[4]

1.8K 100 5
                                    

"Cinta jangan cuma di mulut doang, hati jugalah."


Cling.

+82358689885 : Nanti pulang bareng gue, gue tunggu di parkiran ya, Alea.

What? siapa? dapet nomer gue dari siapa?—batin Alea.

Alea : ini siapa? gue gak kenal.

+82358689885 is calling you..

Alea mengeryitkan dahinya. Membuka sedikit mulutnya, "Maunya apa sih, tadi SMS sekarang telepon." Alea menggeser tombol hijau itu.

"Halo," ucap seseorang disebrang sana,

"Assalamualaikum, ini siapa?" tanya Alea.

Cowok disana hanya tertawa menutupi malunya, "WaalaikumSalam, gue Rama." katanya, "save nomer gue, nanti gue tunggu diparkiran."

"Tap—"

Tut..Tut..Tut..

Alea berdecik sebal, ia belum selesai bicara udah dimatikan teleponnya satu pihak.

🌙 Stalker🌙

Bel pulang sekolah sudah berlonceng 5 menit yang lalu, Alea segera merapihkan bukunya. Kelas XI IPS 4 sudah bubar sejak tadi, hanya Alea saja sengaja berlama-lama merapihkan bukunya. Alea menutup tasnya dan menggendong kepunggungnya.

Melangkahkan kaki menuju lantai 1, koridor kelas XI memang sudah sepi. Ia menengok ke kanan-kiri, berhati-hati agar tidak bertemu dengan Rama. Pacar barunya itu. Sekaligus pacar pertama, seumur hidup.

Akhirnya Alea merasa aman, ia melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Ia tidak ingat, kalau Rama menunggunya di parkiran. Gerbang dengan parkiran jaraknya hanya bersebelahan. Bodohnya Alea, ia tidak ingat.

"Alea!" teriak, cowok dengan suara baritonnya.

Alea menengok begitu saja, tidak mengingat kalau Rama menunggunya di parkiran.

Rama melambaikan tangannya kearah Alea sambil tersenyum. Dengan kaget Alea menghadap kembali kedepan, dengan pikiran seribu pertanyaan.

Oiya, Rama nunggu gue diparkiran. Aduh, padahalkan gue pengen ngejauhin diabatin Alea.

Alea menggigit bibir bawahnya. Melangkahkan kaki agak cepat untuk keluar dari parkiran sekolah.


Rama mengernyit, dan langsung memakai helmnya. Lalu mengejar Alea yang dikit lagi sampai di halte sekolah.

"Alea!" teriaknya lagi, dibalik helm.

Sekumpulan siswa-siswi yang menunggu angkutan umum tujuan mereka pun ikut menengok kearah asal suara.

Alea tidak ada niatan untuk menoleh kearah Rama. Memang Rama penjahat? Harus di hindari?

Rama mengegas motornya lagi, menghampiri Alea. "Alea, gue ngerasa jadi preman. Yang harus lo jauhin."

Alea langsung menjawabnya, "Emang." jedanya tanpa menoleh ke Rama. "Emang lo preman. Tiba-tiba ngomong, kalo sekarang kita pacaran!" ketus Alea, dengan memlirik tatapan sinis.

"Tanpa, gue jawab iya. Lo langsung pergi gitu aja. Gue gak mau, dan gak akan mau. Inget itu!"

"Oh gitu, jadi lo gak mau dipacarin cowok terkeren se-satu sekolah ini." serunya sok bertampang cool.

"Astagfirullah, nauzubillah. Selera gue tinggi kali, gak kayak lo. Numpang tenar, sana-sini. Tampang preman lagi, apalagi suka bikin onar." Alea kembali menyerocos. Bola matanya memutar dengan malas.

"Eh, enak aja numpang tenar. Kalo bener gue tenar gimana?"

"Hayo, gimana?" goda Rama. Memberi senyum jahil.

"Ih! Jijik, gue."

"Sama pacar lo sendiri. Pake jijik, segala." desis Rama.

"Siapa bilang pacar? Emang gue nyetujuin? Nggak kan?" Alea memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Gue yang bilang. Kenapa? Gue sekarang cowok lo, loh."

Alea melotot tidak terima. "GUE NGGAK MAU!" teriaknya dan berbalik badan, berjalan cepat diatas trotoar.

"Yeh, lo malah kabur. Kocak." Rama mengegas motornya mengejar Alea.

"Hei, Alea! Stop! Mau pulang bareng aja, kayak ngajakin lo ke penghulu." ucap Rama, samar-samar dibalik helm.

Alea melotot kembali, "Please. Gue mau pulang, lo jangan ikutin gue. Gue jijik sama kata-kata lo yang lebay itu!"

"Kalo pacar lo lebay. Lo apa, dong?" goda Rama lagi.

Alea menghela napas bersabar.

Sabar, Alea. Ini ujian. Bismillah aja. ujarnya dalam hati.

"Rama Abizar Purnama." panggil Alea dengan nama lengkap.

"Iya?" balas Rama memberi senyum.

"Gue gak mau, dan gak akan pernah mau."

——

A/n:

P.s: maunya sad ending atau happy ending?

[2] StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang