Part 6

1.3K 117 0
                                    

Seli ngedumel sepanjang di kelas. Tentu  ngomongin Rahel siapa lagi kalo bukan dia. Dengan cara bicaranya yg lebay bikin aku cepet bosen dengerin dia kosidahan.

"Han mending kamu ke lapangan sekarang" ucap Devan yg terlihat panik berlari kearahku.

"Kenapa emang?" Tanyaku panik. Karna melihat wajah Devan panik.

"Ada apaan sih.. " Seli berhenti yerocos.

"Kamu ikut aku sekrang deh, cepetan" ucap Devan semakin panik.  Akupun lari ke lapangan bersamanya. Melihat sesuatu yg ingin Devan tunjukan.

Benar2 membuatku bingung ketika melihat Fano sedang berantem sama Ali. Mereka bahkan udah bonyok. Karna panik aku lari ke arah Fano untuk melerai.

"Stop,, kalian apa apaan sih?" Teriaku mendekati Fano dan Ali yg masih saling nonjok. Tapi mereka gak menghiraukanku. Mereka semakin jadi. Semua siswa keluar dari kelas dan.menonton tontonan yg jarang ini.

"STOP" teriak seorang kepsek killer abis membuat.mereka berdua langsung berhenti berantem.

Aku membantu Fano bangun begitu juga Rizky yg terlihat membantu Ali.

"Apa apaan ini, kalian pikir ini lucu,, ikut saya" teriak Bu Hesti selaku kepala sekolah yg suaranya bikin gendang telinga pecah.

Mereka pun hanya menurut dan mengikuti Bu Hesti di belakang. Aku melihat punggung pacarku sampai benar2 lenyap dari pandanganku.

"Van mereka kok.bisa berantem?" Tanyaku pada Devan yg mendekat dengan Seli.

"Emm itu.. anu Han.. emm" jawab gugup Devan yg hanya a..e..a..e...

"Apa ngomong yg jelas" bentaku yg udah gak sabar.

"Kamu tanya Fano aja nanti Han.. mungkin ni anak juga takut sama Fano" ucap Rizky yg melihat Devan terlihat takut. Devan.mengangguk cepat. Kayaknya sih emang takut.

"Kok bisa ya.. kan mereka udah baikan" ucap Seli yg heran.

Aku melihat Rahel yg mukanya udah kayak ketek monyet. Asem dan pucet gimana gitu.

"Ya udah mending kamu tunggu Fano aja aku juga gak tau apa apa" ucap Rafi yg baru mendekat. Aku mengangguk terpaksa harus denger langsung dari Fano.

°°°°

Aku menunggu Fano di gerbang sekolah, sudah hampir 15 menit tapi gak muncul juga.

"Han masih nunggu Fano?" Tanya Dika yg mendapatiku mondar mandir.

"Iya nih, kemana ya" ucapku.

"Dia udah duluan.. aku liat dia pulang sama orang brewokan kayaknya si Bokapnya" ucap Dika membuatku lemas.

Jadi orang tuanya langsung di panggil ya? Kasian banget my king pasti di marahin.

"Thanks ya Dik, aku duluan ya" ucapku pada Dika yg masih mematung.

Aku mengayuh sepedaku dengan cepat untuk segera sampai di rumah Fano. Karna mengayuh sekencang aku bisa, nafasku hampir habis.

Aku melempar sepedaku sesampainya di depan rumah Fano, aku mengatur nafas sebelum mengetuk pintu rumah Fano.

"Asalamungalaikum" salamku sambil mengetuk pintu.

Kakek keluar membuka pintu, dan mepersilahkanku masuk.

"Cucu.. masuk sini" ucap kekek. Akupun langsung masuk dan mencoba mencari2 Fano.

"Tunggu sini nanti Fano juga turun" ucap kakek lalu meninggalkanku di ruang tamu.

Terpaksa aku duduk dengan perasaan hawatir. Karna Fano pasti banyak luka di wajahnya. Bahkan aku belum sempat menanyakan apapun.

Tiba2 aku mendengar suara bentakan dari atas sepertinya itu suara Ayah Fano yg sedang memarahi Fano.

Kasian Fano.

Aku meremas rok sekolahku kencang. Membayangkan keadaan Fano sekrang. Tiba2 bentakan itu udah gak kedengaran lagi.

"Nak Hani di sini?" Ucap Ayah Fano yg baru datang sepertinya dari lantai atas. Aku hnya mengangguk kaku. Mendengar bentakanya tadi membuatku berfikir kalo Ayah Fano agak keras juga.

"Ayah tinggal dulu ya.. Fano ada kok ke atas  aja" tunjuknya ke lantai atas padaku. Aku hanya mengangguk lalu pergi ke atas untuk segera menemui Fano.

Aku melihat Fano sedang tiduran di kasur spidermannya. Yg pintunya terbuka sedikit.

Aku mengetuk pintu kamar Fano.

"Ini aku Hani" ucapku.

"Masuk" suara serak itu membuatku sedikit gemetar. Akupun masuk karna pintu tidak di tutup dengan baik aku membukanya kecil.

"Kamu gak papa kan my king" ucapku lalu duduk di pinggir ranjang Fano. Fano langsung duduk seketika dan membuatku kaget wajah nya benar2 berantakan. Dengan mata yg sepertinya baru menangis dan rambutnya yg mirip landak. Wajahnya yg bonyok Lengkap sudah.

Fano memelukku tiba2 aku bisa merasakan banyak luka di hatinya. Dia menangis di pelukanku. Kalo cowok sampe nangis berarti luka di hatinya benar2 besar.

"Gak papa aku disini kok" ucapku smbil mengelus rambutnya.

Fano melepas pelukanya, aku memegang wajahnya, melihat keadaanya yg benar2 kacau.

"Biar aku obatin luka kamu" ucapku lalu mengambil kotak p3k milik Fano.

Aku mengobati luka Fano pelan2 dan Fano hanya meringis kesakitan.

"Kenapa kamu bisa berantem sama Ali, kalian kan udah baikan?" Tanyaku lembut karna gak pengin membuat Fano tambah terluka.

"Ali liat aku meluk Rahel, dia salah paham. Rahel yg meluk aku my queen, bukan aku" jawab Fano lemah. Aku menghentikan pengobatan.

Menghela nafas menahan rasa sakit setelah mendengar penjelasan Fano.

"Dia marah dikira aku selingkuhin kamu, dan ngerebut gebetan dia" jelasnya lagi.

Kali ini aku gak.marah, karna kayaknya emang Fano gak salah, pasti si nenek sihir yg kegatelan.

"Aku percaya kok sama kamu.. entar biar aku yg jelasin ke Ali" ucapku sambil menepuk pundak Fano.

Awas kamu Rahel, aku akan habisin kamu, gara2 kamu my king jadi di marahin Ayahnya, dan persahabatan mereka jadi berantakan. Aku bales kamu Rahel.

"Tadi aku di marahin sama Ayah, aku juga di hukum di sekolah, bersihin toilet selama seminggu,," ucapnya lagi yg masih lemah.

"Kenapa kamu gak.jelasin ke Ali" tanyaku yg sebenernya udah banyak pertanyaan.

"Dia langsung mukul, pas dia liat Rahel pelukan sama aku. Sumpah Han aku gak ngebales pelukan dia" jelasnya lagi.

"Ayah marah besar sama aku. Uang jajan aku di kurangi Han, aku gak bisa beli bensin buat berangkat sekolah atau ngajak kamu jalan" keluh Fano menyesali semuanya.

"Biar aku yg jemput kamu pake sepedaku, uang kamu buat jajan aja" ucapku yg merasa kasihan pada Fano.

"Maaf ya my queen aku ngerepotin kamu" jawab Fano yg merasa bersalah.

"Gak papa kok.. sebaiknya kamu jelasin juga ke Ayah supaya dia tau masalah sebenernya" ucapku. Fano mengangguk. Lalu menyenderkan kepalanya pada pundaku.

"Kamu laper gak? Mau capcai?" Tawarku agar Fano semangat.

Tapi nihil. Fano malah menggeleng, sepertinya benar2 capek.

"Ya udah mending kamu tidur gih.. istirahat, besok aku jemput ya" ucapku lalu Fano mengangguk malas. Keliatan banget dia terpukul.

"My queen,, maaf" ucap Fano entah untuk apa. Aku cuma ngangguk dan meninggalkan dia agar bisa istirahat.

Awas kamu nenek sihir, tamat riwayat kamu di tanganku.

Aku pulang dan bersiap untuk esok hari pembalasan.

Eit jangan lupa follow dan kasih voment ok

The Somvlak Boy  - season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang