Title : Rama
Genre : Romance, comedy
Author : Bhara RifalPs : sequel dari cerpen sebelumnya 'Rana'
*****BRUK!
"Rama!!"
Teriakan itulah yang terakhir didengarnya sebelum semuanya ditelan oleh kegelapan. Semuanya gelap.
'Apa aku mati?'
Tak lama orang di sekitar sana beserta gadis yang meneriakinya pun menghampiri tubuhnya. Teriakan orang- orang untuk segera menghentikan kendaraan yang lewat untuk menolongnya menggema. Hingga tubuhnya dinaikkan ke sebuah taksi untuk menuju ke rumah sakit terdekat.
5 Tahun kemudian...
Setelah kejadian itu, Rama dinyatakan koma selama sebulan. Orangtua Rama sempat pasrah jika Rama sudah tak lagi bisa kembali, namun saat itu juga Rama akhirnya sadar. Dan besoknya ia diterbangkan ke London atas keinginannya sendiri. Rama tak ingin Rana tau, jadi ia meminta orangtuanya untuk berbohong bahwa ia telah mati.
Awalnya berat bagi mereka untuk menerima permintaan Rama. Tapi pada akhirnya mereka setuju, meski agak berat harus berpisah dengan anak semata wayang mereka.
Apa boleh buat...
Kini 5 tahun telah berlalu, Rama sudah kembali pulih sejak 3 tahun lalu, karena banyaknya tulang yang remuk dan juga ada gangguan di sarafnya, makanya penyembuhannya cukup memakan waktu. Di London Rama tinggal bersama neneknya yang merupakan sepupu dari nenek kandungnya, tapi setahun lalu beliau telah meninggal. Cukup sulit bagi Rama kehilangan orang yang selama 4 tahun merawatnya itu.
Jujur saja, selama di London Rama masih kepikiran dengan sahabat kecilnya, Rana. Mulai dari apa kabarnya, apa dia bahagia, sampai apa dia masih ingat Rama atau tidak.
"Kak?"
Rama tersentak. Rasanya seperti ia tertarik dari lamunan nostalgianya ke dunia nyata. Tampak di matanya seorang gadis yang kira-kira lebih muda 2 tahunan darinya. Gadis itu tersenyum sambil melambaikan tangannya di depan wajah Rama.
Rama tersenyum
"Kakak gak papa?" Ucapnya lagi. Matanya menyipit, hidungnya agak mengembung dan itu membuat Rama menahan tawanya.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Itu semakin membuat Rama susah payah menahan tawa. Hingga akhirnya tawanya lepas.
"Kamu tuh lucu deh, muka jelek gitu dipelihara," ejek Rama sambil menetralkan tawanya.
Gadis itu, Sinta. Sinta adalah sekretaris pribadi Rama. Dua tahun lalu Rama memimpin perusahaan ayahnya cabang London, dan kebetulan saat itu sinta yang tengah mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai hidupnya yang saat itu mendapat beasiswa di universitas terkenal di London. Tanpa butuh waktu lama Rama langsung mengangkatnya sebagai sekretaris. Alasannya simpel, karena ia orang Indonesia.
Jangan heran jika Sinta memanggil Rama dengan embel-embel 'kak' bukannya pak atau semacamnya. Itu kemauan Rama, ia tidak ingin dipanggil bapak atau boss, terdengar tua. Awalnya Sinta agak canggung, tapi lama kelamaan ia akhirnya terbiasa.
"Kakak ngeselin."
"Tapi tampan kan?"
"Iya sih,"
"Dan kamu jelek?"
"Ishh gak juga kok, cuma kurang cantik aja." Rama akhirnya kembali tertawa. Sinta memang polos dan apa adanya. Kadang Rama heran sendiri dengan Sinta. Udah jomblo, dia juga terlalu gamblang orangnya.
"Udah ahh.. kakak ada meeting bentar lagi, jadi siap-siap sana!" See... gadis itu memang bisa aja ngeles.
Rama berhenti tertawa, "iya, siapkan berkasnya."