S I X 💎 • Teh Kotak

10 0 0
                                    

"Setiap waktu yang di habiskan denganmu rasanya kurang lama."
Aydin Pramudita Tjahyanda

***

     Setelah menyelesaikan hukuman yang diberikan padanya, dengan langkah gontai Ailis menuju kantin. Sementara Aydin, ia malah ketiduran di bawah pohon rindang yang ada di pinggiran lapangan.

Ailis memesan es teh lalu duduk di salah satu meja. Setelah es tehnya datang, ia segera meneguk es teh itu tanpa menggunakan sedotan. Ia terlalu haus. Tak sampai semenit, gelas itu telah tandas. Ia menyeka keringat di sekitaran dahinya dengan tisu.

"Ailis semangat ya larinya. Gue tungguin sampe selesai."

Ucapan Aydin terlintas dipikiran Ailis. Ia tersenyum tipis mengingat perkataan Aydin yang menyemangatinya dan akhirnya malah ketiduran.

"Orang aneh itu pasti belom sadar," gumam Ailis lalu berdiri dan menghampiri mbak Tini penjaga kantin untuk membayar harga es tehnya.

"Mbak. Teh kotaknya satu." kata Ailis,

"Siap neng." kata mbak Tini. "Nah ini neng." -- Ailis kemudian menyodorkan uang 20 ribu membayar harga es teh yang diminumnya juga teh kotak yang kini dipegangnya.

"Oke. Ini kembaliannya. Makasih ya neng."
"Sama-sama." ujar Ailis lalu melangkah meninggalkan area kantin.

Saat melewati pinggiran lapangan, Ailis memendarkan pandangannya mencari-cari sosok yang--

"AILIS !!!..." — mendengar namanya dipanggil Ailis berbalik ke belakang, dilihatnya sosok cowok yang membuat dirinya menegang. "Adfi..." gumam Ailis pelan.

Adfi kini berada didepan Ailis. Adfi menghela nafasnya yang tak beraturan.
"Ke–kenapa ?," tanya Ailis ragu-ragu. Mendengar suara Ailis yang lembut membuat wajah Adfi yang tadinya tampak kelelahan kini mendadak senang. Namun tak berarti suasana canggung juga mendadak hilang. Adfi menatap Ailis, "kamu makin cantik sekarang." — batin Adfi.

"Kenapa kamu disini ? Inikan masih jam pelajaran." kata Adfi.

"Mm... Ak–aku tadi..."

"Ailis sama gue habis di hukum lari." -- ucap Aydin yang tiba-tiba muncul di sisi Ailis.

***

Ailis's POV


Aku menyusuri pinggiran lapangan mencari-cari sosok Aydin. Yah meskipun dia menyebalkan tetapi tingkahnya terkadang membuatku gemas sendiri. Dia cowok yang lucu dan saat berada di dekatnya aku merasa-- hei dia di mana ? Seharusnya kan...

"AILIS..." -- suara itu membuat tubuhku seketika menegang, aku meyakinkan diriku sendiri kalau aku harus kuat. Di saat seperti ini yang kubutuhkan adalah sosok Aydin yang akan membawaku pergi menghindari pertemuanku dengan Adfi. Dan aku baru menyadari jika Adfi dan Aydin adalah saudara, astaga... Tentu saja nama belakang mereka sama aku baru benar-benar percaya saat Deby dan Riyan memberitahuku. Keduanya memang tak begitu mirip dari segi wajah, sikap pun begitu.

Aku tak tahu --meski aku terkadang tidak menyukai Aydin namun aku juga tak mengelakan jika aku mulai terbiasa dengan Aydin yang-- Adfi menatapku dengan tatapan yang dulu pernah menjadi tatapan yang buatku salah tingkah. Namun kini rasanya sudah berbeda, aku tidak lagi merasakan itu. Malah aku merasa agak risih dan selalu ingin menjaga jarak darinya.

"Kenapa kamu disini ? Inikan masih jam pelajaran." tanyanya. Lidahku mendadak keluh namun,

"Mm... Ak–aku tadi..." -- astaga kenapa aku jadi terbata-bata berbicara ?

Hingga suara seseorang yang sedari tadi kuharapkan muncul tiba-tiba. Aku merasa lega saat kusadari Aydin ada disisiku.

"Ailis sama gue habis di hukum lari." -- ujar Aydin dengan tatapan datarnya pada Adfi. Aku menoleh pada Aydin kemudian Aydin juga menatapku, tatapan hangat Aydin yang membuat jantung marathon.

"Kok bisa di hukum ?," tanya Adfi. Aydin kembali menatap Adfi, "gak usah kepo kak. Yuk, Lis temenin gue ke kantin." ujar Aydin seraya menarik pergelangan tanganku. Aku menyejajarkan langkahku dengan Aydin tanpa di lepasnya genggaman tangannya pada tanganku. Aku melirik genggaman itu. Disaat yang sama rasa aneh itu muncul, senang dan merasa nyaman. Aku menggeleng heboh dan ternyata itu diperhatikan oleh Aydin. Langkahnya terhenti, ia memandangiku, "lo kenapa, Lis ? Kepalanya pusing ?," tanyanya dengan tangan yang sudah melepas tanganku namun beralih menyentuh sisi kanan kepalaku. Jika seharusnya aku menjauhkan tangannya kini aku malah menginginkan moment ini tak--

"Lis ?," gumaman Aydin menyebut namaku membuatku kembali fokus padanya. "Aydin... Andai kamu tahu kalau tatapan kamu itu.."

"Saya gak pa–pa Aydin. Oh iya ini untuk kamu." kataku sembari menyodorkan teh kotak yang sengaja kubeli untuknya. Dalam hitungan sepersekian detik matanya berbinar dan berjingkrak-jingkrak tak jelas. Aku jadi bingung sendiri. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
Fix, Aydin memang gila !

***

Aydin mengambil teh kotak yang disodorkan oleh Ailis untuknya. Ia mendekatkan teh itu ke pipinya merasakan dinginnya kemasan minuman itu. Raut wajah Ailis berubah heran.

"Saya ngasih buat di minum Aydin. Bukan buat—," belum selesai Ailis berbicara Aydin sudah menyelanya.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH .. AILIS MULAI BUKA HATI BUAT MAS AYDIN GANTENG SE-IHH.." ucap Aydin kegirangan dan mendapat pelototan tajam langsung dari Ailis.

"Kamu jangan ngaco deh, Ay !," -- Ailis berdecak kesal. Sementara Aydin malah senyum-senyum kayak orang gila.

"Ngapain senyum-senyum ?," ketus Ailis. "Habisnya dipanggil ay sama kamu. Ay itu ayang kan ?," ucap Aydin seenak jidatnya. Wajah Ailis memerah. Tentu saja yang dimaksud ay oleh Ailis itu ya Aydin bukan ayang !!!

"Ge er kamu !" kata Ailis sudah badmood. Ia melangkah meninggalkan Aydin, namun bukan Aydin namanya kalau tidak segera mengejar sang pujaan hati.

"Ailis..."

"AILIS SYAHIRA.."

"TUNGGU GUE.."

"YA ALLAHUAKBAR.. LIS. TUNGGU SAYANG.."

"Ailis....."

Teriakan Aydin yang menggema sepanjang koridor tak di hiraukan oleh Ailis. Malah akhirnya Aydin mendapat jeweran dari bu Fara si guru BK killer yang sudah mengamati Aydin dari jauh karna berteriak-teriak mengganggu konsentrasi belajar para siswa di jam pelajaran yang sedang berlangsung.




















"Ah ! Bu Fara ngapain pake acara narik gue ke ruang BK sih ! Padahal gue kan masih pengen berduaan sama Ailis." — Aydin.

***

.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Y E S,  I   D O   R E G R E TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang