Daniel Samcheon

8 2 0
                                    

Author POV
"Eomma, ppalliwa!"
Terdengar suara pekikan seorang balita berumur 3 tahun yang menunjukkan ketidaksabarannya.

"Chakkamman, kau jangan lari lari seperti itu, sayang"
Suara lembut dari wanita muda itupun terdengar saat melihat anaknya yang memekik dengan senang.

Ya mereka adalah Nara dan Samuel. Hari ini Nara akan memanfaatkan hari minggunya bersama anaknya tersebut yang disambut dengan antusias oleh sang anak.

~3~

"Tumben kau bangun pagi-pagi sekali, eodiga?" Tanya sang kakak yang sedang mengoleskan selai pada lembaran roti yang tengah dibawanya.
(Mau kemana)

"Aku ingin pergi jogging" jawab pria dewasa tersebut

"Rajin sekali, bersama Seongwoo lagi?"

"Ya Tuhan mengapa aku memiliki kakak yang ingin tahu urusan orang lain sih" Jawabnya

"Dasar! Kau harusnya bersyukur memiliki kakak yan-"

"Aku pergi noona"

Daniel pun pergi jogging menggunakan kaos putih polos dan celana olahraganya tak lupa dengan handuk kecil yang bertengger di celah leher dan collarbone nya. Hari ini dia akan memanfaatkan hari liburnya dengan berolahraga di dekat sungai han.

~3~

"Eomma aku ingin bermain kesana yaa?" Pinta Samuel

"Chakkaman chagiya. Kau tidak sabar sekali sih, heum?" Tanyanya dengan gemas sambil membereskan barang barang untuk piknik tadi.
(Sebentar ya)

"Cha, kaj- Samuel! Samuel!"
Saat akan mengajak samuel pergi bermain, ia sudah tidak menemukan samuel di belakangnya. Seketika rasa panik dan takut seakan menguasai Nara. Samuel yang tiba-tiba menghilang dari pengawasannya membuat wanita ini menjadi hilang kendali atas akal sehatnya. Ia tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri sembari berkali-kali memukul kepalanya dan tak lupa makian kecil yang keluar dari bibir manisnya. Samuelnya, Dunianya, ia takut kehilangannya.

"Astaga Nara bagaimana kau bisa seceroboh ini? Mengapa tidak bisa menjaga Samuel dengan baik? Ya Tuhan tolong maafkan hamba-Mu ini" Narapun merutuki dirinya sendiri atas kebodohan dan kecerobohan yang dia perbuat.

Dia akan menyalahkan bahkan tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika kenyataan pahit menghampirinya sebentar lagi,      -kehilangan putra tersayangnya.

~3~


Daniel POV

Duk.

Akupun mencari sumber suara tersebut.
Tiba-tiba aku mendengar suara rintihan dari anak kecil yang ada jauh dibelakangku. Seperti nya ia terjatuh. Dasar, siapa orang tua yang berani meninggalkan anak semanis dia sendirian di tempat yang ramai seperti ini?.

"Aigoo, neo gweanchanha?"
Aku pun mendekati anak manis itu dan mulai berjongkok untuk menyamakan tinggi badanku dengannya.
(Kau tidak apa-apa?)

Deg.

Matanya. Mata ini. Mata yang 4 tahun lalu mengeluarkan air mata untukku. Mata ini adalah mata yang melihat kebejatanku. Mata ini adal-

"Apayo" rintih anak manis ini
(Sakit)

"Eodi apa?Ireumi mwoeyo?"
Tanyaku
(Apa yang sakit? Namamu siapa?)

"Samuel Jung imnida" balasnya dengan mencoba menundukkan sedikit kepalanya

Destiny -Kang Daniel Fanfiction- (ONGOING~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang