#Tangis_seorang_putri
.
Namanya Putri. Gadis manis bertampang polos yang baru saja memasuki dunia dewasa.
Pertama kali melihat saat dia membawa surat lamaran ke kantor dimana aku bekerja. Diantar seorang lelaki separuh baya yang rambutnya mulai memutih dengan raut wajah nyaris serupa. Ayahnya.
Mereka bicara begitu mesra. Beberapa kali sang ayah mengusap kepala gadis berambut legam itu dengan penuh rasa sayang. Lalu motor tuanya meluncur pergi dalam kecepatan sedang.
Sore harinya, saat kantor menjelang tutup, pria itu datang lagi. Setia menunggu sang putri di halaman parkir dengan raut wajah sabar.
Putri pulang membawa senyum lebar dan pelukan singkat pada sang ayah. Mereka bicara sebentar, kemudian meluncur pergi dengan lengan Putri memeluk pinggang.
Tadinya, di mataku dia bukanlah sosok yang istimewa. Hanya seorang gadis yang dipenuhi kasih sayang sang ayah. Hingga kemudian aku mulai menyadari sesuatu. Putri, gadis pemalu itu, seringkali tertangkap basah diam-diam memperhatikanku.
Aku bukanlah lelaki penggoda. Hanya saja tidak bisa berhenti bermain cinta. Mereka, para wanita itu yang datang mendekat, berusaha membuat terpikat, lalu menyerahkan diri. Aku tidak pernah meminta, tapi menikmati apa yang tersaji.
Seperti halnya yang kulihat dari sorot mata Putri akhir-akhir ini.
"Jangan terlalu deket sama Dave, dia itu player." Kudengar bisik Emma saat aku melewati mereka.
Aku pura-pura tidak mendengar, hanya saja kata-kata itu membuat senyumku tersungging.
Tidak merasa tersinggung, karena mungkin memang itu pendapat mereka. Bahwa aku laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Atau mungkin itu karena Emma merasa cemburu. Kami memang pernah dekat, bahkan beberapa kali dia menginap di apartemenku. Hanya saja kami tidak pernah menjalin ikatan karena dia tahu aku tidak suka terikat.
Sejak peringatan Emma waktu itu, Putri tak lagi mendekat.
***
"Belum pulang?" Aku bertanya setelah menghentikan motor tepat di sebelah Putri yang sedang berdiri menunggu.
Putri menoleh. Melihat keberadaanku, dia memalingkan wajah. Mungkin teringat peringatan dari Emma.
"Ayah terlambat datang menjemput," jawabnya pelan.
"Mau dianter?" Aku menawarkan.
Dia menggeleng, "Nggak usah, Ayah bilang sudah di jalan," tolaknya.
"Oh, oke. Duluan ya?" Aku memberi sekilas senyum. Kemudian melesat pergi bersama motor hitam besarku.
Aku memang bukan penggoda wanita, tapi aku tahu bagaimana cara menaklukan hati mereka. Bukan dengan kata-kata semu yang diucapkan, tapi dengan hal-hal kecil sebagai bentuk perhatian.
Nanti, biar kutunjukkan caranya.
***
"Apa ini?" Putri mengangkat wajahnya dari tumpukan berkas di meja kerja. Menatap wajahku tak mengerti saat kusodorkan sekotak makan siang beserta minumannya.
"Makan siang. Keliatannya kamu nggak sempet keluar," jawabku sambil berlalu dari mejanya.
Begitu saja. Ya, begitu saja. Tidak usah terlalu cerewet berbasa-basi. Karena terlalu banyak kata membuat sebagian hargamu hilang di mata mereka.
Beberapa kali membantu Putri menyelesaikan pekerjaan, atau mengingatkannya untuk makan siang. Membuat sikap Putri perlahan mencair. Tidak terlalu kaku saat menghadapiku. Mungkin sekarang logika dan hatinya sedang bergantian mengatakan hal yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen 21+
RomanceCerita tentang kehidupan dewasa. Percintaan, dan permasalahan hati di dalamnya.