6

42 0 0
                                    

Lorreine membuka matanya paksa. Hal pertama yang di lihatnya, dia terbaring dalam sebuah kamar dari batu dengan pencahayaan minim dari lilin lilin yang tergantung di dinding. Pakaiannya telah terganti dengan hanfu putih bercorak bunga sakura. Aroma kamar ini, walau pun pemiliknya tak di sini tapi gadis itu masih bisa merasakannya.

"Ahhh..." Lorreine mengerang memegang kepalanya yang masih pusing. Ingatan kejadian beberapa waktu yang lalu menyerangnya.

"Aku harus segera pergi!" Gadis itu berusaha bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya sudah kembali fit, walau kepalanya masih agak pusing. Entah berapa banyak darah yang di berikan si brengsek itu padanya.

Lorreine harus bersyukur, tak ada siapapun di puri ini. Namun justru terasa aneh dan janggal.
"Aneh, tidak ada siapa pun." Lorreine menyusuri dinding berbatu yang hanya bercahayakan obor.

Seperti tersadar sesuatu, Lorreine semakin mempercepat langkahnya. Sesampainya di luar lorong, Lorreine menatapi sekeliling tak ada penjaga. Dengan cepat melesakkan diri bersama sayap emasnya.

"Ah.Padahal aku suka baju ini," desahnya pelan sembari melirik kebelakang punggungnya menatap potongan bajunya yang rusak akibat mengeluarkan sayap.

Hancur! Kota Orpheos telah tak berbentuk. Hanya ada puing puing bangunan berserakan, beberapa penduduk yang tersisa mengumpulkan barang berharga dan mendorongnya dengan gerobak. Mayat bergelimpangan dimana mana, tapi tak ada yang memperdulikan. Yang hidup hanya menyelamatkan dirinya sendiri.

Lorreine menginjakkan kakinya di salah satu sudut istana, mungkin ini bagian perpustakaan. Bisa di lihat dari banyaknya buku yang berserakan terhimpit beton atau juga kertas kertas yang telah terbakar.

"Nona!" Sebuah suara menyadarkan gadis itu. Matanya mencari sumber suara, bergerak cepat gadis itu menyingkirkan batu yang menutupi sebagian tubuh bawah pria itu.

"Anda baik-baik saja! "Lorreine menegakkan tubuh pria tua itu bersandar di pinggiran dinding yang tak berbentuk lagi.

Lorreine memejamkan mata, menyentuh kaki pria tua itu yang sudah patah. Tak perlu lama bagian tubuh membentuk kembali seperti sedia kala.

"Astaga! Nona apa yang ter-" ucapan pria itu di abaikan Lorreine.

" Katakan padaku, siapa yang melakukannya!?" Lorreine menatap nyalang matanya berkilat kilat keemasan.

Pria tua itu menggigil,"para pemberontak, me-mereka di pimpin Hybrid yang sangat kuat. Hanya itu yang aku tahu."

Lorreine berdiri tegak. Tapi, lagi sebuah suara menghentikannya.

"Irene. To-long a-ku." Suara itu lemah, sangat lemah. Jika itu orang lain maka mereka mengira itu hanya hembusan angin.

Lorreine menyisir semua puing untuk menemukan asal suara. Nafasnya tercekat saat melihat Daniel bermandikan darah, perutnya terkoyak. Darah telah merembes membasahi seluruh tubuhnya.

"Daniel, oh tidak." Lorreine mengangkat tubuh pria itu bersandar di pahanya. Tanpa habis pikir, gadis itu menggigit tangannya sendiri dan meminumkan darahnya pada Daniel.

#####

Terburu buru, Lorreine memasuki puri tempat persembunyian Ryu, tidak seperti tadi yang sepi sekarang terdengar gelak tawa penuh kemenangan.

Gadis itu mendorong paksa sebuah pintu oak tua namun kokoh hingga menimbulkan bunyi dentuman agak keras karena ulahnya.

Semua makhluk itu menatapnya bingung, di tangan mereka terdapat masing masing gelas berisikan darah yang Lorreine yakini darah kaum werewolf.

"Oh. Siapa ini?" Ryu tersenyum lebar menyambut kedatangan Lorreine. Pria itu duduk angkuh di singgasananya di kelilingi pelayan succubus.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang