Alan & Alana

5 3 0
                                    

"Alana apakah kau tidak merasa bosan kita selalu bersama selama ini? "

Alana mengernyit tidak suka akan pertanyaan Alan.
"Bosan, bahkan sangat bosan. Kenapa harus kau tanyakan pertanyaan seperti itu. Tentu saja aku tidak bosan, mungkin kau yang merasa bosan dengaku hingga bertanya seperti itu. Aku tidak mau berbicara denganmu jika kau bertanya seperti itu lagi Alan." dumel Alana karena kesal dengan pertanyaan Alan.

"Aku hanya bertanya, maafkan aku jika membuatmu kesal." Alan sedikit merasa bersalah karena bertanya seperti itu. Ia merasa bahwa pertanyaannya mengesankan bahwa ia telah bosan bersahabat dengan Alana.

"Sudahlah tidak apa-apa. Alan nanti pulang sekolah antar aku ke toko buku ya, aku ingin membeli novel"

"Beli novel? Bukankah kemarin kau baru membeli 3 buku? Apakah sudah selesai kau baca? " pertanyaan beruntun dari Alan karena merasa bingung.

Memang mereka salalu berangkat dan pulang bersama, karena mereka adalah tetangga. Rumah mereka bersebelahan dan entah karena takdir atau hanya kebetulan orang tua mereka juga bersahabat sama seperti mereka. Indah bukan jika dibayangkan.

"Aku ingin mencari referensi untuk tulisan yang sedang aku kerjakan. Karena buku yang kemarin aku beli agak melenceng dari tema tulisanku,  ya Alan yayaya" Ini adalah andalan dari Alana, dengan mengeluarkan puppy eyes nya. Alan tidak akan tahan dengan tatapan Alana yang seperti itu.

"Tidak usah menatapku seperti itu, kau jadi terlihat seperti anak anjing."

"Jadi nanti pulang sekolah kau mengantarku kan? "

"Iya iya akan aku antarkan. Sudah sekarang kembali ke kelas bel akan berbunyi."

*****

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Alan juga sudah menunggu di tempat parkir motornya. Tetapi Alana tidak kunjung terlihat, Alan mulai gelisah karena hari ini bukan jadwal piket Alana, dan tidak biasanya jika Alana meminta beli buku ia terlambat seperti ini.

Alan mulai menyusuri dari koridor kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Nihil! Tidak ada Alana dimanapun.

Berusaha tetap berfikir positif, ia berjalan menuju belakang sekolah yang bersebahan dengan kantin.

Akhirnya Alan menemukan Alana. Ternyata Alana tidak sendirian ia bersama dengan seseorang yang diketahui Alan telah menyukai Alana sejak kelas sebelas. Dia bernama Ilham.

Ilham yang dikenal suka mempermainkan hati perempuan itu sedang memegang kedua tangan Alana dan menatap Alana secara intens. Kalian pasti tahu apa yang sudah terjadi.

Ya Ilham menyatakan perasaannya. Tidak hanya melihat, Alan segera menghampiri mereka. Dan merangkul pundak Alana.

Alan merasa tidak suka melihat Alana bersama Ilham. "Pantas saja lama, ayo Alana nanti keburu gelap. Apa jangan-jangan kamu lupa jika kamu akan membeli buku? "

Alana tersenyum kepada Ilham "Maaf aku harus pergi. Dan maaf juga aku tidak bisa, karena aku tidak memiliki perasaan kepadamu"

Melihat raut kecewa di wajah Ilham membuat Alan menyunggingkan senyum. Senyum yang memiliki seribu makna.

"iya aku mengerti, tidak usah meminta maaf Alana" dengan langkah gontai Ilham berjalan meninggalkan Alana. Ia menengerti bahwa Alana adalah perempuan yang sangat tidak mudah untuk jatuh hati kepada seseorang.

Sebenarnya Alana maupun Alan tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Ya karena keduanya sama sama tidak mudah jatuh cinta.

"Ayo Alan kita ke toko buku" senyum Alana mengembang kala mengingat bahwa ia akan membeli buku.

"dasar, yasudah ayo" mereka berjalan bersama menuju tempat motor Alan diparkirkan, tangan Alan masih merangkul pundak Alana. Hal itu telah menjadi kebiasaan Alan jika berjalan bersama Alana.

*****

Setelah dari toko buku yang dimaksudkan Alana. Mereka langsung pulang, langsung menuju rumah karena alana yang sudah tidak sabar membaca buku yang barusaja dibelinya.

Sesampainya di rumah Alana seperti biasa langsung membersihkan dirinya lalu mengarjakan tugas yang ada untuk hari esok.

Setelah semua tugas selesai ia melakukan hal yang sudah selama dua tahun terakhir ini ia tekuni. Menulis adalah hobby baru dari seorang Alana Nasution.

Disisi lain Alan sedang berkutat pada fikirannya. Ia sedang bimbang karena suatu hal yang pastinya menyangkut tentang Alana.

"Bagaimana ini kenapa aku seperti ini sih!" Alan bingung dengan dirinya sendiri, tidak biasanya ia seperti ini.

Tidak mau terlalu memikirkan yang tidak jelas. Alan beranjak dari duduknya untuk membersihkan diri dan segera mengerjakan tugas dan membantu Alana.

Memang Alan lah partner Alana dalam mencari inspirasi tentang cerita yang sedang digarapnya.

******

Malam ini dimana biasanya para remaja tidak mau hanya berdiam diri saja dirumah.

Tetapi, berbeda dengan Alan dan Alana. Mereka berdua sekarang berada di dalam kamar Alana, jangan berfikiran yang tidak tidak. Nanti kalian kecewa.

Mereka berdua hanya akan menghabiskan malam dengan maraton film.

Alan telah membeli lebih dari sepuluh kaset untuk ditonton malam ini. Ia akan berubah menjadi sosok yang berbeda jika sedang seperti ini. Bisa dibilang sebelas dua belas sama gilanya dengan Alana.

Sebelumnya kamar Alana sudah dirubah menjadi seperti mini bioskop.

"Alan ini bantu aku!!" teriak Alana dari lantai bawah.

"iya sebentar lagi aku turun." Alan juga berteriak.

"Astaga, kau habis merampok minimarket mana. Ini terlalu banyak Alana"

"Ini belum semuanya itu di ruang tamu bawa keatas semuanya ya Alan cantik." selain hobby menulis, nyemil adalah hobby yang dibawanya dari lahir. Tidak akan cukup kalau hanya sekantong plastik saja. Tetapi walaupun ia nyemil dengan jumlah yang sangat banyak ia tidak pernah gendut. Mungkin karena keturunannya yang kurus kurus.

"minggu depan kamu tidak boleh beli seperti ini lagi. Ini chiki semua gak sehat kalau terlalu banyak dikonsumsi Alana." Alan mencoba mengingatkan Alana. Ya walaupun Alana tidak pernah mendengarkan jika itu tentang larangan nyemil.

"kau jika seperti ini jadinya seperti emak emak rebutan sayur di depan rumah. Cepat bawa ke kamar. Jika kau tidak mau kau tidak boleh memakannya."

Dengan berat hati ia membawakan makanan yang sekarung banyaknya ke kamarnya Alana. Jika seperti ini ia merutukki kamar Alana yang berada di lantai dua. Tidak apa jika tangganya pendek. Tetapi tangga dirumah Alana itu sangan panjang.

struggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang