LOVE AFTER THE RAIN
Kerlap-kerlip lampu taman , serta tangisan langit malam mengiringi kesedihan hati seorang gadis. Gadis itu duduk menatap tanah yang basah, seperti matanya yang kini basah kuyup. Bukan karena hujan, namun arimatanya yang terus menerus mengalir bersamaan turunnya hujan.
Gadis bernama gina itu terus saja menangisSejak kejadian dua jam yang lalu. Dimana kekasihnya memutuskan pergi begitu saja, meninggalkannya sendiri, setelah tau ia hamil. Kesedihannya memuncak mengingat kenyataan dimana ia mengandung diluar nikah. Apa yang akan ia katakan pada kedua orang tuanya nanti, sanggupkah ia melahirkan anaknya itu tanpa ayah?.
Deretan bayangan akan kenyataan yang akan dia hadapi nantinya semakin menyiksa gina.
"na." panggil seseorang bersuara berat yang kini berada disampingnya. Gina mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, ia menatap pria pemilik suara berat tersebut. Pri dengan tubuh tinggi itu tampak lelah dan sedih dengan payung ditangannya. Payung itu dipegangnya untuk melindungi gina dari dinginnya hujan malam. Meski itu artinya sebagian dari tubuhnya harus basah karena hujan. Ya, sedari tadi gina tidak kehujanan, dari tadi arga setia memayungi gadis itu tanpa lelah.
"udah yuk, pulang udah malem" arga mengusap wajah sembab gina. Dia menghapus airmata gina yang tak hentinya turun membasahi pipi mulusnya.
Gina masih tak bergeming, isakannya masih terdengar diantara rintikan hujan yang menumpah ke bumi.
"mau sampe kapan kamu kayak gini? Dia udah mutusin buat pergi, dan kamu gak perlu nangisin pecundang kayak dia. Ucapan arga serasa menusuk pikiran gina.
"ga" panggil raina menatap wajah arga dengan tatapan sembbnya. Kini mereka berada didalam mobil arga, setelah dua jam lebih menghabiskan waktu di taman.
"kenapa?" arga menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan sebelum menjawab gina.
Arga menatap gadis disampingnya itu. Gadis bermata coklat yang merupakan sahabatnya sekaligus cinta pertamanya sampai sekarang. Arga ingin sekali memeluk gadis yang dicintainya itu, tapi ia takut akan membuat gina risih. Dan kenyataan bahwa gina mencintai pria lain dan bahkan mengandung anaknya, membuat hati arga sakit.
"gue takut ga, gue hiks." Lagi, gina menangis seraya menunduk. Arga memberanikan diri merengkuh tubuh gina yang mulai bergetar menahan tangis.
"ssstt.. tenang, ada aku. Jika kamu mau, aku siap buat tanggung jawab atas anak yang kamu kandung" dina melepaskan pelukan arga, ditatapnya mata arga
"ma-maksud lo apa ga?"
"aku mau kamu jadi istri aku, jadi orang tua anak kamu kelak"
~~~~
"kamu yakin ga?" tanya ayah gina ke arga. Saat ini arga, gina beserta kedua orangtua gina berada di ruang keluarga rumah gina."iya ga, kamu yakin?" ibu raina ikut bertanya
"iya om, tan. Saya yakin. sangat yakin"
"baiklah kami kembalikan ke gina, gimana na?" gina tersentak , jujur sja dia tak terlalu memperhatikan dan mendengarkanpembicaraan antara orangtuanya dan arga. Ia masih bingung, antara senang dan juga merasa bersalah. Senang karena kenyataan nanti anaknya akan terlahir dengan adanya ayah. Dan rasa bersalah karena telah menarik arga kedalam masalahnya.
Dengan ragu gina mengangguk lalu menatap arga yang tampak tenang dan serius.
"baiklah, kami setuju, iya kan ma?"
"iya" arga tersenyum ramah, meski dengan kenyataan yang menyakitkan arga tetap senang bisa menikahi gina.
"baik om, besok ayah dan bunda bakal kemari buat lamaran secara resmi"~~~
"saya terima nikah dan kawinnya ardianita gina binti rama al rasyid dengan mas kawin tersebut dan seperangkat alat sholat dibayar tunai" suara lantang dan berat arga menggema dengan satu tarikan nafas.