First

69 9 3
                                    

"Sayang bangun, udah pagi. Mama udah buatin sarapan kesukaan kamu. Bangun cepet, ntar kamu telat lagi." Kata Riska sambil membuka tirai kamar Aira.

"Ga bisa ma, kasur sama Aira udah saling mencintai, ga bisa di pisahin." Kata Aira sambil menutup badannya dengan selimut.

"Kamu ntar di hukum sama Pak Anwar mau? Pak Anwar temen Papa kamu lho." Riska mengancam Aira.

"I-iya ma, ini Aira bangun." Kata Aira sambil membuka selimut dan masuk ke kamar mandi.

30 menit kemudian.

"Pagi pa, ma." Kata Aira sambil mencium pipi Dirga, Riska.

"Hm, gimana sekolah kamu? Baik-baik aja kan? Gak buat masalah kan?" Tanya Dirga.

"Ga ada pa, Aira ga bikin masalah." Kata Aira sambil menyendok omurice.

"Itu baru anak papa." Dirga sambil mengacungkan dua jari jempolnya ke Aira.

Jadi dulu pas gue suka bikin masalah, gue bukan anak papa gitu? Asisten? Batin Aira.

Aira sudah selesai makan.

"Pa, Ma, Aira berangkat sekolah dulu ya." Kata Aira sambil menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Assalamulaikum." Aira langsung melajukan mobilnya dengan keceptan rata-rata.

Kalo gue telat gimana dong? Bisa bisa dimarahin sama Pak Anwar, terus di bilangin ke Papa. Abis dah gue. Moga aja ga telat, aamiin. Batin Aira

Aira sampai depan gerbang sekolahnya. Dan sudah ditutup.

"Yaallah, demi neptunus, gue harus gimana sekarang." Aira cemas.

Aira memakirkan mobilnya di dekat sekolah, dan langsung turun.

"Ga ada tempat masuk lagi, Shit." Kesal Aira yang bicara sendiri.

"Kata siapa gak ada tempat masuk?" Kata cowok itu dari belakang Aira.

Suaranya familiar, Batin Aira

Aira berbalik badan, dan itu adalah kak Adrian.

"Hemeh. Kakak lagi." Kata Aira sambil memutar bola matanya.

"Lo siapa?" Adrian menaikkan satu salisnya.

"Astoge, pelupa amat. Padahal baru kemaren kakak nabrak gue." Celetuk Aira.

"Oh, lo yang balikin duit gue ya?" Tanya Adrian.

"Ya. Btw, itu tangan kakak kenapa?" Tanya Aira yang melihat ke arah siku Adrian yang lecet dan sedikit berdarah.

"Jatoh." Adrian langsung menutupnya dengan jaketnya.

"Jatoh ga gitu lukanya." Aira maju dan memegang tangan Adrian. Adrian diam.

"Kalo ga di obatin, bisa infeksi." Kata Aira yang mulai mengeluarkan kapas dan betadine dari tas nya.

Aira kemudian mengobati luka Adrian. Adrian hanya melongo melihat gadis itu mengobati lukanya.

"Aahh." Ringis Adrian.

"Sakit ya?" Kata Aira yang tertawa kecil.

"Mau rasain?" Tanya Adrian.

Aira mengambil plaster di dalam tasnya, dan menempelkan ke siku Adrian.

"Beres." Kata Aira sambil menepuk kedua tangannya.

"Makasih." Kata Adrian.

"Your welcome. Bantuin gue masuk!" Kata Aira dengan nada agak tinggi.

guardian of my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang