✨1 hari pertamadikampus

23.8K 768 98
                                    

Setelah lulus SMU kami mendaftar di universitas negeri di kota sebelah. Ini karena kami berdua mendapat beasiswa atas prestasi kami. Tidak hanya aku dan kak Arden saja, tetapi Radit, Kiki, Doni, Danu dan Dedi juga akan kuliah di kampus yg sama nanti nya. Hanya Ari saja yang kuliah di kampus yang berada di kota kami, katanya dia juga harus mengurus usaha keluarganya. Sehingga tidak bisa merantau jauh dari rumah.

Kak Arden pun jadi berjauhan dengan mbak Alya. Tapi itu tidak menjadi masalah besar, karena kami setiap seminggu sekali akan pulang ke rumah. Lagipula masih banyak cara berkomunikasi di jaman modern seperti sekarang bukan?

======

Aku dan Kiki sedang ada di sebuah rumah kos yang tidak jauh dari kampus kami. Ada sekitar 20 kamar kos di sini dan kos ini khusus kos perempuan saja.

Kami sudah membayar untuk satu bulan ke depan, dan kebetulan kamar kami bersebelahan.

Kak Arden, Radit, Doni, Danu dan Dedi kos tak jauh dari tempat kami. Tetapi bersebelahan persis. Karena daerah ini merupakan tempat terdekat kampus. Sehingga banyak tempat yang dijadikan tempat kost oleh pemiliknya.

"Gimana, Tha? Oke, kan?" tanya Kiki saat kami membuka pintu kamar kos ku.

Kuedarkan pandanganku ke dalam. Kamar kos nya tidak terlalu besar. Hanya seukuran kurang lebih nya 4x 4 meter dengan kamar mandi di dalam dan ada TV, lemari pakaian, dan meja belajar lesehan.

"Oke sih. "

"Ya udah. Aku ke kamarku ya. Beres - beres juga nih," katanya lalu ngeloyor begitu saja pergi keluar dari kamar kos ku.

Tempat kost ini berbentuk U, di tengahnya ada taman dengan tanaman hias yang berbunga warna warni. Tiap kamar akan bersebelahan, alias bertetangga. Bukan model kamar kost yang berupa rumah besar dengan banyak kamar di dalamnya.
Setelah Kiki pergi, aku juga membereskan barang - barang bawaanku. Mulai dari beberapa potong pakaian yang kumasukan ke dalam lemari yang ada di bawah TV. Di saat berbenah, ide lain muncul, sepertinya aku harus membeli kompor kecil dan magic com untuk memasak nasi. Aku memang suka memasak karena seringnya melihat bunda berkutat di dapur selama ini. Yah, walaupun masakan ku tidak seenak bunda. Tapi ya, lumayan lah.

Tok tok tok...

"Ya? Masuk aja."

Pintu kamarku dibuka, muncul seorang pria yang sangat ku kenal, memakai setelah kaus lengan pendek berwarna putih, dan celana jeans belel.

"Sayang... Gimana?"

"Nih. Masih beres- beres. Kamu kok ke sini? Udah selesai beres-beres di kos?" tanyaku.

Radit masuk lalu langsung merebahkan diri di kasur milikku.

"Huh. Nanti aja deh. Males," gumamnya sambil meraih guling dan terus memperhatikanku.

"Dit."

"Hm?"

"Nanti temenin beli kipas angin ya sama magic com, terus beli kompor juga. "

"Kamu mau masak?"

"Ya kalau lagi pengen aja sih. Persiapan dulu kan nggak apa-apa. Lagian aku kan suka lapar kalau tengah malem. Repot kan, kalau harus keluar nyari makan."

"Mmm.. Iya juga sih.. Oke deh. Nanti kita beli. Kulkas nggak sekalian, sayang?" Entah dia ini serius atau bercanda aku tidak tau.

"Nggak usahlah. Bayar listriknya mahal."

Dia malah cengengesan.

Radit terus di kos ku sampai azan maghrib berkumandang.
Suasana kos ku agak lenggang. Karena memang masih banyak kamar kos yg kosong.

TWINS INDIGO(goes to campus) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang