Bagian X : Bimbang

1.2K 229 24
                                    

.
.
.

Suasana yang awalnya sedikit canggung karena Al dan Yuki yang sama sekali minim interaksi akhirnya mencair saat Bunda Maia mulai melancarkan aksi 'lobi-lobi'nya pada gadis keturunan Jepang tersebut.

"Yuki mau pesan apa? Pesan aja yang kamu suka yaa,Nak..." Ibu dari tiga pemuda yang beranjak remaja itu tampak sangat senang bisa makan siang bersama dengan salah satu aktris favoritnya. Mantan istri musisi Ahmad Dhani itu tidak menampik bahwa dirinya merupakan fans gadis cantik itu.

"Ma-makasih Tante..." canggung, itu yang awalnya Yuki rasakan. Bagaimana tidak, ini kali pertama dia bertemu dengan wanita yang masih tetap cantik di usianya tersebut. Terlebih perlakuan Ibu dari Al, El dan Dul itu sangat baik kepadanya.

"Kak Yuki, lama kita nggak ngobrol bareng yaa kak." Dul ikut melancarkan aksinya. Bungsu 3 bersaudara itu tampak sumringah saat berbincang dengan gadis keturunan Jepang tersebut. Siapa tau gadis itu menjadi calon kakak iparnya di masa depan. Hehehe...

"Iya Dul. Kamu main-main dong ke rumah."

"Beneran boleh kak? Kalo gitu besok aku kesana bareng kak Al ya..." sontak kalimat Dul itu memancing reaksi dari kakak sulungnya. Al yang sedari tadi menghindari kontak dengan Yuki kali ini menatapnya lekat. Seolah menantikan jawaban yang akan gadis itu ucapkan.

"Iya. Gapapa. Boleh kok..." Yuki menjawabnya dengan segan. Lebih karena tidak enak menolak perkataan bungsu keluarga tersebut. Meski sebenarnya Yuki enggan jika harus digosipkan macam-macam lagi karena kedekatan mereka.

Setelah acara makan siang dadakan tersebut, di sinilah keduanya berada sekarang. Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Al. Sementara Dul, El dan Bunda Maia memisahkan diri karena ketiganya harus segera pulang.Yuki ingin sekali menolak saat wanita paruh baya itu meminta sang sulung untuk mengantarnya. Tapi tak ada yang bisa dia lakukan karena tidak sopan jika menolak begitu saja.

Suasana canggung kental terasa karena tak ada satupun dari keduanya yang membuka percakapan. Al bingung harus berbicara apa. Dia takut Yuki tersinggung atau marah kepadanya. Sementara gadis itu merasa tidak enak karena pernah bersikap ketus pada pemuda blasteran Jerman tersebut.

Akhirnya merasa dirinya pernah berbuat salah, Yuki-lah yang membuka percakapan.

"Al, gue minta maaf soal sikap gue kemarin-kemarin sama lo yang agak ketus. Gue tau nggak seharusnya gue bersikap kayak gitu sama lo."

"Engga kok, lo nggak salah." Al buru-buru menjawabnya.

"Tapi tetep aja, gue udah salah marah-marah sama lo."

"Gue juga salah ngebiarkan kesalahpahaman ini terjadi. Nggak seharusnya gue diam aja saat Pevita salah paham sama lo. Gue udah coba jelasin kok, Kuy. Tapi dia belom mau denger penjelasan gue." Al merasa bersalah karena sumber masalah ini adalah gadis yang notabene adalah kekasihnya.

"Gue paham kok Pevita cuma salah sangka." gadis itu kembali tersenyum padanya. Betapa leganya Al saat melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang beberapa saat lalu adalah hal mahal yang tak pernah pemuda itu lihat kembali.

"Lo udah nggak marah sama gue?" tanya Al hati-hati.

"Nope. Gue masih sebel sih sama lo. Tapi gue tau nggak baik juga kita kayak gini terus. Apalagi..." gadis itu menggantungkan kalimatnya. Al mengerti arah pembicaraan Yuki. Dengan keduanya yang kini terlibat dalam satu project bersama sang Bunda, tentu hubungan yang kaku akan mengganggu pekerjaan mereka.

"Lo boleh ngomel-ngomelin gue kok. Silahkan..."

"Engga ah. Mana enak ditantangin disuruh marah."

Bulan BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang