02 - Kesialan

42 7 2
                                    

Aphrodite terus melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Perempuan itu berkali-kali berusaha mengontrol tubuhnya agar tetap tenang. Langkah kakinya menyusuri koridor lantai dua, lalu turun dari tangga dan belok ke arah taman belakang sekolah. Kemudian Aphrodite melanjutkan langkahnya ke tangga menuju rooftop. Aphrodite mempercepat langkahnya meuju rooftop, ia sudah tidak sanggup menahan sesuatu di dalam tubuhnya.

Aphrodite menghela nafas lega ketika sudah sampai di tempat tujuannya. Lalu ia duduk di kursi kayu yang memang tersedia di sudut rooftop. Dengan cepat ia mengeluarkan botol ukuran kecil dari kantung depan hoodie-nya, kemudia ia membuka tutup botol kecil itu serta mengambil isi dari botol itu dan dengan segera ia masukan ke dalam mulutnya.

Perempuan itu memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus membelai halus wajahnya dengan nafas yang masih memburu. Sesuatu dalam tubuhnya berangsur mereda.

"Ekhhm." Aphrodite yang mendengar suara deheman tersebut segera membuka matanya. Ia mendapatkan sosok Dentang yang kini sudah berdiri menjulang di depannya. Entah sejak kapan laki-laki ini sudah ada di depannya, Aphrodite berharap bahwa Dentang tidak melihat apa yang baru saja ia lakukan.

Dentang Sanggana, laki-laki berperawakan tinggi, memiliki alis tebal seperti ulat bulu, memiliki rahang yang tegas, tidak banyak tingkah, kaku, bermulut pedas dan jutek. Dentang termasuk golongan murid cerdas di SMA Cakrawala dan dia merupakan ketua kelas XII IPA 2.

Aphrodite menatap Dentang datar, tanpa berniat untuk memberi respon apapun. Untuk sesaat keadaan hening, baik Aphrodite maupun Dentang tidak ada yang mengeluarkan suara.

Dentang menatap lurus ke arah Aphrodite kemudian ia menghela nafas jengah. "Masuk kelas, bel udah bunyi."

Aphrodite masih setia menatap Dentang, hingga tidak lama kemudia ia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja melewati Dentang. Baru beberapa langkah ia berjalan, Aphrodite kembali terjungkal kedepan.

"Anjing!" Umpat Aphrodite seraya menatap murka ke arah Dentang.

"Makannya iket tuh tali sepatu kalo gak mau keinjek sama orang lain." Jawab Dentang dengan wajah datarnya.

Aphrodite bangkit, "Bukan urusan lo." Lalu perempuan itu melanjutkan langkahnya tanpa menggubris perkataan Dentang.

"Ck, keras kepala." Dentang kembali melanjutkan langkahnya menyusul Aphrodite.

*****

Bel masuk sudah terdengar sejak 17 menit yang lalu, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda guru yang akan masuk ke dalam kelas XII IPA 2. Suasana kelas kini sudah berubah seperti pasar tradisional, ramai dan berisik.

Aphrodite meletakan kepalanya di atas meja serta memejamkan mata. Sedangkan kupingnya sudah kembali disumbat dengan headset.

Drrrt drrt

Perempuan itu mengangkat kepalanya dan merogoh kantung hoodie-nya. Ia dengan segera membuka telephone genggamnya. Aphrodite berdecak malas ketika melihat nama seseorang yang baru saja memberinya sebuah pesan di Line.

Naura
Ada kejutan buat lo:))

Aphrodite
Apaan?

Naura
Tunggu aja, sedang dalam perjalanan.

Aphrodite tidak membalas pesan tersebut, ia mengerutkan keningnya lalu mengedikan bahunya acuh. Tak lama kemudian suasana kelas yang tadinya ramai mendadak hening.

"Asslammualaikum, selamat pagi anak-anak." Sapa Bu Heni atau lebih tepatnya wali kelas XII IPA 2, seraya tersenyum.

"Waalaikumsalam bu." Dengan serentak siswa-siswi kelas XII IPA 2 menjawab.

"Langsung saja, ada yang ingin ibu sampaikan kepada kalian semua. Bahwa hari ini kita mendapat teman baru." Seperkian detik kemudian, suasana kelas kembali mulai ricuh dan bising.

"Anak-anak tenang sebentar." Bu Heni memukul pelan papan tulis menggunakan hapusan.

"Cewe apa cowo bu, anak barunya?" Seru Taruna, si biang onar kelas. "Cewe ajalah bu, biar bisa cuci mata. Anak cewe kelas sini gak ada yang nyegerin." Lelaki itu terkekeh.

"Otak lo tuh ya Tar, gak pernah bener." Saut Intan.

Bu Heni hanya tersenyum tipis. Kemudian ia menoleh ke arah pintu, "Sini nak, masuk."

Keadaan kelas pun makin ricuh, ada yang bersuil, bersorak gembira, bertanya-tanya siapakah yang akan menjadi anak baru di kelas mereka dan ada yang tidak perduli. Ya, salah satunya yang lain dan tidak bukan adalah Aphrodite. Sedari tadi, perempuan itu hanya menopang dagunya malas sambil menyoret-nyoret sesuatu di bukunya.

"Yuk, langsung saja, perkenalkan nama kamu." Lanjut Bu Heni yang masih berdiri di depan kelas bersama anak baru itu.

"Pagi semuanyaa." Sapa anak itu dengan ceria yang disambut meriah oleh anak-anak kelas.

"Perkenalkan, nama saya Naura Asy. Saya pindahan dari Bogor, semoga kita bisa jadi teman yang baik ya." Aphrodite langsung menghentikan tangannya yang sedang berkutik di atas buku dan mengalihkan tatapannya ke arah depan, lebih tepatnya ke arah anak baru itu.

Ternyata yang ditatapnya sudah dari memusatkan perhatiannya terhadap Aphrodite, perempuan itu semakin tersenyum lebar ketika pandangannya bertemu dengan Aphrodite. Sedangkan Aphrodite tidak hentinya mentap tajam ke arah perempuan yang sedang berdiri di depan kelasnya.

Bu Heni kembali mengintrupsi, "Baik anak-anak, sekarang coba dibantu teman barunya agar bisa beradaptasi ya."

"Siap 86 bu!" Taruna berseru dengan semangat. "Naura duduk sama saya aja ya bu. biar lebih gampang beradaptasinya" Lanjutnya.

"Lah terus gua gimana kampret?" Protes Agil, teman sebangku Taruna.

"Modus mulu lo Tar, najis." Intan kembali mengomentari Taruna.

Taruna mengeluarkan senyum manisnya, "Agil bacot, kamu minggat aja sana. Sama Dentang kek atau gak sama Aphrodite. Aku itu udah eneg duduk sama kamu."

Agil menoyor kepala Taruna, "Lo aja sana, setan."

"Modus terus ya kamu Taruna. Gak usah macem-macem, kamu udah ada teman sebangku. Lagi pula, di kelas sini masih ada dua bangku kosong kok." Bu Heni menatap ke arah Naura, "Ya Naura, silakan duduk, kamu duduk sama Aphrodite ya." Lanjut Bu Heni diiringi senyum tipis.

Aphrodite, perempuan itu melayangkan tatapan protes ke wali kelasya dan hanya dibalas dengan seyuman simpul. Berbeda dengan Naura yang sudah memasang senyum sumrigahnya serta tatapan berbinar. Aphrodite tahu, bahwa tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain mengumpat dalam hati.

Naura langsung berjalan menuju ke sudut ruangan, dimana letak tempat duduk Aphrodite. Perempuan itu segera menggeser tempat duduknya, ke arah pojok dekat tembok.

"Hai, apa kabar?" Naura masih memasang senyumnya sedangkan Aphrodite hanya mengehla nafas kasar. Aphrodite tau, bahwa semuanya, mulai hari ini, menit ini, detik ini, kehidupan di masa SMAnya tidak akan pernah sama lagi.

----

Saya lebih menghargai orang yang mengkritik tulisan saya daripada orang yang hanya berkomentar "Next kak."

Jadi, tolong beri pendapat maupun kritiknya mengenai tulisan saya.
Karena saya masih awam perihal tulis menulis, terima kasih.

My Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang