Prolog : Queen?

187 34 9
                                    

***

Dia memeluk pinggangku, menciumi pundak, leher, hingga daguku pelan membuat tubuhku meremang. Tapi anehnya aku tidak berkutik, atau pun melawan. Bibirku justru mengembangkan lengkungan seakan menandakan aku tidak keberatan atau malah terlihat senang.

"Kau milikku."

Dapat kulihat samar visual aristokratnya yang menawan, kulit seputih porselennya yang semakin memukau ditimpa cahaya bulan. Dia kembali memelukku erat, lantas mencium bibirku sekilas.

"Hanya milikku, Rossy."

***

Aku terbangun dengan kepala yang terasa berdentum keras dan nyaris pecah seolah ada ribuan palu godam yang menghantam-hantam dengan keras ke kepalaku.

"Mimpi!" Aku mengusap wajahku lelah sambil terduduk di atas kasur, jantungku berdetak brutal seakan hendak meloncat keluar. Mimpi mengerikan apa tadi? Anggap saja aku gila karna merasa mimpi itu benar-benar nyata seolah aku pernah mengalaminya.

Oh, ayolah Britney!

Aku mendengus kesal. Akan kusimpulkan ini hanya sebagian tahap menuju kedewasaan, mungkin.

Kuputar mataku ke sembarang arah, melihat sofa, perapian, nakas, cermin besar, jendela besar dan lainnya yang nampak membosankan. Oh, tunggu dulu...

Kamar siapa ini!?

"Kyaaa!!!" Aku berteriak nyaring, lantas melompat dari kasur menyadari bahwa aku berada di tempat asing. Sebuah kamar, tapi bukan kamarku. Sejak kapan aku punya kamar seluas ini? Yang benar saja.

Mataku menatap nyalang pintu yang tiba-tiba terbuka, empat orang pria berbadan besar masuk dengan wajah waspada, mereka membawa senjata di masing-masing tangan dan menggunakan baju yang sama.

"Apa yang terjadi, My Lady?"

"Jangan mendekat!" Aku menatap mereka curiga sambil melangkah mundur beberapa langkah. "Berhenti! Aku bilang jangan mendekat!" Aku kembali menjerit histeris saat salah satu dari mereka maju satu langkah. Hell, apa aku tidak salah dengar? Dia memanggilku Lady? Hey! Apa yang terjadi sebenarnya!? "Kalian siapa?" Aku bahkan tidak mengenal mereka.

"Anda tidak perlu takut, My Lady. Kami pengawal pribadi anda."

"Mimpi buruk!" Aku memejamkan mataku rapat, berharap agar segera terbangun dan mendapati semua hanyalah ilusi dari alam khayalku. Tapi nyatanya tidak. Saat aku membuka mata, para pria yang mengaku pengawalku itu masih berdiri dan menatap bingung ke arahku. "Oh, God."

"Ada apa, My Lady?"

"Berhentilah memanggilku Lady!" Teriakku frustasi. Aku terus berjalan mundur dan melemparkan tatapan tidak sukaku kepada mereka. "Lady! Lady! Lady! Aku bukan Lady kalian."

"Kalian boleh keluar." Seorang gadis tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, menengahi para pengawal yang juga nampak kebingungan. Dia mengibaskan sedikit tangannya membuat empat orang berbadan besar itu segera berjalan keluar dan menutup pintu.

"My Lady?"

"Kau juga memanggil nama sialan itu! Sebenarnya ada apa dengan kalian?! Mengapa kalian memanggilku seperti itu, hah!?" Kali ini aku benar-benar tidak mau tahu cara bersopan santun setelah semua yang terjadi padaku. Aku melemparkan tatapan memusuhi, namun anehnya gadis di depanku tidak terlihat marah, gadis bergaun oranye itu justru menyunggingkan senyum manis.

"Karena kau Ratu kami, Clarissa."

***

Aku berdiri di tengah ruangan sambil berkacak pinggang lelah. Dari kaca jendela besar yang berada dikamar ini, tepat di seberangku, aku baru menyadari bahwa tempatku perpijak saat ini berada jauh dari permukaan tanah. Sebuah rumah. Ah, tidak. Lebih tepatnya kastil. Kastil yang tinggi dengan pilar-pilar kokoh sebagai penyangganya.

"Sebenarnya tempat macam apa ini?" Aku bergumam pasrah. Semua perabotan yang berada di sini kelihatan antik, juga aneh menurutku. Aku bahkan tidak pernah melihat barang-barang seperti ini sebelumnya.

Kepalaku berputar cepat, perkataan gadis cantik bergaun oranye itu kembali terngiang di kepalaku. Padahal sebelumnya aku sudah merasa horror saat menyadari aku terdampar di tempat entah-berantah ini, lalu berubah kian mengerikan ketika para pengawal yang tidak kukenal dengan entengnya memanggilku dengan sebutan Lady. Dan gadis itu malah membuat suasana kian kacau dengan menyatakan bahwa aku adalah Ratu mereka.

Lelucon macam apa ini!?

Belum habis keterkejutanku atas semua peristiwa yang tiba-tiba terjadi. Aku yakin mataku telah melotot horor hingga nyaris keluar dari lubangnya, tak jauh berbeda dengan pekikan nyaring yang keluar dari mulut sialanku ini hanya karena melihat cermin.

Tidak. Tidak. Aku harusnya melihat bayanganku!

Aku menatap bingung pantulan diriku di cermin. Siapa yang berada di sana? Itu bukan bayanganku!? perempuan bergaun mewah sewarna merah marun itu... jelas-jelas bukan diriku!?

Sejak kapan rambutku menjadi sepanjaang itu?!

Tentu saja aku masih ingat dengan jelas siapa diriku! Aku masihlah remaja pinggiran kota New York berusia Limabelas tahun yang baru saja merayakan ulang tahunku kemarin.

Perempuan dewasa yang berdiri menatap bingung itu pasti bukan aku! Lagipula ... dadaku tidak sebesar itu!?

Aku menunduk, dan menyentuh dadaku sendiri lantas terkesiap kaget. Ini semua ... benar-benar nyata!?

Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?!

***

Kam, 19 Okt 2017

Wahai pembaca yang baik hati, luangkanlah satu detik anda untuk mengklik icon bintang di bawah jika berkenan.

Terima kasih...

Roth

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang