Dark Secret
.
Seorang wanita seksi melenggang membelah kerumunan pria dan wanita yang tertumpah di lantai dansa. Bau alkohol menyeruak, bercampur dengan wangi parfum.
Sudah larut malam. Seorang pelayan klub malam meneleponnya agar segera datang untuk membawa pemuda yang kini menelungkupkan wajah di atas meja bar itu pulang. Pemuda yang kondisinya terlihat sangat menyedihkan.
"Ayo pulang, Will!" ucapnya di telinga pemuda berbahu lebar itu.
Hanya terdengar geraman tertahan sebagai jawaban.
"William!"
Pemuda bermata biru kelam dengan rambut serupa dengan warna pasir itu, menoleh. Wajahnya terlihat merah. Terutama hidung, mata dan bibirnya. Mabuk.
"Luisa?" Matanya menyipit, berusaha mengingat-ingat siapa wanita bertubuh sintal yang kini ada di hadapannya.
"Ya aku. Seperti biasa, kau merepotkanku lagi!"
Wanita yang dipanggil dengan nama Luisa itu menanyakan bill pada si pelayan. Lalu membayar semua alkohol yang telah habis oleh William. Kemudian membantu pria itu turun dari kursi dan melangkah menuju keluar dengan jalan yang tak seimbang.
Di sepanjang perjalanan menuju mobil di tempat parkir, pria tinggi bertubuh atletis itu terus meracau.
"Sudah kubilang! Biarkan aku di sini! Aku cuma ingin melupakannya, kau tahu?! Aku ingin melupakannya ... Mhysa ... Mhysa ku ...! Aarrggh, cewek sialan! Teganya pergi meninggalkanku begitu saja ...! Apa dia tidak tahu aku merindukannya setengah mati ...!
Mhysa!! Mhysaa..!!"
.
Pintu kamar terbuka. Terhuyung, Luisa bertahan mengantarkan William sampai ke ranjang. Lalu membiarkan tubuh tinggi itu terhempas di atas sprei coklat tua. Masih menggumamkan racauan sambil memegangi kepala.
Dengan penuh kesabaran, Luisa membukakan sepatu hitam mengkilap yang dipakai William. Lalu menaikkan kedua kaki yang semula terjuntai naik ke atas ranjang.
Hati-hati, wanita berpakaian seksi itu setengah berbaring di samping William. Dipandanginya wajah pemuda berusia sekitar 29 tahun itu lekat. Mengagumi ketampanan yang tersaji di hadapannya lewat binar mata yang meredup. Perlahan, diusapnya hidung lalu turun ke bibir kemerahan William.
Seandainya, pemilik wajah nyaris sempurna ini adalah miliknya.
Tiba-tiba tangannya disambar oleh William. Lalu mata beriris biru kelam itu menatap wajahnya dalam.
"Aku tidak semabuk itu untuk merasakan jarimu di bibirku, Luisa!" William berucap serak.
Kini wajah mereka hanya berjarak sekitar dua inci saja.
"Cium aku!" Pria itu menatapnya. Perintah, sekaligus permohonan.
"Will ..."
"Cium aku, agar aku bisa melupakan gadis jalang itu ...!"
Luisa mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka bersentuhan. Lalu perlahan, mereka mulai saling melumat. Semakin lama terasa semakin panas. Hingga akhirnya mereka menghabiskan dingin malam dengan berbagi ranjang.
***
Seminggu sebelumnya.
"Kau ... apa?" terdengar pertanyaan bernada kecewa dari seberang.
"Aku bilang, aku minta maaf karena tidak bisa ikut merayakan hari ulang tahunmu!" Mhysa, wanita bertubuh mungil berusia sekitar 23 tahun itu terlihat sedikit kerepotan. Memegang ponsel, juga memegangi beberapa buah paperbag di kedua tangannya. Ditambah lagi ia sedang berusaha membuka pintu sebuah rumah bercat abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen 21+
Storie d'amoreCerita tentang kehidupan dewasa. Percintaan, dan permasalahan hati di dalamnya.