Part 3

28 26 7
                                    

Andra yang mendengar suara jeritan Raisa langsung saja panik dan keluar dari tendanya lalu masuk ke dalam tenda Raisa, wajahnya pucat dia menangis sambil terus menutup telinga dengan kedua tangannya.

Andra berkata, "Raisa! Sadarlah, ini gue Andra."

Setelah Raisa sadar dia lalu memeluk erat Andra. Dia ketakutan, bayangan makhluk aneh tadi terus menghantuinya. Andra mencoba untuk menenangkan Raisa.

"Tadi ... gue liat makhluk aneh di luar tenda, gue takut."

"Lu liat apaan sih?" tanya Andra mulai melepaskan pelukan Raisa.

"Tadi tuh ada suara aneh, terus ada bayangan makhluk aneh gitu," kata Raisa.

Terpaksa Andra dan Raisa tidak bisa kembali tidur dengan nyenyak, Andra jadi merasa sedikit takut dengan makhluk aneh yang di ceritakan oleh Raisa. Sedikit menyesal karena memilih untuk piknik ke hutan, andai saja waktu itu Andra memilih untuk bermain ke pasar malam atau bahkan bermain pasar subuh jika memang ada.

Raisa berkata, "Lagian kenapa kita mau aja ya piknik ke hutan, di kata hutan tuh mall yang setiap tersesat bisa lapor ke bagian informasi."

"Iyah tuh dasar bego, mau aja main ke hutan," ucap Andra.

Raisa dan Andra saling bertatapan lalu menepuk jidat mereka masing-masing. "Ternyata kita yang bego," ucap keduanya.

Hingga sudah terlihat tanda-tanda matahari akan terbit, Raisa dan Andra tetap tidak bisa tidur. Walau mengantuk, mereka menahannya karena takut makhluk aneh itu akan masuk dan memakan mereka hidup-hidup.

"Lu tidur aja, udah mulai pagi nih."

Raisa mengabaikan ucapan Andra, dia mendelik tajam saat Andra terus berucap untuk menyuruhnya tidur karena sedikit khawatir bila Raisa kecapaian dan tidak membawa obat apa pun dari rumah.

"Lu diam aja deh, kalau mau tidur ya tidur aja jangan di bikin susah," ketus Raisa sambil memainkan handphone nya.

Andra tidak bersuara lagi, ternyata dia beneran tidur di samping Raisa, nafasnya mulai teratur dan Raisa sedikit menyesal karena tidak ada yang bisa dia ajak bicara untuk menahan rasa kantuknya.

Raisa mendengarkan musik dan volume nya sedikit dia kencangkan agar mengurangi rasa ketakutannya saat merasa kesepian. Namun, suara aneh itu tiba-tiba terdengar mendekat ke arah tenda, Raisa menjadi panik kembali, dia berusaha terus mengalihkan dengan menambah keras volume lagu nya.

"Andra," panggil Raisa.

Andra hanya menggeliat tidak karuan saat Raisa terus saja membangunkannya dengan suara yang pelan. Seolah suara Raisa membuat tidur Andra menjadi lebih tenang.

"Andra woi!" pekik Raisa tepat di telinga kiri Andra.

Untung saja Andra langsung bangun, karena jika Andra tidak bangun sudah pasti Raisa akan memasukkan benda ke dalam telinga Andra.

"Apaan sih ganggu orang tidur aja lu," ketus Andra menatap Raisa.

"Gue dengar," suaranya bergetar, "suara itu lagi!"

"Tapi," kata Andra, "kamu yakin suaranya sama seperti semalam?"

Andra mengikuti perintah Raisa untuk hening dan mendengarkan dengan jelas suara aneh itu, benar saja bayangan makhluk aneh itu kini berada di samping tenda Raisa.

"Ini gimana ceritanya," desis Andra menyenggol lengan Raisa.

"Biasanya tuh kalau gue baca cerita suka happy ending, tapi kadang ngeselin tuh kalau tidak sesuai pemikiran eh jadi nya sad ending," ucap Raisa menatap Andra santai.

Andra mencoba elus dada dan berdoa dalam hati semoga Raisa cepat mendapatkan jodoh eh hidayah maksudnya.

"Terserah lu aja." Andra menatap serius pada bayangan makhluk aneh itu yang seperti penjaga di depan tenda mereka.

"Gue jadi penasaran itu makhluk apaan ya?" tanya Andra pelan.

Raisa hanya menggeleng tidak tau, dia mulai bersiap-siap memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. "Makhluk itu pergi, kita harus langsung pergi dari sini," ucap Raisa.

"Buset dah, nasib dua tenda gue gimana? Mahal nih lumayan, bahan juga bagus, mudah di bawa kemana-mana, kelebihan dan kekurangan lainnya silakan cek di google," kata Andra mendramatisir.

Raisa menjitak kepala Andra dengan sangat kesal, akhirnya matahari terbit sepenuhnya hari menjelang siang. Makhluk aneh itu sudah pergi entah ke mana. Andra dan Raisa keluar tenda dengan waspada. Mereka berdua memasuki tenda yang Andra tempati karena akan mengemasi barang-barang yang di bawa Andra.

"Tenda beneran di tinggal in?" tanya Andra menatap sendu pada kedua tendanya.

Raisa juga masih berpikir antara harus meninggalkan tenda nya atau meninggalkannya di tengah hutan. "Yaudah deh selagi ada waktu kita beresin tendanya."

"YEY ASIK!" pekik Andra dengan girang.

Raisa hanya tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu, dia bahagia bisa memiliki sahabat seperti Andra. Rasa sayang yang hadir di kedua nya untuk saling melindungi, Andra yang posesif dan Raisa yang cemburuan sangat lucu jika mereka di gabungkan.

Setelah mengemasi barang dan tenda akhirnya mereka berjalan menelusuri setiap jejak untuk mencari jalan keluar. Namun, tidak ada tanda-tanda mereka berdua menemukan jalan keluar hingga tidak terasa hari sudah sore langit mulai gelap, ketakutan yang di rasakan Raisa mulai terasa saat mendengar sesuatu yang aneh saat berjalan dan melewati rumput-rumput yang bergoyang.

Tiba-tiba Andra melihat hewan yang lumayan besar berlari menuju ke arah mereka berdua.

"Raisa! Ayo lari!" seru Andra menarik lengan Raisa dan membawanya lari tak tentu arah.

"Gue cape," ucap Raisa ditengah larinya dan nafas yang sudah tak beraturan.

Raisa yakin makhluk aneh yang selama ini dia bayangkan adalah orang hutan yang sedang mengejar mereka saat ini. Raisa tidak siap untuk di makan hidup-hidup.

"Ya Allah, Raisa belum dapat jodoh," teriak Raisa terus berlari di samping Andra.

"Gue aja jodohnya," teriak Andra.

Raisa mendelik tajam saat perkataan Andra yang membuat do'a nya belum selesai langsung terpotong begitu saja.

"Raisa juga belum minta maaf sama mamah, Pak satpam dan Bu Riani." Raisa terus saja memanjatkan do'a di sela-sela larinya.

Akhirnya Andra dan Raisa melihat pohon yang begitu besar hingga mereka berdua mempunyai pemikiran yang sama untuk bersembunyi di balik pohon besar itu sementara waktu menghindari dari kejaran orang hutan.

Mereka bersembunyi, berharap makhluk itu pergi. Mendadak perasaan Raisa jadi tak enak.

"Andra, kok gue-" ucapan Raisa terpotong karena Andra tertawa keras.

"Kenapa lu?"

Andra mengusap air mata di ujung matanya, akibat tertawa. "Lu mirip banget sama dia, hahaha."

Andra bercanda mulu ah. Eh tunggu. Dia? Bukankah di sini kita hanya berdua? Batin Raisa.

Perlahan Raisa membalikkan badannya dan menoleh ke belakang. Terkejut bukan main Andra yang tadi masih tertawa kini panik melihat Raisa yang sudah tersungkur di tanah.

"Raisa! Lu pingsan? Bilang dulu kek," ucap Andra sangat panik.

Saat Andra menoleh tepat di samping Raisa, tiba-tiba dia melihat orang hutan itu tersenyum pepsodent menatap Andra, dan akhirnya Andra pun ikut jatuh tersungkur di samping Raisa.

Orang hutan itu jadi bingung sendiri melihat kedua manusia di hadapannya pingsan tergeletak di tanah, dia pun ikut duduk untuk menjaga kedua manusia itu hingga Raisa dan Andra sadar dari pingsan dadakannya.

The Journey of Raisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang