Di dalam bianglala, lengkung senyum tak kunjung hilang,
dengan jemari yang saling bertautanSinar jingga berpendar dengan terangnya
Membentuk siluet kita yang tengah mengaguminya di titik puncakTanpa kita sadari, sudah waktunya bianglala bergerak turun menyentuh titik terendah,
seiring dengan redupnya jingga yang berganti gelapKemudian kita berpisah, berjalan berbeda arah
Namun, siapa yang sangka bila kita akan bertemu pada persimpangan yang sama?