❄ 01 (CEMAS) ❄

30 5 2
                                    

Aletha hanya duduk dengan pandangan kosong. Dirinya sama sekali tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi persamaan linear.

"Aletha!" Panggil bu Dian seraya memberikan sebuah buku cetak yang sudah ditentukan halamanya kepada aletha.

Aletha segera sadar dari lamunannya. Dan mentap bingung orang dihadapannya.

"Ibu lihat kamu melamun terus. Ini coba kerjakan soal nomor empat!" Perintah bu Dian.

Aletha berjalan malas ke arah papan tulis. Untung saja semalam dia sudah mempelajari materi itu, jadi mengerjakan soal yang di berikan bu Dian bukanlah perkara yang sulit.

Selesai menyelesaikan soal tersebut Aletha kembali ke tempat duduk nya. Dan melihat bu Dian yang sibuk mengkoreksi jawabanya.

❄❄❄

Bel jam istirahat baru saja terdengar dua menit yang lalu. Ketika murid yang lain bersemangat menuju kantin. Aletha tidak beranjak pergi. Dia hanya mengeluarkan novel yang baru dibelinya kemarin. Dan tidak lupa menyumpal kedua telinganya dengan headset putih kesayanganya.

"Lethaaa...." teriak seseorang yang berasal dari depan pintu.

Aletha mengarahkan pandanganya ke pemilik suara nyaring tersebut.

"Kenapa?" Tanyanya.

Sebelum memberitahu informasi yang akan diberikan. Shela berlari kecil menuju Aletha.

Aletha mengernyitkan dahinya. Melihat ekspresi teman sebangkunya sejak satu tahun yang lalu.

"Lo tau gak apa?" Tanya Shela sebelum dia memberikan informasi.

Aletha memutar kedua bola matanya malas. "Ya mana gue tau. Orang lo belum kasih tau gue"

Shela terkekeh lalu memberikan selembar surat berlogo sekolahnya.

Aletha mengambil surat itu dari tangan Shela dengan cepat.

"Lo mau ikut emang?" Tanya Aletha dengan penuh selidik.

Shela tersenyum penuh arti "harus. Karena gue akan ketemu cogan disana. Lo ikut ya?"

Aletha memejamkan matanya berusaha berunding antara otak dengan hatinya. Namun Aletha masih belum bisa menetapkan keputusan secepat itu. "Gak tau."

Shela menghela napasnya. "Let, gue tau ke tempat itu sama aja kaya lo ngelempar diri lo ke masa lalu. Tapi kalo lo kaya gini terus kapan mau Move on nya?"

"Iya nanti gue kabarin lagi. Ikut apa enggak ikutnya" jawab Aletha dengan malas.

Shela mengangguk-anggukan kepalanya. "Oke. Tapi jangan lama-lama, di gantung itu gak enak."

Aletha hanya menatap shela seakan-akan matanya berbicara 'gadanta' sementara yang ditatap hanya terkekeh pelan.

"Btw, lo kenapa si Let? Dari tadi bengong terus. Nanti kesurupan setan susi aja baru tau rasa lo"

Aletha melotot dan menyentil dahi Shela tidak terlalu kencang yang menyebabkan shela mengaduh kesakitan.

Aletha akan menjadi orang yang sangat parno jika ada yang menyebut nama 'susi' tubuhnya bisa-bisa mendadak merinding mendengar nama itu. Usut punya usut susi adalah salah satu murid yang bunuh diri di kelas ini karena dirinya adalah korban pembullyan.

"Jangan ngomong sembarangan!"

Shela menutup mulutnya dengan rasa bersalah "maaf. Ya lagian lo kenapa dah bengong mulu dari tadi?" Tanya Shela lagi dengan pertanyaan yang sama.

Aletha mendesah pelan lalu mengambil buku absensi yang ada di meja guru dan mencari nama yang sedari tadi memenuhi otaknya. Aletha menunjuk nama itu dengan pulpen miliknya.

SnowflakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang