"Kumohon! Jangan sakiti aku! Kau bilang kita teman!" Seorang gadis sedang terduduk dilantai yang dingin sambil menangis memohon kepada orang yang dianggap sebagai teman.
Orang itu tersenyum miring puas akan tontonannya kali ini, dia menyepak tangan gadis yang duduk didepannya membuat gadis itu terlonjak kebelakang "menyedihkan sekali!" Katanya menatap gadis itu jijik.
"Kenapa kau begini pada ku?!" Teriak si gadis itu sambil menangis tak kuasa menahan sakit ditangannya yang mulai membiru.
"Aku begini karna kau yang sudah mengambil hak ku!" Jawab orang itu.
Gadis itu menggeleng "apa yang kuambil dari mu? Akan kuberikan, asal kau tidak memperlakukan ku seperti ini lagi!" Lirihnya, dia menatap iba pada gadis didepannya.
"Ha? Berikan? Memang kau bisa?" Tanya nya lagi dengan wajah garang.
"Memangnya kau ingin apa?"
"Aku ingin kau mati!" Ucapnya dengan tegas, membuat gadis itu terdiam melihat orang yang dianggap temannya dengan tidak percaya akan perkataan yang dilontarkannya. Sakit, sakit, sakit nya berasa disekitar dada gadis tersebut.
Dia mengambil salah satu ember yang berada didepan pintu, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
"AAKKHHHH!!" Suara teriakan tersebut membuat semua orang yang masih terjaga seketika cemas.
"Alina? Kau kenapa?" Tanya salah satu perempuan berambut bobs, Alina yang ditanya menggelengkan kepalanya, keringat yang berucucuran dipelipisnya ia seka dengan punggung tangan.
Mimpi itu terus menghantui ku.
Seorang wanita hampir saja terbunuh, korban berisinial Y mendapatkan luka tusuk sebanyak 20, di bagian punggung dan perut. Diduga tersangka orang yang sama pada pembunuhan almarhum Direktur Khair dari PT.ABR yang mendapatkan 20 tusukan dan terletak pada bagian yang sama. Untung saja korban diselamatkan warga sekitar dan saat ini dibawa kerumah sakit Center Medika. Tempat kejadian tersebut dikawasan sukajadi,Pekanbaru....
TAP!
laki-laki itu mematikan acara tv yang biasa ia tonton dipagi hari, saat ini dia sangat malas menonton berita tentang pembunuhan yang akhir-akhir ini sering terjadi. Ia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang berlapisi kain putih. Merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.
"Si bodoh itu selalu saja begitu!" Katanya saat mengingat kejadian lampau.
Ddrrtt..
Getaran ponsel membuatnya menoleh kearah nakas, mengambil benda persegi panjang itu. "Ada apa?" Tanya nya langsung tanpa embel-embel hallo atau yang lain.
"Kau sudah melihat beri-"
"Ya aku tahu!" Potongnya
"Aku ingin kau sekarang mencari wanita itu, dan bawa kepada ku!"
"Itu bukan pekerjaan ku, kau taukan siapa?!"
"Untuk saat ini kau penggantinya, tidak aman jika si bodoh itu yang bekerja!" Suara itu kian membesar.
Membuat laki-laki itu bosan mendengar suara teriakan apalagi di saat pagi-pagi begini, ia tidak menjawab lalu mematikan sambungan itu secara sepihak.
Langkah kaki yang lebar itu berjalan di atas ubin berlapis keramik putih, matanya mencari-cari ruangan yang ditujunya. Prepare operation room. Dia memasuki ruangan tersebut mengambil stelan jas putih yang bergantung disana.
Ceklek!
Suara pintu terbuka, ruangan itu seperti tanpa kehidupan hanya terdengar monitoring jantung disana, seseorang terbaring lemas berbagai alat medis menembus kulit pucatnya.
"Hai! Wanita bodoh!" Sapanya pada wanita yang menutup matanya itu.
"Ayo, kita kembali" dia memegang tangan wanita itu berniat melepaskan infus yang terpasang di pergelangan tangannya.
Tangan putih itu disentuh dengan tangan yang lainnya, dia menoleh siapa pemilik tangan yang berani memegang tangannya. Perempuan berambut pirang kehitaman itu sedang menatapnya tajam.
"Kau! Siapa?!" Tanya nya dengan berang.
Dia lalu menghempaskan tangan wanita yang terbaring itu lalu berlari menuju pintu, perempuan itu berlari mengejar orang yang berani menyelusup kekamar pasien.
Langkahnya kian cepat sampai orang-orang terlihat bingung menatap keduanya, seperti kejar-kejaran "kau!" Perempuan itu berhasil meraih tangan besarnya.
Dia menoleh, menatap mata coklat bening milik perempun itu, perempuan yang tingginya tidak semapai dengan tingginya menarik lengannya secara paksa, tapi itu tidak berhasil malah ia yang menarik lengan perempuan itu.
Dibawanya kesalah satu ruangan yang terdapat banyak alat perlengkapan bersih, dia menghempaskan tangan kecil itu, ditatapnya lagi coklat bening itu dengan tajam. Dia tersenyum dibalik masker putihnya.
"Kau si pembunuh itu kan?!" Tanya nya berani, tapi dia tidak menjawab, tangannya merogoh saku di balik jas putih itu, sebilah pisau bedah digenggamnya, ditodongkan pisau kecil tersebut didepan si coklat bening.
Alih-alih takut, perempuan itu malah melangkah maju memotong jarak antara pisau bedah dan dadanya. "Berani sekali kau ingin menyuri pasien ku!" Kata perempuan itu melototi orang bermasker didepannya.
Dia tertawa karena ancamannya tidak dapat membuat dirinya takut, malah semakin berani dan itu sangat langkah terjadi. "Rupanya kau wanita yang pemberani" katanya, perempuan itu menatap intens mata kelam milik orang didepannya.
"Buka masker mu!" Pintah nya.
"Jika ku buka, kau akan jatuh cinta padaku...cantikk"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's not Obsession But It's Love
Random"buka masker mu!" teriak perempuan berpakaian putih. "jika ku buka, kau akan jatuh cinta padaku...cantik" uca pria bermasker putih yang sedang menatap perempuan itu dengan nakal. seorang perempuan berprofesi sebagai dokter bedah disalah satu rumah...