01 - Penasaran

84 11 5
                                    

Sudah menjadi kebiasaan Aphrodite, datang ke sekolah pada pukul enam lewat. Tentunya dengan si merah, sepeda fixie kesayangannya. Tak lupa juga dengan hoodie abu-abu yang selalu melekat pada tubuhnya. Pagi ini SMA Cakrawala masih sepi hanya terdapat beberapa siswa rajin atau yang terpaksa datang pagi karena harus melakukan piket. Tempat parkir pun belum padat hanya ada beberapa kendaraan, baik punya guru maupun para murid yang sudah terparkir rapih di tempatnya.

Aphrodite memberhentikan sepedanya di samping pos satpam “Pak, biasa.” Datar, tanpa ekspresi begitulah Aphrodite.

“Eh, neng Dit. Iya neng tenang aja si merah bakal bapak jagain.” jawab mang Kodir.  Satpam SMA Cakrawala yang sudah berumur setengah abad, seraya tersenyum.

Aphrodite mengeluarkan satu kotak bekal dari dalam tasnya lalu meletakan kotak makan tersebut di meja pos satpam. Kemudian ia berlalu begitu saja.

“Makasih neng!!” teriak mang Kodir dengan senyum merkahnya.

Aphrodite hanya membalas dengan ancungan jempol tanpa berniat membalikan badannya. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi siswa yang berada di dekat tangga. Gadis itu berjalan melewati lapangan dan koridor lantai satu yang masih sepi, hawa pagi hari masih terasa hingga menembus hoodie yang ia kenakan serta daun yang ikut merasakan belaian lembut udara di pagi hari.

Gadis itu berjalan dengan santai dan masih dengan earphone abu-abu yang tersumpal di kupingnya. Sesekali ia menarik nafas lalu kembali menghembuskannya. Aphrodite sangat menyukai aroma pagi hari, terasa sejuk dan menenangkan.

Sesampainya di tempat tujuannya, ia langsung bergegas mengganti celana panjang yang ia kenakan dengan rok sekolahnya. Aphrodite memang selalu memakai celana ketika mengendarai si merah. Sangat merepotkan bila ia harus memakai rok ketika bersepeda, begitu pikirnya.

Setelah semuanya selesai Aphrodite kembali melangkahkan kakinya menuju lantai dua, keadaan koridor di lantai dua sama seperti keadaan di lantai satu. Hanya terdapat beberapa siswa-siswi saja. Pandangan yang semula mengamati lingkungan sekolahnya berubah ke arah sepatu yang ia kenakan serta membenarkan kembali kupluk hoodienya yang sempat terjatuh teriup angin.

Kini ia sudah berada di depan ruangan kelasnya yang berada di sudut koridor. Aphrodite mengedarkan pandangganya ke dalam kelasnya, XII IPA 2.

Sepi, itulah kedaan kelasnya. Hanya ada beberapa tas yang entah kemana para pemiliknnya. Ia kembali melangkah menuju bangkunya yang berada di pojok ruangan kelasnya. Aphrodite terdiam ketika melihat sesuatu di atas mejanya.

Aphrodite mengambil benda tersebut dan menghela nafas kasar, lagi, pikirnya. Gadis itu melempar tasnya ke tempat duduknya lalu duduk di bangku itu.

Aphrodite mengamati seksama benda yang ada di tangannya, “Kurang kerjaan.” Lalu menyimpan benda tersebut di dalam tasnya. Gadis itu bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar kelas menuju rooftop.

Brughh

Namun baru beberapa langkah gadis itu tersungkur ke belakang dan berakhir di lantai. Aphrodite mendongakkan kepala melihat siapa pelaku yang menabraknya. Aphrodite hanya menghela nafas jengah, lalu bangun dari lantai. Terdapat dua orang laki-laki yang kini berhadapan dengannya. Mereka adalah Sadewa Pangestu dan Reno Prayoga, mereka salah satu laki-laki most wanted di SMA Cakrawala.

Ada dua kubu laki-laki yang sangat digemari para perempuan di SMA Cakrawla ini. Pertama kubu si ketua ekstrakulikuler Taekwondo yaitu Dentang Sanggana sekaligus Ketua Osis dan yang kedua tentu saja kubu Sadewa si Kapten Basket SMA Cakrawala.

“Hehe, maaf ya Dit, gak sengaja. Abis si Dewa ngejar-ngejar gua mulu.” Reno menggaruk ujung keningnya yang sama sekali tidak gatal sambil tersenyum bodoh.

“Kalau lo gak kurang ajar, gua gak bakal ngejar-ngejar lo.” Sadewa memukul pelan kepala belakang Reno. 

“Lo nya aja yang lebay, padahal gua cuma ngeledek foto lo sama Ica yang di share anak-anak di group.” Reno tersenyum menggoda ke Sadewa.

“Tolol.” Umpat Aphrodite dengan nada yang terbilang pelan, tetapi masih bisa terdengar oleh ke dua cowo itu. Gadis itu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke tempat tujuannya. Namun sebelum Aphrodite melangkah lebih jauh, lengannya ditarik dari belakang oleh seseorang.

Dengan cepat Aphrodite menepis kasar tangan yang berani menarik lengannya “Bangsat!” maki Aphrodite dengan tatapan tajamnya. Gadis itu mundur beberapa langkah memberi jarak antara ia dan kedua cowo itu. Lalu ia kembali melangkah menuju rooftop dengan langkah tergesa-gesa.

Reno meringis disertai wajah yang mendramatis, “Aw, sakit tangan aku. Mas Dew, tiupin tangan Leno dong.”

Sadewa tidak menggubris perkataan Reno, cowok itu masih menatap punggung Aphrodite yang sudah menghilang di tikungan koridor.

“Dia kenapa?” tanya Sadewa pada Reno dengan alis yang bertautan.

Reno mengangkat bahu acuh, “Kata anak-anak sih dia paling gak suka kalau ada orang yang nyentuh dia.”

“Sama cowok doang?” tanya Sadewa.

Reno kembali mengangkat bahunya acuh, “Gak tau, aneh tuh orang. Kalau ke sentuh dikit reaksinya bakal berlebihan, contohnya kayak tadi.”

Sadewa semakin mengernyitkan alisnya. “Kenapa?”

“Mane gua tau, mendingan gak usah ngurusin cewek aneh kayak dia deh.” Jawab Reno degan logat Betawi-nya, “Yaudah, bro gua duluan.” Lanjut Reno serta menepuk dua kali pundak Sadewa.

Sadewa dan Reno memang beda kelas, kelas Reno di XII IPA 2, lebih tepatnya ia satu kelas dengan Aphrodite. Dan kelas Sadewa di XII IPA 1, samping kelas Reno.

Sadewa hanya membalas dengan anggukan lalu cowok itu kembali berjalan menuju ke dalam kelasnya. Selama perjalanan menuju tempat duduknya, Sadewa tak henti-hentinya berfikir tentang gadis yang baru ia temui, Aphrodite. Sadewa berfikir padahal mereka satu sekolah bahkan kelas mereka bersebelahan. Namun, mengapa dirinya baru bertemu dengan gadis itu dan juga ia dibuat penasaran dengan sikap gadis itu yang terkesan misterius.

Sadewa tersenyum miring, “Aphrodite, gua penasaran sama lo.”

----

Saya lebih menghargai orang yang mengkritik tulisan saya daripada orang yang hanya berkomentar "Next kak."

Jadi, tolong beri pendapat maupun kritiknya mengenai tulisan saya.
Karena saya masih awam perihal tulis menulis, terima kasih.

My Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang