Pos kamling dekat kampus, pukul 21.03
"Setelah kematian ibunya, kakak dirawat oleh ayah," ujar Zevita sembari memandangi langit-langit pos. Ayah yang dimaksudnya adalah Fadhil. "Ayah tidak pernah lagi mencintai wanita setelah itu. Beliau mengadopsiku dan Kak Ricki dari panti asuhan di kota itu atas permintaan Kak Zuan. Kami tinggal di Balikpapan sampai Kak Zuan lulus SMA. Setelahya, kami kembali ke sini dan melanjutkan sekolah kami kecuali ayah. Ayah menetap di kota itu untuk urusan bisnis,"
"Drama keluarga yang mengharukan," komentar Naura dengan sudut mata berair. "Menyedihkan... Huwaaa!!"
Zevita garuk-garuk bingung. Beberapa pasang mata dari warung memerhatikan mereka dengan pandangan aneh.
Duh, mati aku!
Zevita merasa bercerita pada orang yang salah. Dirinya baru ingat kalau Naura punya cara menangis yang konyol layaknya anak kecil dan tidak bisa didiamkan kecuali oleh orang-orang tertentu. Zevita memegangi kepalanya seperti habis tertimpa beban berton-ton. Pusing.
Dari kejauhan, dua orang pemuda berjalan cepat ke arah pos. salah satunya membawa sepucuk surat dan memakai ransel. Yang satunya tampak seperti anak SMA.
"Loh, loh, ada apa lagi ini?" Tanya Zuan ketika sudah berada di pos itu. Ricki menahan tawa mendengar tangisan Naura yang khas.
"Mas!" Teriak seseorang dari warung kopi. "Mbaknya itu tolong disuruh diam, ya. Berisik sekali!"
"Ibu Zuan... Kisah yang mengharukan.... Uwwaaaa..." rengek Naura.
Ricki da Zuan saling pandang sebentar. Beberapa detik setelahnya, mereka menatap tajam Zevita seakan-akan berkata 'pasti gara-gara kamu!'
"Ya maap deh..." Zevita menunduk malu.
****
Perjuangan Zuan tidak sia-sia. Dia merampas cokelat yang dibawa Ricki dan memberikannya pada Naura demi menghentikan tangis gadis itu. Mempan memang, buktinya saat ini Naura sibuk menikmati cokelatnya tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Sedangkan Ricki melihat Naura dengan perasaan dendam yang meluap-luap. Dia tidak berani merebut cokelatnya kembali sebab takut kepada Zuan. Pemuda itu cuma bisa menggerutu dalam hati: Coklatku, awas kau nanti!
"Aku dapat surat," kata Zuan sambil menunjukkan amplop itu pada Zevita.
"Surat apa, kak?"
"Entahlah," Zuan merobek amplop pelan-pelan. Ia membuka surat itu di depan kedua adiknya dan Naura. Namun Naura tidak peduli sama sekali, dan Ricki masih terus melihat Naura tanpa berkedip.
"Salam silaturrahmi, bla bla bla... Emm, ah, ini dia.... Kami mengundang tuan dan nyonya untuk mengikuti tur perkumpulan para detektif. Kami akan menjemput ke rumah masing-masing peserta saat malaikat berdarah membuka topengnya, jika peserta mengirimkan SMS persetujuan pada nomor telepon yang ada di bawah surat ini. Tertanda, Strain. NB: Boleh membawa dua anggota keluarga yang lain"
"Hah?" Zevita melongo. "Surat yang aneh," Ia mengambil surat di tangan Zuan.
"Tentu saja. Namanya juga surat yang ditujukan untuk para detektif. Pasti pakai teka-teki semacam itu. Supaya nantinya hanya detektif-detektif handal saja yang bisa ikut tur,"
"Lalu, ini artinya apa?"
"Malaikat berdarah dalam bahasa inggris adalah Blood Angel, judul film yang akan ditayangkan di bioskop tanggal 22 September nanti. Yang dimaksud membuka topengnya adalah..."
" Tayangan pertama kali, pukul 11.30 siang!" Potong Zevita bangga. "Benar, kan, kak? Ah, ternyata ini teka-teki yang mudah,"
"Iyelah," ucap Zuan malas. Dia tidak suka jika penjelasanya diserobot seperti itu.
"Tapi, di mana nomor teleponnya?"
Zevita membolak-balik lembaran itu. Ia tidak menemukan nomor telepon yang bisa dihubungi di mana pun.
"Thermal paper..." Celetuk Zuan santai.
Zevita segera paham apa yang dimaksud Zuan. Gadis itu meletakkan kertas itu di atas lantai kayu. Dengan kukunya, dia menggosok bagian bawah surat yang kosong dengan cepat. Hasil gosokan tadi terlihat seperti area hitam berkat panas dari kukunya. Ada bagian putih yang tidak ikut berubah warna dan membentuk rangkaian angka yang mudah dibaca.
088198319xxx
"Apa kakak tertarik dengan undangan ini?" Tanya Zevita yang tetap melihat kertas itu.
"Ambil saja tiket masuknya, aku tidak tertarik," kata Zuan santai.
BUDURAN, 28 SEPTEMBER 2017
LIKE MOTHER LIKE SON
--TAMAT--

YOU ARE READING
2. Like Mother Like Son
Ficción GeneralKasih ibu sepanjang masa, semua orang tahu. Tapi siapa sangka di balik kehidupan Zuan yang menyebalkan, dia juga memiliki kisah cinta masa lalu yang mengharukan bersama ibunya?