[―Akhir Bahagia yang Tak Diinginkan]
Selama ini, aku hanya mengenang semua kenanganku bersama Baekhyun melalui mimpi. Aku tak pernah memimpikan hal lain selain kenangan. Tapi kali ini, saat aku membenci Baekhyun atas sikapnya yang terus menerus mempermainkan perasaanku, aku memimpikan hal baru, kejadian yang belum pernah terjadi dalam hidupku.
Seorang anak laki-laki memanggilku ibu, berjanji untuk menjadi sumber kebahagiaanku dan menyuruhku untuk bersabar sebentar lagi. Apa maksudnya itu?
Juga, pria yang menggenggam hangat tanganku tanpa bisa kukenali wajahnya karena terhalang oleh seberkas cahaya, siapa dia?
Kedua mataku perlahan terbuka. Buram. Cahaya putih menyilaukan membuatku mengerjapkan mata sesaat hingga semuanya kembali dapat kulihat secara normal. Untuk kedua kalinya dalam bulan ini, aku mendapati diriku terbaring di sebuah ranjang rumah sakit. ‘Robot’ sepertiku akhirnya merasakan tumbang juga untuk kedua kali selama 7 tahun terakhir.
“Ji?”
Baekhyun yang terduduk di sebuah kursi di kiri ranjangku menatapku lega. Dia sendirian. Saat aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, tak kutemukan sosok Hyeran mendampinginya.
“JIEUN! JIEUN!” suara Kyungsoo seketika saja memenuhi ruanganku. Lelaki itu datang dengan raut penuh kekhawatiran. Wajar saja, aku berpamitan padanya dalam keadaan baik-baik saja siang tadi, dan malam ini, dia menemukanku terbaring lemah di rumah sakit.
“Kau baik-baik saja?!” tanya Kyungsoo. Dapat kudengar nafasnya yang masih memburu dan kulihat keringat bercucuran dari dahinya.
“Dia baik-baik saja. Dokter bilang, dia hanya terlalu kelelahan dan stres.” Jelas Baekhyun.
“Hanya?” Kyungsoo berdecih, menatap Baekhyun dengan kebencian yang jelas terpancar dari kedua bola matanya. ”Si brengsek ini benar-benar!” tangannya yang mengepal ia ayunkan ke wajah Baekhyun, memberi Baekhyun sebuah tinjuan kasar di pipi.
“HENTIKAN!” teriakku untuk mencegah perkelahian di antara mereka kian menjadi. Baekhyun yang tadinya akan melayangkan tinjuan balasan ke wajah Kyungsoo kemudian menghentikan gerak tangannya.
Aku bangkit dari posisi berbaringku, “KAU INI APA-APAAN SIH, DO KYUNGSOO?!”
“Aku sudah tahu siapa dia sebenarnya, Jieun! Kau tidak perlu menutup-nutupinya lagi dariku!”
Aku terdiam mendengar ucapan Kyungsoo. Sedetik kemudian aku baru menyadari bahwa keputusanku membiarkan Kyungsoo membersihkan seisi rumahku adalah sebuah kesalahan. Kyungsoo pasti menemukan satu-satunya fotoku dengan Baekhyun di masa lalu yang kupigurai dengan pigura berbentuk hati.
“KAU!” Kyungsoo mengacungkan tangannya secara horizontal ke arah Baekhyun. “KAULAH SATU-SATUNYA PENYEBAB DARI SEMUA INI! KALAU BUKAN KARENA DIRIMU, JIEUN TIDAK AKAN MENJADI ‘ROBOT’ YANG GILA KERJA HANYA UNTUK BERUSAHA MELUPAKAN KENANGANNYA BERSAMAMU! KALAU KAU TIDAK PERNAH MENINGGALKANNYA TANPA SEBUAH KEJELASAN, JIEUN TIDAK AKAN HIDUP MENYEDIHKAN SEPERTI INI!”
BUGH!
Kyungsoo benar. Aku begitu menyedihkan. Hidupku begitu menyedihkan setelah Baekhyun pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan salam perpisahan apapun. Dia bilang akulah satu-satunya gadis yang dia cintai, tapi seminggu kemudian dia pergi dan menghilang selama 7 tahun. Saat dia kembali, dia datang tanpa cinta untukku lagi karena cintanya sudah dia berikan untuk orang lain. Ya, untuk Hyeran.
[Minggu, 26 September 2010]
Setelah dua minggu lalu putra mendapat giliran bersih-bersih, siang ini giliran anak-anak putri yang tumpah ruah di halaman untuk bersih-bersih. Saat Taeyeon mengabsen namaku, aku mendapat tugas membersihkan halaman, tapi entah kenapa perintah itu seketika saja dia ubah setelah kulihat Hyeran membisikan sesuatu padanya. Akhirnya, aku mendapat jatah membersihkan seisi bangunan putri bersama Hyeran dan beberapa teman lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNDAY IN SEPTEMBER
FanfictionSegala hal berbau kenangan dan harapan, itu sudah tidak penting lagi. Hidup di dalam angan-angan yang indah hanya akan membuat kita terluka pada kenyataannya. Namaku masih Lee Jieun. Jika suatu saat nanti kau berniat mencariku, kumohon jangan datang...