Deburan angin pantai pagi ini menemani Siska yang sedang menatap pandangan kosong kepantai, ia masih sangat kesal dengan Arkan, Siska masih bingung dengan suaminya itu, hidup penuh dengan teka teki ini membuat kepala Siska pusing.
Siska merasakan sebuah selimut yang menutupi badannya, dia mendengak dan ternyata suaminya.
"pergi aku gamau liat kamu" usir Siska dengan membuang pandangannya.
Arkan jongkok dihadapan istrinya dan memegang kedua tangan Siska dan mengelus ngelusnya "kamu salah paham sayang, aku gak pernah sudi ngasih dia hadiah jika dia tak memaksa aku dengan rengekan yang membuat aku malu. Masalah kemarin aku juga minta maaf bahwa aku gak makan malem bersama mu, Aku sayang kamu selalu jadi jangan marah lagi sama aku ya, aku gamau banyak janji untukmu aku ingin ngebuktiin ke kamu bawa aku bisa menjadi suami yang kamu ingin" Arkan mengecup kedua tangan Siska dengan lembut.
Siska yang tadinya membuang wajahnya sekarang menatap Arkan dengan air mata yang sudah lolos mengalir di pipinya, Arkan langsung menghapus air mata Siska.
"jangan nangis sayang, aku gamau liat kamu nangis" lirih Arkan.
Siska langsung memeluk Arkan erat seolah olah tidak ingin kehilangan.
"kamu aku hukum!" ucap Siska dengan sedikit kesal.
"hukum saja aku sayang, aku pantas kamu hukum karna aku udah buat kamu menangis"
Siska melepas pelukannya dan menatap Arkan.
"hukumannya gendong aku ke kamar hotel"
Arkan tersenyum melihat istrinya "hanya itu?"
Siska menggeleng "ada lagi, dan kamu harus lewat tangga no lift"
Arkan menghembus nafas kasar mendengarnya, ingin membantah tapi takut, takut jika istrinya akan tambah parah marah kepadanya.
"oke"
Arkan langsung memutar tubuhnya dan Siska langsung menaiki punggung Arkan dan mengalungkan kedua tangannya di leher Arkan setelah itu Arkan langsung bangkit dan membawa istrinya kekamarnya yang berada di lantai 10.
Sampai di kamar Arkan langsung menuruni Siska bagaikan putri, Siska cekikikan melihat wajah suaminya yang berkeringat, dengan insiatif Siska mengelap keringat Arkan dengan selimut yang tadi dengan lembut.
"hari ini kita balik ke jakarta ya sayang, viola udah kangen sama kamu"
Siska mengangguk dan tersenyum.
"kapan viola menghubungimu? Sedangkan hape kamu saja sudah aku banting" tanya Siska.
"tadi dia menelfonmu dan mengatakan bahwa dia kangen dengan kaka iparnya yang cantik" ucap Arkan dengan menggoda Siska.
"aku akan siap siap, jam berapa kita berangkat?"
"jam berapa saja, kamu gak lupakan bahwa kita--"
"menaiki pesawat pribadi, itu kan yang akan kamu omongi aku tidak akan lupa" lanjut Siska dengan membereskan baju miliknya dan suami tercinta.
****
Sampai dijakarta Siska dan Arkan disambut dengan gadis kecil yang masih menggenakan seragam merah putihnya dan rambut yang selalu di ikat.
"MBA SISKA!!" teriaknya dengan lari kearah Siska dan Arkan.
Siska langsung jongkok dan memeluk gadis tersebut dan membawanya kedalam gendongannya.
"Viola ngapain jemput mba Siska?" tanya Siska dengan mencubit pipi Viola.
"aku kangen sama Mba Siska, Mas Arkan pelit gamau ngajak Mba kerumah katanya takut aku nakalin. Padahal kan Viola gak nakal" ngadunya dengan suara khasnya cempreng.
Arkan yang sebelah Siska hanya mengacak rambut Viola yang membuat pemilik rambutnya kesal.
"MAS ARKAN!" bentak Vio yang sudah mengembungkan kedua pipinya.
Siska hanya tersenyum melihat adek kaka dihadapannya, walaupun mereka adek kaka dengan satu ibu beda ayah ini membuat Siska menjadi senang melihatnya.
"udah jangn ladenin mas Arkan Vio kita pulang aja mba Siska capek" ucap Siska yang di setujui oleh Vio.
Viola Andrabella walaupun sudah memasuki sekolah dasar tetap saja sifat manja kepada abangnya tidak berubah malah bertambah semenjak Arkan menikah dengan Siska yang membuat Vio kadang kesepian di rumah dan tidak ada yang mengajak main. Viola anak pertama dari pernikahan mamah Mella dan ayah Rudy yang membuat Arkan mau tak mau menyanyangi seperti adeknya sendiri.
Semenjak kehadiran Viola juga keharmonisan keluarga Arkan sedikit demi sedikit hadir yang membuat Siska bahagia. Buah hati yang membuat kedua pihak keluarga menjadi akur, sedikit demi sedikit Arkan juga sudah menerima kaka tirinya.
Diperjalanan kerumah Mamah Mella Viola terus mengoceh hari pertama dirinya menginjak sd dan alasan mengapa dirinya bisa menjemput Arkan dan Siska membuat supir, Siska dan Arkan hanya menjadi pendengar setia.
"tadi non Vio juga yang maksa saya menjemput tuan Arkan dan Non Siska ke bandara" celetuk pak Aji supir pribadi Viola.
"oh jadi adeknya mas Arkan udah pinter maksa orang nih" ucap Arkan dengan mencubit pipi Vio hingga merah.
"ih pak Aji mah ngasih tau, gak Vio kasih permen coklat lagi nih" ancam Vio yang membuat satu mobil cekikikan.
Vio menatap Siska "Mba Siska tau gak masa kata mamah, Mba Siska sama Mas Arkan mau bikinin aku keponakan emang bener?"
Siska langsung menatap Arkan dan Arkan menatap Siska mereka saling tatapan.
"iya tapi nanti sabar ya" jawaban Arkan membuat Siska melotot tajam. Arkan hanya menyengir.
"yeeeey akhirnya aku bakalan punya temen main" ucapnya girang.
Siska hanya senyum dan mengelus rambut Vio.
Siska harus sudah siap mempunyai momongan apalagi melihat Arkan yang selalu berharap segera memiliki momongan dan penerus dari Revaldy Company membuat Siska tak tega jika menundanya, apalagi melihat teman teman smanya dulu sudah pada mempunyai anak semua membuat Siska iri.
***
Sampai di rumah mamah Mella, Vio langsung menarik tangan Siska dan Arkan masuk kedalam dengan senang.
"MAMAH VIOLA PULANG SAMA MAS ARKAN DAN SAMA MBA SISKA" teriak Vio sebelum mulutnya di bekep sama tangan Arkan.
"ini dirumah bukan di hutan Vio" tegor Arkan yang membuat Vio cemberut.
Mamah Mella dan ayah Rudy keluar dari kamarnya berbarengan, Siska senang melihat mertuanya akur seperti ini.
"anak mamah kenapa pulang sekolah gak langsung pulang?" tanya Mamah Mella lembut.
"dia jemput Arkan sama Siska kebandara mah" jawab Arkan sebelum Vio yang menjawabnya.
"jangan ulangi lagi ya sayang abang kamu sama mba Siska masih inget jalan pulang" ucap Rudy membuat Vio semakin cemberut.
"mukanya gak usah di melas melasin" ucap Arkan berjalan ke sofa setelah menyalimi kedua orangtuanya.
"ish mas Arkan mah makin nyebelin, mba Siska ko mau sih sama mas Arkan. Mba Siska di kasih pelet ya sama mas Arkan"
Siska, Mamah Mella dan Ayah Rudy hanya tertawa mendengar ucapan ngawur dari Vio.
"Vio sayang ganti seragamnya dulu sana" ucap mamah Mella yang di beri angguk oleh Vio.
Tangan Siska ditarik oleh mamah Mella agar mengikuti Rudy suaminya duduk di sofa yang sudah di duduki oleh Arkan.
"jadi gimana apa kalian sudah membuatkan kami cucu? " pertanyaan mamah Mella membuat Siska dan Arkan sama sama terkejut.
***
CUT...
Author Note :
Gimana kalian penasaran gak sama part ini? Kalau kalian penasaran jangan lupa di vote dan di comment biar aku semangat ngelanjutinnya hehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Perfect
RomanceSequel : Ada Cinta Di SMA Ini kisah Siska yang sudah menjadi istri Arkan CEO Muda di perusahaan sendiri yang di bangun sendiri dari awal hingga sukses. akankah rumah tangga mereka akan baik baik saja dan Bagaimana rumah tangga mereka? Penasaran baca...