Short Story 5 - Zei

25 2 0
                                    

Niemand Ist Zu Hause

By Zei

----

Well, I couldn't tell you. Why she felt that way. She felt it everyday.

Pagi ini begitu mendung, hingga kau tak bisa melihat gradiasi jingga di langit pagi. Gerimis hujan merintik di tubuhmu, namun kau hanya tak acuh, dan berjalan memasuki kelas.

"Eh, sudah datang. Ke mana saja kamu? Kudengar kamu sakit." Salah seorang temanmu berkata ketika kau telah sampai ke dalam kelas. Kau hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Dia pun berlalu pergi, meninggalkanmu sendiri di kelas itu.

Itu hanya basa-basi belaka.

"Tck." Kau mendecak. "Memangnya aku pernah sakit? Pfft." Kau tertawa masam. Kau meletakkan ranselmu di kursi, lalu ikut duduk di sana.

Secara fisik tidak, secara mental iya. Kau melanjutkan gumamanmu dalam hati.

"Kopi mana kopi," Kau merogoh ranselmu, di sana kau langsung melihat sebotol kopi yang selalu kau bawa setiap pagi.

Biasa, orang insomnia.

Kau menghabiskan kopi itu dalam beberapa kali tegukan. Kopi adalah satu-satunya penawar kantuk di pagi harimu.

Kau tak pernah tidur nyenyak tiap malam. Dan tiap pagi kau selalu mengantuk.

Kelelawar.

"WOI SEPI!" Kau mendengar ketukan keras di pintu kelasmu. Beberapa orang tampak memasuki kelas dengan tidak sabaran, membanting pintu, membanting kursi.

Membuatmu tak bisa berkencan lagi dengan sunyi.

Akhirnya kau memutuskan untuk ke luar kelas, ke toilet. Beberapa menit kau pakai untuk ritual itu. Dan saat sudah ke luar dari toilet, mendekati kelas, kau mendengar suara orang berbicara.

Kau segera menoleh ke asal suara. Dan yang kau lihat adalah temanmu dan Ibunya. Wanita itu sedang menangkup kedua pipi Anaknya dengan lembut, lalu mengecup keningnya. Tak ingin melihat itu, kau langsung alihkan pandangan lalu berlalu ke kelas.

Kau menatap hampa jalanan di hadapanmu sambil tersenyum miris. Mengasihani dirimu sendiri.

And I couldn't help her, I just watched her make the same mistakes again.

-----

"Aku pulang." Kau membuka pintu rumahmu.

Gelap seperti biasa.

PRANG!

"INI SEMUA KARENA KAU!"

Membeku sejenak, kau dapat menebak Orangtuamu bertengkar lagi. Hal yang biasa.

Kau menaiki tangga, memasuki kamarmu yang berada di lantai dua. Kamar itu tampak gelap, namun rapi. Di sebelah kamarmu ada ruangan lagi, tampak kosong, gelap dan berdebu.

Itu kamar Kakakmu yang sudah pergi beberapa tahun yang lalu.

What's wrong, what's wrong now? Too many, too many problems. Don't know where she belongs, where she belongs.

KurzgeschichteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang