1. Unknown

156 29 9
                                    

***

Ketukan jelas dari kakiku yang menghantam marmer terdengar bising. Namun aku tidak juga berhenti, tidak sebelum aku menemukan suatu jawaban untuk pertanyaanku.

Kakiku terus melangkah berputar mengelilingi ruangan, seperti hanya otakku yang tidak mau berhenti berfikir sedari tadi. Walau nyatanya berjalan mondar-mandir memang tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah, entah mengapa aku masih saja melakukannya.

Ketukan pintu menghentikanku. Pintu berderit pelan, ketika seorang perempuan yang tidak kukenali masuk ke dalam ruangan --kamar-- setelah aku mempersilahkannya.

"Anda sudah bangun, Yang Mulia?" Perempuan itu bertanya ramah seolah telah mengenal lama diriku. "Mohon tunggu sebentar. Saya akan segera mempersiapkan air hangat untuk anda, Lady Clarissa."

Aku mendengus keras.

Clarissa. Clarissa. Clarissa. Sebenarnya siapa wanita itu! Gadis tadi, bahkan wanita ini juga memanggilku seperti itu. Aku curiga terdamparnya aku di sini pasti ada sangkut pautnya dengan wanita bernama Clarissa itu.

"Tunggu dulu!" Aku berseru. Menghentikan gerakan perempuan itu yang baru saja hendak berlalu meninggalkanku. "Sebenarnya, tempat apa ini?"

"Huh? Maksud anda, Yang Mulia?"

Dia tampak kebingungan. Aku hanya memutar bola mataku kesal. "Ini dimana?" Ulangku lagi padanya.

"Yang Mulia, tentu saja ini masih di Kastil anda. Kerajaan Canastan."

"Huh?" Kali ini aku bisa menebak bahwa mataku pasti sudah membelalak lebar. Kastilku? Kerajaan apa tadi? Astaga, aku bahkan tidak mengerti apapun yang dia katakan. "Aku pasti bermimpi! God. Kumohon bangunkan aku." Aku menjambaki rambutku frustasi.

"Apa yang anda bicarakan, Yang Mulia?" Aku menatap sengit perempuan di hadapanku yang kini menutup bibir dengan tangan kanan. Aku tau dia sedang mencoba menahan tawanya.

"Bukan urusanmu!" Ketusku padanya. Aku benar-benar jengkel karena dia telah mencoba menertawakanku. "Lalu untuk apa kau di sini?"

Perempuan itu kembali menegakkan badan, menunduk sopan lantas berujar, "Saya yang akan membantu anda bersiap-siap hari ini. Mari Yang Mulia, anda harus segera bergegas untuk mengikuti jamuan sarapan bersama anggota kerajaan yang lain."

Dan setelahnya aku yakin, bukan hanya gadis pelayan itu yang tidak kukenali. Tapi mungkin saja, dia hanya bagian pembuka.

***

"Apa kau baik-baik saja?"

Aku nyaris tertawa mendengar pertanyaan ketus yang meluncur dari bibir manis pria itu, sangat berbanding berbalik dengan sepasang mata tajamnya yang berkilat khawatir. "Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

"Tidak." Dia mendengus. "Tapi aku takut kau tidak baik-baik saja."

"Kalau begitu jangan takut, aku baik-baik saja," kataku sambil tersenyum memperhatikannya yang berdiri sambil memasang wajah tertekuk di sisi ranjang.

"Kau selalu berhasil membuatku khawatir, Rossy."

***

Aku mengerjap tidak mengerti.

Setelah membantuku membersihkan diri dan mengganti gaun tidur yang kukenakan menjadi gaun dengan korset rumit yang sama sekali tidak kumengerti, aku segera mengusir pelayan sialan itu dari kamarku lantaran kesal.

Bagaimana tidak? Dia dengan seenaknya masuk ke dalam kamar mandi saat aku dalam keadaan telanjang. Walau dia juga sudah mengatakan, bahwa membantuku membersihkan diri adalah salah satu tugasnya, tetap saja aku merasa kesal. Dan, Hell, aku baru tahu itu salah satu kebiasaan para kaum bangsawan.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang