"Cinta tak memisahkan dua jiwa, ia hanya membentangkan jarak dua raga.
Siapa-siapa diantaranya yang tabah dan menerima, janji tertepati pasti. Sebab yang sejati tak akan mengingkari.Ia diciptakan untuk saling menguatkan, memantaskan dan memahami tiap-tiap kewajiban, mengilhami segala perjalanan menuju matangnya sebuah pendewasaan. Dan kembali demi sebongkah keyakinan dalam tujuan.
Kekasihmu yang setia, tak akan kemana. Ia masih disana dan akan tetap akan jadi dirinya yang bersahaja. Apabila (dia) dalam rentang waktu yang berjarak begitu lama, masih berusaha mengenali dirinya, keluarga, cintanya dan kesahajaannya lagi betul-betul memahami arti dari sekian perasaan yang Tuhannya berikan, maka tak mustahil dia adalah cintamu yang tertakdir.
Tak perlu kau tangisi sedemikian, tak perlu kau khawatirkan sedemikian, tak perlu juga kau kejar hingga berlelah sedemikian. Bawa cintamu dan yakinlah pada Tuhan.
Jika dialah orang yang terpantaskan, maka Sang Kuasa sendirilah yang akan membuka jalan.
Melangkah menuju keridhoan, lantaran akhir terbaik labuhnya cinta ialah 'Menghalalkan dengan cara dihalalkan'
Itu adalah cinta, bagian dari kesederhanaan yang mendewasakan dalam kebajikan. Menyadarkan diri demi kepantasan yang berkeselarasan hingga saling memautkan arti sejati dari tujuan mulia makna hubungan dua insan. Darinya akan muncul segala pengupayaan untuk saling menyejahterakan, melengkapi sekian kekurangan lan menasehati sebagai bagian perhatian, menggenggam saat keduanya mencoba menguatkan, hingga tanpa disadar itulah wujud kekal sebuah inti dari pada ruh 'KEBAHAGIAAN'*Awanda_Yuli
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi rasa Awanda yang (Bukan) "Boy Chandra"
Non-FictionSekelumit tulisan tanpa makna yang seorang Awanda punya. Perihal segala sesuatu yang tak mampu diucap lisan, namun terabadi terbingkai tulisan. Dariku Awanda yang (Bukan) Boy Chandra.