Murid Baru

4.9K 195 12
                                    

Setelah selesai upacara, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing.

Kelas X ada di lantai dasar. Kelas XI ada di lantai dua. Dan kelas XII ada di lantai tiga. Kebayangkan segede apa sekolahnya.

"Selamat pagi." sapa Bu Sri bersama murid baru. Cowok.

"Wah ganteng ya."
"Keren banget."
"Harus gue deketin tuh."
"Moga-moga dia jomblo."

Itulah bisikan teman-teman cewek gue. Pada sableng semua. Maklum pada jomblo semua.

Gue pun menoleh pada cowok itu. Gue membelalakkan mata. Ternyata dia cowok yang kemarin.

"Emang ternyata dunia ini sempit." batin gue.

"Silahkan perkenalkan diri kamu." pinta Bu Sri.

"Halo semua."

"Halo." jawab semua serempak.

"Perkenalkan nama saya Aldan Ramadhan."

Salah satu cewek mengangkat tangan dia itu adalah Sari. Cewek paling alay yang ada di kelas ini. Padahal ini kelas XI IPA 2.

"Aldan, kenapa lo ganteng banget sih?" tanyanya sambil memasang muka sok imut.

"Ganteng dari Hongkong." jawab gue asal.

"Bukannya lo cewek yang kemaren?"tanyanya.

"Hm..." gue berdehem.

"Dunia ini sempit ya." katanya.

"Nggak. Dunia ini sangat luas. Coba aja lo ukur."ujar gue.

"Kalo dunia ini luas, kenapa gue ketemu lo mulu?" tanyanya dengan nada kesal.

"Jodoh tuh jodoh."
"Sik asik jos."
"Cieee...."
"Pasti kalian jodoh tuh."

Perkataan temen-temen gue buat gue pusing.

"Diem lo semua!" bentak gue.

"Ibu ketua ngamuk."
"Ibu ketuanya lagi PMS kali."
"Merah tuh pipinya."
"Diem woi entar ibu ketuanya ngamuk lagi."

Akhirnya perkataan-perkataan itu terhenti. 

"Ok, sekarang kamu duduk di samping Ilham."

Cowok itu berjalan dan duduk di samping Ilham. Tepatnya dibelakang bangku gue.

              °°°Istirahat°°°
"Nila, kamu jangan lupa nagih uang kas." ucap Bu Sri sebelum beliau keluar dari kelas.

"Iya bu, emang gue udah pikun." kata Nila sambil membawa buku kas dari tasnya.

"Woi woi woi jangan pada keluar dulu." teriak gue karena mereka udah pada mau keluar kelas, mau ke kantin.

"Wah perasaan gue nggak enak nih."
"Jangan-jangan...."
"Gue mah udah lunas."
"Gue belum bayar lagi, gue pinjem duit lo dong!"
"Kenapa harus sekarang sih?"

"Woi bayar kas, bukannya bisik-bisik tetangga." gue teriak lagi.

"Yang dipanggil namanya ke sini!" pinta Nila.

"Ahmad Suherman."teriak Nila.

Ahmad menghampiri Nila dengan gaya cool yang dibuat-buat. Emang tuh orang sok ganteng, muka pas-pasan kayak gitu juga. Tangannya dimasukkin ke saku celana, takut duitnya ilang kali.

"Apaan sih?" tanya Ahmad.

"Lo belum bayar kas." Nila memperlihatkan buku kasnya.

"Nih." Ahmad mengeluarkan uang dari saku celananya. Gaya bener uangnya seratus ribu.Biasanya sepuluh ribuan. Mungkin udah gajian, tapi dia kerja apa ya? Pusinglah mikirinnya, yang penting dia bayar kas.

"Nih kembaliannya." Nila memberikan 80 ribu.

"Selanjutnya...." Nila menggantungkan kalimatnya dan melihat deretan nama-nama yang sebagian besar udah bayar kas tapi ada beberapa juga yang belum.

"Aldan Ramadhan."akhirnya Nila berucap.

Gue lihat tuh si Aldan lagi asik mainin handpone-nya, mungkin lagi maen game.

"Woi bayar kas." dia memasang wajah watados (wajah tanpa dosa).

"Apaan sih?Ganggu gue aja."

"Bayar kas." gue mengulurkan tangan.

Dia mengeluarkan dompet dari saku celananya. Gue kaget banget, di dalam tuh dompet banyak banget duitnya. Merah lagi. Bisa lah kalau dia traktir temen-temen sekelas.

"Nih Nila." gue memberikan uang seratus ribu dari Aldan.

"Nggak ada kembalian." Nila memberikan kembali uangnya. Gue ambil uangnya dan kasih ke si Aldan.

"Nggak ada kembalian."

"Ham, ada duit kecil nggak?" tanya Aldan pada Ilham temen sebangkunya.

"Nggak ada."

"Ngutang dulu deh, besok-besok bayarnya." Aldan kembali ke kegiatannya semula.

"Jangan lupa tapi." kata gue mengingatkan.

"Kalo gue lupa, lo ingetin." katanya.

"Nila sekarang siapa lagi?" gue kembali duduk di bangku gue. Gue nggak ke kantin. Palingan kantin penuh.

"Coba gue lihat dulu ya." Nila melihat buku kas.

"Rifa Fatimatunnisa." ucap Nila.

"Rifa Fatimatunnisa." gue berteriak.

"Bukannya itu nama lo." tunjuk Nila ke gue sambil ketawa.

"Oh iya." gue nepuk jidat.

"Ketahuan ketua kelas belum bayar kas." celetuk seseorang dari belakang. Siapa lagi kalo bukan si Aldan.

"Gue lupa." gue memberikan uang ke Nila.

"Ketua kelas lupa."

"Namanya juga manusia." balas gue.

"Manusia pelupa."

"Sakarepmu."

"Bahasa apa tuh?"

"Bahasa Jawa."

"Lo dari Jawa?"tanyanya.

"Nggak. Ngapain sih banyak nanya?" tanya gue kesal.

"Nggak."jawabnya singkat.

"Nil, pinjem handphone lo dong." pinta gue ke Nila.

"Ketua kelas nggak ngemodal." ucap Aldan.

"Handpone gue ketinggalan di rumah."

"Alasan."

"Lo nggak percaya?"

"Nggak."

"Udah-udah jangan berteman." ucap Nila.

"Bertengkar kali." ucap gue dan Aldan barengan.

"Kompak banget." ucap Nila.

"Udahlah gue pusing mending ke kantin." ucap gue sebelum keluar kelas.

"Udah masuk kali." teriak Aldan dan Nila.

"Bilang dong kalo udah masuk." gue pun duduk di bangku gue.

"Lo-nya aja yang budek."

"Gue masih normal ya."

"Udah-udah jangan pada ribut mulu." ucap Nila karena ada guru yang masuk ke kelas.Ibu Ani, guru matematika paling galak yang ada di sekolah ini.

Ketua Kelas vs Murid BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang