Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika kalian disuruh untuk memilih, hal mana yang lebih baik untuk dipilih? Jujur tapi kehilangan segalanya atau bertahan dengan yang apa kalian miliki namun terasa menyesakkan. Menyiksa batin.
Mungkin kali ini, Aku memilih pilihan pertama.
. . .
Hari itu... Hari senin. Hujan sore itu membasahi kota ini. Termasuk perpustakaan sekolah. Kami bertiga kebetulan sedang duduk disana.
"Eh, aku udah dijemput nih. Pulang bareng aku aja yuk biar ga kehujanan." Suara Retha memecah keheningan kala itu.
"Nggak usah tha, kamu duluan aja. Masih ada tugas yang harus aku kerjain." Jawab Wonwoo.
"Aku juga makasih tha, lagian nanti kasian kamu masa harus puter balik? Kan rumah kita ga searah. Aku nungguin hujan reda aja." Jawabku.
"Oh yaudah kalo gitu aku duluan ya." Ucap Retha.
"Iya ati-ati ya, tha." Ucapku sambil melambaikan tangan padanya.
Kulihat mereka berdua saling melempar senyum satu sama lain. Mata Wonwoo tak lepas dari Retha sampai punggung Retha terlihat menghilang di balik pintu kaca perpustakaan.
Sakit sebenarnya melihat pemandangan semacam ini, tetapi pemandangan seperti ini lah yang aku lihat setahun belakangan ini. Sakit sebenarnya memendam perasaan sendirian. Sakit sebenarnya ketika tak ada orang yang mengetahui perihal perasaanmu yang sesungguhnya. Sakit sebenarnya menyimpan luka kemudian menutupinya dengan pura-pura bahagia. Sakit sebenarnya ketika tak ada orang yang bisa kau andalkan untuk menyimpan keluh kesahmu, untuk meluapkan seluruh perasaanmu, isi hatimu.
Dia. Wonwoo. Dia yang mendekatiku duluan pada tahun pertama sma kami. Hingga akhirnya adanya keberadaan Retha.
Aku yang menyukainya duluan, dia yang datang padaku duluan. Tapi, kenapa harus orang lain yang bersanding dengannya?
Bolehkah aku egois.....
sekali ini saja?
"Wonwoo"
"Hmm." Jawabnya.
"Aku suka kamu" ucapku.
Dia terkejut. Terlihat dari pergerakan tangannya yang terhenti dari aktivitas menulisnya.
