Umum POV
2 Tahun kemudian.
Kota Orpheos merupakan salah satu kota terbesar milik bangsa werewolf. Terletak di wilayah selatan, dengan cakupan wilayah hampir setengah dari cakupan wilayah werewolf lainnya. Merupakan klan terkuat yang dipimpin oleh klan Hansey. Memegang teguh kemurnian darah. Hal ini dibuktikan dengan kejadian hampir 20 tahun lalu. Saat anak bungsu dari Alpha Henry menemukan mate-nya yang tak lain merupakan pangeran Vampir Utara, dengan hati beku sang Alpha mendeklarasikan membuang puterinya sendiri dari silsilah klan Hansey.
Meski telah banyak wilayah yang mengubah peraturan pernikahan antar klan tapi aturan itu masih berlaku di wilayah ini. Khususnya pewaris darah klan Hansey. Harus darah murni. Dengan kekuatan sendiri klan ini berdiri kokoh membentuk formasi pemerintahan, mengatur sistem pertahanan tanpa bantuan dunia luar. Tapi, kejadian 5 lima tahun yang lalu membuat prinsip dewan klan Hansey bergeser, mereka sadar mereka butuh sokongan dunia luar. Peningkatan Halfblood dan Hybrid dari tahun ketahun semakin meningkat, ditambah banyak dari mereka membentuk serikat pemberontakan melawan para penguasa berdarah murni. Gosip beredar mengatakan para Halfblood dan Hybrid bersekutu menumbangkan semua kerajaan, klan maupun kaum yang menolak kehadiran mereka. Membuat klan Hansey menerima campur tangan kerajaan Wirlock yang memang telah menobatkan diri sebagai negara netral sekaligus pelindung seluruh kaum.
Pemberontakan yang terjadi di wilayah selatan sebagian besar dilakukan kaum Hybrid yang memiliki kekuatan berkali lipat dari petarung werewolf biasa. Mereka menyerang secara membabi buta, tidak perduli itu anak-anak atau wanita para Hybrid tetap membantai tanpa ampun. Hampir separuh petarung werewolf sudah dikerahkan, tapi dengan mudahnya dikalahkan. Ketakutan ini membuat Alpha terdahulu, Alpha Henry membuang ego dan meminta sang cucu untuk bersekutu dengan kerajaan Wirlock.
Puncak dari ketakutan bangsa werewolf terjadi, saat seminggu yang lalu, dengan mudahnya 5 Hybrid dan 8 Halfblood membantai sebuah desa di ujung pantai Nasimus, pusat penempaan besi dan perak. Menggoncang dunia para werewolf. Akhirnya dengan tangan terpaksa mereka meminta bantuan pada kerajaan Wirlock yang selama beberapa tahun ini telah menjadi sekutunya.
"Tuan, mereka telah tiba," seorang pria berbadan kekar dalam balutan busana prajurit menunduk hormat. Dihadapannya, para dewan penasihat bangsa werewolf duduk menempati meja kayu berbentuk persegi panjang.
"Suruh mereka masuk!" Jawab seorang pria tampan berahang tegas yang duduk diposisi tengah. Dia Alpha George. Pemimpin klan Hansey.
Detik berikutnya, sepasang pintu kayu membela diikuti deritnya membahana sepanjang ruangan dewan, bersamaan langkah-langkah kaki memasuki ruangan keramat itu.
"Ruangan yang bagus, tidak mengecewakan. Aku suka cat merah maron." Ucap seorang gadis berambut mahoni, netra ungu cerah miliknya menjelajahi ruangan mencoba menilai, mengabaikan tatapan para tetua dewan werewolf.
"Ya, selera mereka tidak buruk." Seorang pria bermata sipit ikut menimpali.
"Kita datang kesini untuk rapat, bukan untuk merenevosi sesuai keinginan kalian," pria tinggi jangkung melipat tangan didada, menggeleng melihat tingkah dua temannya.
"Itu benar. Ayo kita sapa dulu mereka," suara lembut terdengar seperti bisikan ikut dalam percakapan itu.
"Kalian sudah datang, kemarilah. Aku akan memperkenalkan kalian pada tetua dewan." Suara serak Alpha George terdengar tegas. Manik hitamnya sekilas berkilat emas. Seolah menahan diri dari amarah.
"Apa ini bantuan kita? 1 penyihir Wirlock, 2 halfblood dan 1 Hybrid? Ini konyol, apa dewan Seventh Knight menganggap masalah kita hal sepele?" Seorang pria tua berkumis tipis memukul meja dengan keras. Melampiaskan kekesalannya.
"Tenanglah kek, mereka kandidat yang paling kuat di antara semua pasukan seventh knight." George menghembus nafas lelah.
Pria yang dipanggil kakek, tidak lain adalah Henry william Hensey. Sang Alpha terdahulu.
"Aku mungkin bisa menerima yang lain, tapi tidak darah terkutuk itu." Tunjuknya penuh emosi kearah Vidler yang memasang tampang tak peduli.
"Sayangnya, aku juga tidak ingin membantu. Kalau bukan terpaksa." Jawab Vidler dingin.
"Bocah sialan. Terkutuk." Alpha Henry berdiri dari duduknya, menatap Vidler dengan murka.
"Apa orang tuamu tidak mendidikmu dengan benar? Sehingga kau tidak punga tata kerama, hah!" Bentak Alpha Henry penuh murka. Geraman keluar dari mulutnya, terdengar memberi peringatan.Vidler tertawa renyah, memegangi perutnya seakan apa yang didengarnya adalah hal yang paling lucu yang pernah didengarnya.
"Sayangnya, ibuku tidak pernah mengajariku cara menghormati orang tuanya sendiri." Ucap Vidler tajam.
Sontak jawaban Vidler menciptakan suasanan riuh.
#####
Disebuah bangunan tua didalam hutan yang tak terjamah, seorang bertudung hitam berdiri mengamati air laut dibalik tiang tiang penyanggah bangunan berlumut itu.
Hingga sebuah kepulan asap hitam yang terbang melayang berputar layaknya angin tornado membentuk tubuh seorang pria secara perlahan. Bedanya, pria itu memakai tudung merah."Kau sudah menemukannya?" Ucap pria bertudung hitam.
"Ampuni hamba my Lord. Putri Lucifer sangat pandai menutupi jejaknya, hamba belum yakin keberadaannya." Tudung merah membungkuk penuh hormat.
Tudung hitam tersenyum sinis, "itu tandanya, dia belum menemukan mate-nya. Darah Lucifer miliknya masih stabil. Cepat temukan dia, jika sampai dia menemukan mate-nya itu akan sedikit menyusahkan."
Pria tudung hitam memberi penekanan."Jika itu terjadi, bukankah kita punya waktu 3 hari untuk membunuhnya tuan?" Pria bertudung merah memiringkan kepalanya sedikit bingung dengan penjelasan tuannya.
"Ya, akan mudah membunuhnya karena proses mating menyedot banyak tenaganya yang hanya Halfblood, tapi, jika mate-nya berasal dari kalangan Hybrid atau Fallen Angel, itu akan berbahaya bagi kita."
Penjelasan sang Tudung hitam, membuat tudung merah mengangguk patuh."Baik tuan. Hamba akan segera mencarinya."
Bersamaan dengan itu, pria bertudung merah menghilang bagaikan asap.#####
"Kau cukup berani melawan kakekmu," Daniel tertawa menyeringai.
Vidler memutar bola matanya jengah," dia hanya ayah dari ibuku. Bukan kakekku!"
Lorreine mendesah malas.
"Hah...terserahlah, tua bangka itu memang menyebalkan. Dia menghina kita seenaknya saja.""Walau begitu dia kakekmu Vidler." Natasya merengut manja.
Vidler hanya mengedikkan bahunya acuh. Terus berjalan lurus melintasi koridor istana Klan Hensey, diikuti Lorreine, Daniel juga Natasya.
"Apa nanti malam kita akan memulai rencana kita,"Natasya bertanya pelan.
Lorreine menyeringai angkuh, "ya, tentu saja. Kita akan berburu malam ini." Senyuman sinis muncul dibibir tipisnya. Matanya berbinar harap untuk menikmati acara nanti malam.
"Ini hobimu Irene. Kau akan menikmati menyiksa mereka." Daniel tertawa geli.
Irene tertawa terbahak."Tentu saja, malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan." Sekilas kilatan emas muncul di netra ungu, gadis bersurai mahoni itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood
FantasyApa kalian pernah bertanya? Bagaimana rasanya hidup sebagai pewaris darah lucifer? Disaat kau mengharapkan jalan hidup yang kau pilih tidak menjebakmu dalam tumpukan takdir yang terbelit dendam. Apa kau punya kata-kata untuk menjabarkan sebuah kata...