2-mission

110 7 0
                                    

Didepan cermin Daniel merapikan stelan jas hitam yang biasa dipakainya. Setelah itu dia menatap seorang gadis dipantulan cermin, yang masih terkulai lemas di ranjang.

Dia mendekati ranjang, melihat wajah Alina yang polos saat tertidur pulas seperti ini.

Ddrrtt...

Getaran ponsel membuat Daniel terganggu yang sedang menatap Alina tidur.

"..."

"Bodoh..! Aku akan segera kesana"

Setelah dimatikannya sambungan itu, Daniel beranjak pergi meninggalkan kamar yang diisi satu orang disana.

"Aku akan kembali" gumamnya setelah dilihatnya terakhir kali Alina yang masih tertidur.

Alunan musik yang tenang membuat pengunjung menikmatinya dengan secangkir kopi maupun teh.
laki-laki berambut hitam tersebut duduk dipinggir kaca.

Matanya terus melirik beberapa orang yang berlalu lalang, dari usia remaja hingga tua dia melihat semuanya bahkan ia sampai menghitung orang yang lewat.

"50" gumamnya.

"Sepertinya hari ini orang-orang memilih keluar rumah"

Seorang pelayan cantik datang ke meja laki-laki itu, dengan lipstick tebalnya ia tersenyum manis "permisi tuan, mau ku tambahkan tehnya?" Tawarnya, sambil membusungkan dada.

Yang ditawar hanya mengangguk lalu si pelayan dengan senang hati menuangkan teh di cangkir laki-laki tersebut.

"SHIT!"

"OH TIDAK, Maafkan aku tuan" katanya, dia mengambil kain yang berada dipinggangnya, lalu diusapnya kain itu dibaju laki-laki yang terkena tumpahan teh miliknya.

"Maaf tuan, aku tidak sengaja" katanya lagi masih mengusap.

"Tidak masalah" si laki-laki melihat tangan pelayan itu mulai meraba-rabanya, tapi ia hentikan.

"Cukup, nona ... Katty?" Dengan suara beratnya ia menatap pelayan itu intens.

"Kau ingin menggodaku ya?" katanya lagi membuat Katty memberhentikan aktifitasnya,mengelap baju.

Dia langsung berdiri sambil menundukkan kepalanya malu. "Boleh juga" gumam laki-laki itu disaat Katty telah berlalu dihadapannya.

Disisi lain tempat kediaman Kingston, Alina perlahan-lahan membuka matanya. "Sial! Sakit sekali" umpatnya saat hendak ingin duduk, dia memegang tangan kirinya yang sudah diperban.

Alina menyandarkan punggungnya dikepala ranjang dengan beralaskan bantal, ia melihat sekitar disana tidak ada orang yang saat ini dicarinya.

"Kemana si gila itu?" Gumam Alina.

"Baiklah tuan" ucap salah satu perempuan dengan pakaian maid, ia berjalan menaiki tangga setelah menutup ponselnya , dengan sepatu hitam tingginya ia berjalan anggun, membuat suara khas disana.

Tok..
   Tok...
Tok...

Tak ada jawaban, perempuan itu pun masuk lalu terkejut saat melihat seseorang sudah terduduk disana.

"Nonna..!" Perempuan itu berlari kecil mendekati ranjangnya.

"Nona Alina sudah sadar?" Tanya dengan wajah khawatir, Alina mengangguk.

"Nona harus makan sekarang juga.." Pintahnya, Alina tidak menjawab.

"Tunggu sebentar ya non" pelayan itu pergi meninggalkan Alina yang masih mengumpulkan kesadarannya.

"Sudah tuan, nona Alina sudah sadar" ucap pelayan itu dengan seseorang di ujung telepon.

Alina melihat kearah jendelanya yang langsung tembus dengan sisi depan rumah, ia mencoba turun dari ranjang ingin menuju balkon tersebut.

It's not Obsession But It's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang