Eps [06]

187 17 0
                                    

Harry Potter,
Sudahkah kau temukan 
ramuan rahasia itu
agar seluruh orang di dunia
bisa saling cinta?

~Abdurrahman Faiz

😌

"Ellsaaa! Lo berangkat bareng gue gak?" Tanyaku. Namun Ellsa tak menjawabnya. "Ish! Ngapain juga nih anak!" Gumamku dan menuju kamar Ellsa. Saat kubuka pintu kamar Ellsa, aku sangat kaget. Ellsa masih tertidur dengan pulasnya.

Hello? Padahal udah jam 06.00 AM, sekarang kan masuk jam 06.30. Kalau dia telat gimana?? Aku pun membuka gorden jendelanya dan membuka selimut yang menyelimuti Ellsa. "Woiii!! Bangun tukang tidur!" Ucapku. Tapi, si Ellsa tetap dengan nyamannya tidur.

Ah, sudahlah, gumamku dalam hati dan keluar kamar Ellsa. "Bi Ide Ellen berangkat dulu!" Teriakku dan memakai sepatu. "Iya non," jawab Bi Ide samar samar.

Gue masih inget sama si brengsek itu. Siapa sih namanya? Doni? Ooh ya aku tau! William. Gila ya tuh anak! Berani beraninya nantang gue! Memangnya dia siapa coba? Aku pun mendengus sebal dan menaiki motorku.

"Kakak!! Tungguin gue dong!!" Tiba tiba suara teriakan itu mencegahku untuk meng-gas motorku. "Ellsa?" Tanyaku dalam hati. Ternyata benar, Ellsa tergopoh gopoh keluar dari rumah dan memakai sepatunya cepat cepat.

Perasaan belum bangun tadi. Kok udah siap sih? Batinku. "Ya udah cepetan gih! Keburu telat nih gue!" Jawabku. "Iya iya kak! Lagian napa gak bangunin gue?" Jawabnya. Whaatt?? Gak bangunin katanya? Emang dasar nih anak!

Gue pun mengendarai motor dengan ngebut ngebutan. Habis waktunya mepet banget ini. "Ell! Lo mandi tadi?" Tanyaku di motor. Ellsa tertawa dan memukul pelan pundakku. "Hehehe... belum sih! Aku cuman sikat gigi, sama parfuman doang!" Jawabnya dan tertawa lagi.

"Hah?! Lo gak mandi? Gila ya lo! Bau tau Ell! Kan ini disekolah! Kalo yang lain tau lo gak mandi gimana hayo? Lagian gue heran sama lo, gak mandi tapi banyak yang suka," sindirku. "Lo denger ya kak! Gue aja gak mandi banyak yang demen! Coba kalo gue mandi? Tambah banyak kan yang demen sama gue? Daripada lo, masih JOMBLO," jawabnya dan menekankan kata jomblo.

"Hmmm... Bodo amat dah! Gue kan jomblo berkelas dan pintar!" Ucapku. Ellsa diam dan memukul pundakku dengan keras. Akhirnya sampai juga di sekolah. Aku pun segera memakirkan motorku dan menuju kelas. Begitu juga dengan Ellsa.

"Kak! Gue ke kelas ya! Salam buat Oppa Gerald!" Kata Ellsa dan melambaikan tangannya padaku. Aku hanya mengangguk.

Aku dan Ellsa berbeda kelas dan jurusan. Aku kelas XI IPA I sedangkan Ellsa kelas XI Bahasa II. Kelasku berada di lantai tiga sedangkan kelas Ellsa di lantai 2.

Di kelasku siswa laki laki lebih banyak daripada perempuannya. Laki laki 18 sedangkan perempuannya 12. Dan katanya cowok ganteng markasnya di kelasku, XII IPA I. Aku sih memang tidak menyangkalnya, tapi buatku cowok itu sama aja. Mau ganteng mau jelek, bagiku  sama aja.

Kabarnya nih temen sekelasku, Gherald lagi PDKT sama Ellsa. Aku denger sih gosipnya gitu. Ellsa juga kayaknya seneng juga sama si Gherald. Padahal kalo di kelas, yang paling bloon kan Gherald. Anehnya dia bisa masuk kelas unggulan.

Aku juga pernah tanya ke Gherald sama Ellsa langsung. Tapi jawaban mereka cuman NGGAK. Yang penting aku gak pingin kalo Ellsa tersakiti lagi. Aku gak pingin dia tersakiti hanya gara gara cowok.

Aku memandangi Ellsa dari belakang.  Ellsa sebenarnya udah perfect banget. Dia pinter bergaul baik cewek maupun cowok. Dia sebenarnya juga pinter. Bahkan lebih pinter dia daripada aku. Cuma sayang, gara gara mikirin soal cowok dan cinta gak jelas itu, semakin hari dia berubah. Mulai dari nilai yang turun, nggak masuk ranking 5 besar dan males belajar. Aku kasian ke dia. Tapi mau gimana lagi? Aku gak bisa ngerubah sikap Ellsa.

-0-

Bruuk...

Tiba tiba aja ada cowok nabrak aku dan njatuhin kentang gorengku. Aku langsung bangkit berdiri, begitu pun cowok itu. Saat mataku menatap wajahnya, aku terkejut. "Lo lagi?!" Bentakku bersamaan dengan cowok itu, William.

"Ganti rugi kentang goreng gue!" Ucapku sambil menunjuk kentang gorengku yang berhamburan di lantai. "Kentang goreng aja! Lo mau kentang goreng gue? Nih ambil aja uang gue! Gue ikhlas!" Jawabnya dan melemparkan uang 50 ribuan ke mukaku. Ini penghinaan. Apalagi disini kan gue Ketua Tatib!!

"Lo! Bakalan gue laporin ke guru tatib! Lo jangan seenaknya sama gue!" Teriakku padanya. Sontak seluruh mata siswa yang berada di kantin menuju ke arahku dan William. Ah, bodo amat gue diliatin, batinku kesal.

"Siapa juga yang takut! Eh kalo lo berani ayo 1 lawan 1! Gue gak takut sama lo!" Jawabnya dan menantangku. "Okee! Deals! Gue tunggu lo dibelakang sekolah!" Kataku dan melenggang keluar dari kantin.

Tiba tiba ada yang menarik tanganku. Aku pun menoleh. Kudapati Ellsa yang menarik tanganku. "Kita harus bicara kak," ucapnya pelan dan membawaku ke taman sekolah. Aku segera duduk dan mendengus sebal.

"Kak! Kakak gila apa? Masa mau berkelahi sama si Will? Lo kok nekat gitu sih kak? Nanti kalo ada apa apa sama lo gimana kak? Kalo sampe mama papa tau gimana? Lo mikir nggak kak?!" Ceramahnya. Aku tak menghiraukannya dan memperhatikan pohon dan rerumputan di taman.

"Kak lo denger gue kan?" Tanya Ellsa. Aku mengangguk. "Tapi lo gak tau Ell! Dia udah ngebantah gue sebagai ketua tatib! Dia juga pernah ngolok ngolok gue seolah gue ini sampah! Lo tau kan gimana rasanya diomongin sampah?!" Jawabku setengah membentak Ellsa. Ellsa langsung terkejut melihat tingkahku.

Aku pun duduk kembali dan memejamkan mata.

"Kak... lo jangan suka ngandelin jabatan lo disini kak. Gue tau kalo lo itu ketua tatib disini. Bahkan semua orang tau kalo lo itu ketua tatib. Tapi bayangin deh kak! Kalo guru tau ketua tatib kerjaannya berantem terus, apa guru mau jadiin lo ketua tatib lagi? Enggak kan?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Pusing. Kenapa sih si Will itu bikin masalah aja? Sumpek rasanya kalo ngomongin soal Will.

Ellsa memelukku dan mengelus rambutku. "Inget pesen gue kak. Jangan ngandelin jabatan," ucapan Ellsa dan melepas pelukannya. "Gue balik kekelas dulu," ujarnya dan meninggalkanku sendirian di taman.

Air mataku menetes. Dengan segera aku pun mengusapnya. Gue cewek kuat, gue gak boleh nangis, batinku. Disaat seperti ini yang aku butuhkan adalah sahabat. Tapi sahabatku udah nggak ada disampingku. Dia udah pergi, bahkan tanpa seijinku.

Jerry, gue butuh lo disini..

-0-

"Ternyata lo dateng juga," ucapku meremehkannya. Aku kira dia nggak akan datang. Tapi dia dateng juga. Ellsa terpaksa pulang dengan temannya, Marrina. Semua itu gara gara cowok brengsek ini.

"Ya iyalah! Gue berani sama lo! Ngapain juga takut sama lo," jawabnya dan melempar tasnya. Sebenarnya aku rada rada takut. Badan Will itu kekar sedangkan gue kecil. Gue gak yakin kalo bisa ngalahin dia.

Will segera mendekat ke aku. Semakin dekat, tubuh Will semakin terlihat lebih kekar. Tiba tiba nyaliku ciut. Tangan Will sudah bersiap siap untuk menonjokku. Aku juga bersiap siap.

Dukk!!!

Entah mengapa, seperti ada yang memukul punggungku dari belakang dengan kayu. Yang jelas itu bukanlah Will. Aku pun jatuh tersungkur. Aku sempat mendengar suara tongkat kayu jatuh. Mataku tiba tiba buram. Dan lama kelamaan semua benda yang aku lihat tak kelihatan. Semua menghitam. Gelap.

Terakhir yang kurasa adalah ada yang menggendongku...

~Ellen Van Arsha

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang