ia pusatkan pandangannya menatap Reynard yang duduk di depannya, ia berfikir bagaimana bisa ia sekarang berteman dengan laki-laki yang ia kagumi.
Reynard,
Jika kita sudah berteman
Apa aku masih diperbolehkan untuk tetap berharap?
Berharap kepada temanku sendiri
Iya kau.Boleh jika suatu saat aku menyampaikan perasaanku?
Meskipun kita sudah menjadi teman yang satu
Boleh jika suatu saat aku menyampaikan beribu harap yang tak sempat terucap?
Boleh jika suatu saat aku menuturkan kegagalanku dalam melupakanmu?Bagaimana?
Seperti apa yang terjadi jika semua itu aku lakukan?
Apa kau akan langsung pergi meninggalkanku?
Apa kau akan langsung menghindariku?Apa mungkin sebaliknya?
Memberikan jawaban atas lamanya penantian?
Memberikan perhatian atas semua pengharapan?
Menjagaku layaknya seorang Raja yang menjaga Ratunya?Namun aku lupa, aku bukan Ratu.
Hanya sebuah gadis biasa dengan beribu pengharapan kepada Raja."Kriiigg!!". Bunyi bel berbunyi untuk kedua kalinya, tanda bahwa waktu mengerjakan soal sudah selesai.
Elva meraih tasnya yang berada di depan kelas, sambil berjalan kecil menuju luar kelas, ia duduk di kursi yang berada di depan kelasnya sambil sesekali ia melihat jam di tangan kirinya.
"Elva?". Suara Reynard membuat Elva langsung menatap Reynard yang berdiri tepat disebelah kanannya.
"Ya?". Jawab Elva singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can'(t)
Teen FictionMatanya, berkilau seperti Fajar yang datang dari ufuk timur. Menyilaukan, namun kehangatannya membuat tubuhku hangat sekujur. Hingga sebuah rasa kerinduan tidak sempat tertutur. Senyumnya, melukiskan sebuah kepastian. Hingga perasaankupun diuji...