Part 5

8 1 0
                                    

A/N :

Yaaa, aku tahu.. udah lama banget gak update. Jujur saja, aku sibuk banget sama sekolah dan sempat gak ada inspirasi buat ngelanjutin cerita ini. Buat cerita ini, mungkin bakal slow update karena beberapa alasan. Jadi ya... segitu saja, Selamat membaca!

Nathaniel benar-benar tidak menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya. Setelah keluar dari ruangan Ellie, dia langsung menuju ke depan pintu Amelia. Namun sepertinya, keberuntungan tidak memihak kepadanya saat itu. Beberapa kali bel dia tekan, tidak ada jawaban sama sekali.

Setelah usahanya yang kelima kali, Nathaniel memutuskan untuk berhenti. Tidak ada gunanya, pikir Nathaniel. Amelia sedang keluar.

Usahanya tidak berhenti sampai disana, dia mulai mencari Amelia di luar apartemen. Sudah terlalu banyak waktu yang dia buang, dia tidak akan menunggu sampai besok.

Tidak terlalu sulit sebenarnya menemukan Amelia. Mata Nathaniel dengan cepat menangkap sosok temannya yang sedang menikmati semangkuk besar es krim cokelat dia kedai es krim yang tidak jauh dari gedung apartemen mereka.

Amelia masih mengenakan sun dress yang ia pakai ke acara minum teh Ellie, dia sudah melepas gulungan rambutnya sehingga rambut hitamnya yang panjang terurai di punggungnya. Amelia terlihat jauh lebih muda dari umurnya sekarang. Nathaniel tidak bisa menyembunyikan senyumannya melihat ekspresi wajah Amelia setiap kali dia menyendokkan es krim ke mulutnya yang kecil.

Dengan sikap santai, ia berjalan menuju Amelia dan duduk di bangku kosong yang ada dihadapan gadis itu.

"Kau terlalu banyak makan cokelat, Melia. Lama-lama kamu bisa jadi gendut," canda Nathaniel.

Ekspresi wajah Amelia berubah 180 derajat melihat orang yang telah mengganggu hari Minggunya yang indah.

"Apa yang kau mau?" tanya Amelia dingin.

"Hanya ingin berbicara dengan teman lama, apa tidak boleh?" tanya Nathaniel santai.

"Aku rasa kita bukan lagi 'teman', kau sendiri yang mengatakannya kepadaku," Amelia kembali mengalihkan pandangannya ke es krim nya dengan tak acuh.

"Justru itu yang ingin aku bicarakan, Melia," Nathaniel terkekeh.

"Kalau kau mau meminta maaf lagi, kau sudah tahu jawabannya,"

Amelia mengamati Nathaniel. Ada sesuatu yang berbeda dengan 'teman'-nya ini. Wajahnya tidak lagi takut-takut atau malu-malu seperti pertama kali mereka bertemu di London. Matanya memancarkan sesuatu yang tidak bisa dikenali Amelia. Dia terlihat... Terlihat seperti Nathaniel yang dulu. Nathaniel yang menyenangkan, Nathanielnya sebelum dia berubah.

"Aku tidak ingin meminta maaf, aku ingin mengajukan penawaran,"

Amelia menatap Nathaniel heran, namun tidak mengatakan apa pun. Kesempatan ini diambil oleh Nathaniel untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Beri aku waktu 6 bulan untuk membuktikan bahwa aku bukan orang yang dulu lagi. Aku sudah kembali menjadi Nathaniel yang kau kenal di masa SMP,"

Amelia menatapnya dengan tatapan menantang.

"Dan kalau kau tidak bisa membuktikan itu?" tanya Amelia.

"Aku tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi. Aku hanya akan menjadi tetangga biasa bagimu. Namun, kalau aku berhasil, aku berhak menjadi temanmu lagi. Bagaimana?"

Amelia terdiam dan berpikir baik-baik. Sulit rasanya untuk berpikir secara rasional jika orang yang dipikirkan berada tepat di depanmu, memandangmu dengan serius.

Old Friend Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang